23. from home

4 2 1
                                    

Happy Reading ^°^


Lagi-lagi Rein mendengar playlist Taylor Swift yang di putar oleh Biru.

"Kak, lo swifties ya?" Tanya Rein dijawab anggukannya antuasias oleh Biru.

"That's right, dari pas gue menengah pertama, lo juga nggak?"

"Honestly gak terlalu, guee Arianators anddd Para mixer exactly." Jawab Rein sambil menyandarkan tubuh nya agar lebih leluasa.

"Fall in loaf banget sih sama suara nya mbak gue as mbak Ariana, bener-bener se cantik dan se sopan itu." Imbuh Rein merasa takjub.

"Setuju sih gue, kenapa gak onty Ariana aja kan lebih western kedengaran nya ahahaha."

Rein tertawa riang mendengar gurauan dari Biru. Sungguh mood nya sangat naik ketika bersama nya.

"Enak an mbak Ariana tauu kak, kaya lebih sohib banget gitu."

"Sohib gak tuh, gue yang kemarin nyeblak bareng sist Taylor aja biasa aja tuh." Lagi-lagi Rein tertawa mendengar nya.

"Gak ada yang nanya sih kak." Cetus Rein membuat Biru menatap nya datar.

Rein semakin mengencangkan suara tawanya.

"Cuma mau pamer karena udah bisa ngajak sist Taylor nyeblak, dari pada lo manggil mbak-mbak tapi gak pernah nyeblak bareng dia."

"Fine, Gue beli se tandon nanti buat mukbang sama mbak Ariana, better than satu mangkok seblak." Ucap Rein tak mau kalah.

"Iya deh yang beli satu tandon, gue yang satu empang mah bisa apa."

Perut Rein terasa nyeri, tidak kuat lagi untuk tertawa, Biru yang melihatnya pun ikut tertawa pelan. Hati nya merasa tenang melihat perempuan disamping nya tertawa lepas. Ada secercah perasaan tersendiri.

"HAHAHAHAHA Udah kak gak kuat gue serius HAHAHAHAH ya ampun." Ujar Rein menyeka air matanya yang keluar.

Hingga tidak terasa kalau mereka sudah memasuki halaman rumah Rein. Memang sedari tadi gerbang rumah Rein tidak di kunci, karena ada Marko dan teman-temannya. Jadi sangat Ramai.

"Boci nya tolong taruh di teras situ aja ya kak." Pinta Rein lalu turun dari mobil menuju bagasi Biru yang terbuka.

"Iyaa, gue taruh in aja Re, lo duduk dulu gih, nanti cape."

"Cape apanya orang pulang nya naik mobil bukan jalan kaki." Jelas Rein lalu meletakkan kardus berisikan bakso aci instan tersebut ke depan kursi teras.

'Dug'

Suara kardus yang tidak sengaja diletakan Rein secara kasar, membuat salah satu seseorang keluar dari rumah.

"Loh tumben udah pulang." Ujar Marko melihat Rein menurunkan kardus lalu memutar bola matanya malas mendengar perkataan kakaknya itu.

"Pulang awal tumben, pulang larut di marahin, serba salah gue dimata lo."

Mark pun tertawa mendengar nya, lalu menyilangkan tangan nya ke depan dada. Menyadari seseorang laki-laki yang turut membantu Rein menurunkan beberapa kardus.

"Ini kardus terakhir kan kak?" Tanya Rein pada Biru yang sekarang meletakkan dua kardus yang sudah tersusun rapi.

"Udah, kardus terakhir itu."

Marko yang sedari tadi mencoba mengenali wajah lelaki yang bersama Rein sekarang. Karena Marko sendiri sangat familiar melihatnya.

"Loh, Marko?" Biru terkejut setelah melihat Marko yang melihatnya sekarang.

Artha BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang