10. Jus't kidding

6 4 0
                                    

Happy Reading all ^^











"Na, gue tinggal keluar bentar beli martabak, lo mau nitip sesuatu nggak?" Tanya Rein sambil menepuk kaki lana yang tertidur dengan posisi tengkurap.

"Hmm, nitip satu kalau martabak asoy." Jawab Lana dengan suara serak nya.

"Yauda, gue tinggal bentar, gak bawa hp soalnya, gue charger." Jelas Rein yang ditanggapi gumaman samar oleh Lana.

Menepati janji pagi tadi untuk membelikan cipto martabak depan komplek. Rein memutuskan berjalan kaki saja, sambil menikmati udara segar dimalam hari. Rein berusaha memberanikan diri dan keluar dari zona nyaman nya. Hitung-hitung olahraga malam juga.

Jarak menuju depan komplek perumahan letak penjual martabak asoy memang bisa dibilang lumayan jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Jarak sepuluh rumah dari rumah Rein.

Udara malam hari ini tidak terlalu dingin, sehingga Rein mengenakan baju crop top longgar berwarna putih dan celana jogger panjang berwarna abu-abu.

Akhirnya, sampai juga ia pada gerobak penjual martabak asoy. Beruntungnya hanya Rein sekarang yang menjadi pelanggan, padahal biasanya martabak asoy ini sangat ramai. Jadi, Rein tidak perlu menunggu terlalu lama dan tidak perlu mengantri.

"Mas, martabak manis red velvet keju nya satu, sama martabak asin nya dua ya, bungkus." Pinta Rein kepada penjual martabak nya.

Rein memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang disediakan oleh penjual martabak tersebut. Menunggu pesanan nya dibuatkan oleh penjual martabak nya.

Memang malang nasib Rein. Ketika ia ingin menghindari laki-laki yang membuat nya salah tingkah tadi, sekarang ia dipertemukan lagi disini.

Biru sendiri beluk menyadari kehadiran Rein, karena posisi Rein yang menyamping, tertutupi oleh gerobak martabak nya.

Sedangkan Biru datang dari arah berlawanan memakai sepeda motor. Karena suara sepeda motor yang dinaiki oleh Biru, membuat Rein menoleh, makanya ia mengetahui siapa yang datang.

Rein melihat Biru yang sepertinya sudah menyadari keberadaan nya, karena Biru yang sadar jika sedang di perhatikan oleh seseorang.

Saat Biru menoleh, ternyata seseorang itu adalah Rein. Perempuan yang baru saja ia temui tadi.

"Ketemu lagi kita." Rein memutar bola mata malas menanggapi perkataan dari Biru.

"Beli martabak juga Rein?" Tanya Biru basa-basi.

"Nggak, beli sate." Cetus Rein.

"Aduh jangan galak-galak dong mbakk, jadi takut." Biru tertawa nyaring.

"Lagian pake nanya, udah tau disini tempat orang jualan martabak." Memang pertanyaan tidak bermutu, seperti tidak ada pertanyaan lain saja, pikir Rein.

"Yakan siapa tau lo disini mau nemenin mas penjual martabak nya biar nggak kesepian."

"Dihh, gue gak segabut itu kali." Rein mendengus kesal.

"Kak, gue nanti boleh minta tolong nitip martabak buat pak Cipto nggak?" tanya Rein pada Biru.

"Ooo lo beli martabak buat pak Cipto?" Biru menganggukkan kepalanya.

"Buat gue dan temen gue juga sih, boleh nggak kak?" Tanya Rein lagi, karena pertanyaan sebelumnya belum dijawab oleh Biru.

"Boleh, tapi ada syaratnya."

"Dih pamrih, gak jadi nitip deh kalau syaratnya aneh-aneh." Rein menatap Biru malas.

"Nggak aneh sih, cukup temenin gue ke swalayan bentar." Mendengar persyaratan yang terbilang cukup aneh menurut Rein, untuk apa? pikirnya.

"Ya ampun badan doang bongsor tapi ke swalayan aja minta di temenin." Ejek Rein

"Dihhh gue minta temenin karena gue emang gak ngerti titipan dari bunda Jes yee, makanya gue minta ngajak lo, kali aja lo ngerti." Jelas Biru dengan perkataan nyolot.

"Oalaa bunda Jessica nyidam?" Rein mengerti karena sekarang posisi Jessica yang telah mengandung.

"Nggak, sebenernya gue disuruh belanja sayur buat bunda, katanya tadi pagi penjual sayur depan komplek libur jualan."

"Masa jenis-jenis sayur aja lo gak ngerti sih kak?" Rein menatap Biru heran.

Pasalnya Biru bukan balita yang belum mengenal jenis-jenis sayuran. Padahal ada handphone yang bisa ia pergunakan untuk mencari barang yang tidak Biru ketahui, dunia sekarang sudah canggih.

"Sebenernya nggak sayur doang sih yang bunda Jes titipin, tapi susu ibu hamil juga." Kata Biru sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lah terus, kan tinggal bilang aja ke mbak-mbak nya nanti, jenis susu yang di minta bunda Jes, nanti pasti ngerti kok mbak-mbak pegawai nya." Jelas Rein meyakinkan Biru.

"Bukan masalah itu Rereee, masalahnya tuh gue malu, nanti dikiranya gue udah beristri lagi, padahal mah punya pacar aja belum." Ujar Biru memelankan suaranya, hampir saja tidak terdengar jika tidak fokus mendengarkan perkataan Biru.

"Kalo di katain gitu nanti ajak mbak pegawai nya pacaran lah." Biru menatap Rein sambil memicingkan matanya.

"Kalau gitu lo nya aja yang gue ajak." Ucap Biru secara gamblang, seperti tidak memikirkan perkataan nya sama sekali.

Mudah sekali ia mengajak pacaran Orang di sampingnya ini.

"Buset, lo ngajak pacaran kaya ngajak gue beli permen aja." Rein menjawab ajakan biru dengan santai, padahal dalam jantung nya berdegup kencang sekarang.

Memang kurang ajar lelaki disampingnya ini.

"Heheheh bercanda gue Reee, ngapain ngajak lo pacaran, mending langsung ngajak lo nikah, ya gakk?"

"Gak." Jawab Rein singkat. Biru memajukan bibirnya seperti bayi yang merajuk. Lagian ngelantur sekali bicaranya.

Bisa-bisanya ia berbicara seperti itu dengan Rein yang notabenenya orang asing yang baru kemarin kenal. Untung saja Rein bisa menerima bercandaan nya.

Kalau saja ada orang lain yang di bercandain seperti itu dengan lelaki yang tampan dan mapan, apa tidak langsung menjadi berharap dan sangat geer.

Meskipun sekarang Rein berusaha menahan perasaannya agar tidak baper dan kegeeran dengan seseorang yang ia hindari karena nama yang dimiliki nya.










To be continued













Emang kurang azem koh Biru ini, ngajak pacaran kaya ngajak beli gulali

Artha BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang