04. The way i hate his name

10 4 0
                                    

Happy Reading



Sepulang dari kediaman Ayu, Rere melanjutkan packing yang tertunda tadi dengan terburu-buru, karena tepat pukul enam sore nanti, ada jadwal mengajar di rumah Jeca.

Dalam proses packing, Rein harus mengecek apakah sudah benar jumlah pesanan customer online nya. Cepat tapi pasti. Rein juga tidak mau rugi jika kelebihan atau salah menaruh jumlah makanan instan. Bisa-bisa Customer komplain jika tidak sesuai dengan apa yang mereka pesan.

Sesudah menyelesaikan proses packing dan pemberian alamat pada makanan instan tadi, Rein segera membersihkan rumah yang otomatis seperti kapal pecah ketika ia habis melakukan proses packing.

Bubble Wrap dan kardus berserakan. Alat-alat seperti gunting dan solatip juga berceceran. Melihat saja Rein sangat pusing.

"Sempet gak ya gue nanti ke lokasi pengiriman nya, belum  lagi ngeles in Jeca terus besok ada kelas pagi, aaaaa budrek banget gue." Keluh Rein sambil meletakkan kembali alat-alat yang habis di pergunakan.

Selesai beberes rumah, Rein memutuskan untuk mandi, lalu siap-siap pergi ke rumah Jeca. Dengan menggunakan celana highwaist di padukan dengan sweater rajut berwarna putih. memberikan kesan soft pada dirinya. Ia juga memakai makeup tipis dan mengikat rambut nya yang panjang agar tidak merasa gerah.

Sesampainya di halaman rumah Jeca, Rein melihat ada mobil berwarna putih. Ia berpikir kalau itu adalah mobil  Ayah Jeca yang baru pulang dari kantor. Jika memang benar, ia akan menitipkan paket makanan instan nya tadi kepada supir ayah Jeca.

Karena tawaran dari ayah Jeca sendiri,  jika Rein tidak sempat mengantarkan paket ke lokasi pengiriman. Biar sekalian di antarkan oleh supir pribadi ayah Jeca yang kebetulan juga kantor pengiriman sangat dekat dengan lokasi kantor ayah Jeca.

Baru saja Rein mau menekan bel rumah Jeca. Pintu terbuka dan muncul seorang laki-laki yang tidak Rein kenali. Entahlah, Rein sangat asing melihat wajah nya.

"Eh, nyari siapa ya?", Tanya lelaki tersebut menatap Rein dengan wajah sedikit kaget.

Jujur saja lelaki tersebut sedang menyembunyikan perasaan kaget nya ketika melihat seorang perempuan di depan pintu sekarang. Dengan jarak lumayan dekat karena Rein juga langsung menoleh ke arah lelaki di depan nya ini.

"Eh anu, mau nyari Jeca." Jawab Rein sedikit grogi. Bagaimana tidak, lelaki di depan nya sangat memiliki pesona yang membuat nya tidak bisa berkata-kata lagi, tampan dan wangi sekali.

"Jeee ada yang nyariin nih." Teriak lelaki tersebut, lalu mempersilahkan Rein untuk masuk kedalam.

Rein sempat merutuki diri nya sendiri atas respon pertanyaan dari lelaki tersebut, terlihat sangat memalukan. Rein berusaha menetralkan raut wajah nya yang terasa memanas, entahlah Rein sedikit salah tingkah.

"Yeayyy kak Yeye udah datangg, duduk dulu kak." Ucap Jeca dengan girang.

"Loh koh, nggak jadi ke minimarket, kok malah masuk lagi?", tanya Jeca pada lelaki tadi.

"Kan manggil Jeje dulu, ada tamu, makanya masuk lagi." Jelas lelaki tersebut sambil melirik Rein sekilas, lalu melengos pergi.

"Ohh, Jangan lupa kohh titipan Jecaaa." Kata Jeca dengan teriakan nya.

Rein sendiri sibuk menyiapkan beberapa buku latihan dan materi untuk Jeca pada ipad yang sekarang ia genggam. Tidak lama bunda Jeca keluar sambil membawa nampan berisikan beberapa camilan dan minuman untuk Rein tentunya.

"Eh bunda Jesica, nggak perlu repot-repot bun." Rein beranjak dari duduknya lalu menyalami tangan Jessica.

"Nggak repot kok Re, teman belajar biar gak ngantuk, dimakan ya Re." Ujar Jessica dengan senyuman.

Artha BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang