○ KAMPOENG KOERAWA 3 ●

395 50 29
                                    

"Bendino keramas gak bahaya tah?" [Tiap hari keramas gak bahaya tah?] tanya Nurul melihat Salsabila keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut basah. "Opo tumoen, bendino keramas." [Apa kutuan, tiap hari keramas]

"Padahal Malang lagi adem-ademnya kok betah tiap hari keramas."

"Jare ku seh panas, aku gampang keringetan terus rambutku yo panjang lèk gak sering keramas pliket." [Jare = kata, lèk = kalau, pliket = lengket]

"Siap panas soale panas di iclik mas Dwi."

"Hush, lambe mu." jawab Salsabila sambil mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk.

Nurul membuka setengah pintu sampingnya, ia menyedot pods-nya lalu menyebulkannya keluar. "Termasuk pro seh di iclik gak meteng." [Iclik = ewe, meteng = hamil]

"Pokoke gawe pengaman terus gak main pas mari halangan."

"Loh loh loh ketauan." ucap Nurul membuat Salsabila reflek menutup mulutnya. Kakak keduanya itu langsung  masuk ke dalam kamar karena terlihat malu keceplosan.

Kemudian kakak pertamanya keluar dari kamarnya dengan wajah bantal. "Rame banget onok opo seh?" [Onok opo seh = ada apa sih?]

"Uwong-uwong nde ngarep omah latian goyang karnaval dipimpin mbak Sinta." [Orang-orang di depan rumah latian goyang karnaval] jawab Nurul.

Ningsih mencuci wajahnya di wastafel dapur lalu berjalan menuju luar rumah, ternyata orang-orang kampungnya sedang latihan menari dengan sound system.

"Cantik baru bangun," sapa Eka dari depan rumah pandawa.

Ningsih memutar bola mata malas, ia meyalakan ujung rokoknya lalu menghisapnya. Menurutnya hawa di pagi hari ini sangat dingin membuat tubuhnya harus menghisap rokok supaya hangat. "Koen lapo kul?" [Kamu ngapain kul?] tanyanya melihat Nakoela yang ditengah-tengah para perempuan remaja berjalan bak raksasa.

"Latian karnaval mbak, ngkok aku gawe kostum singo." [Ngkok = nanti, gawe = pake, singo = singa]

"Awakmu ambek adik mu gak melok?" [Awakmu = kamu, ambek = sama, melok = ikut]

"Aku seh gak. Mboh lèk Salsa ambek Nurul."

"Gedruk pindonya dong." goda Panca sambil bersiul kepada Nurul yang baru keluar lewat gang samping sambil menyebul asap pods-nya.

Nurul mencoba menghentakkan dua kakinya secara dua kali di masing-masing kaki kanan kirinya dan menari bak banteng. "Loe pikir guweh gak iso? Iso nih." katanya.

"Eak," seru pemuda remaja disana bersamaan lalu mengitari Nurul.

"Haruse mbak Salsabila sama mbak Sinta di depan mimpin tari jawa." kata Triswara sambil menggendong anjing poodle kesayangannya.

"Mau sarapan sego jagung ora?" tawar Eka pada Ningsih.

"Ndi?" [Mana?]

"Njupuk sendiri ae ndek omah," [Ambil sendidi di rumah] kata Eka.

Ningsih jadi masuk ke rumah pandawa yang keadaannya lebih dapi daripada rumahnya, ia masuk ke area dapur seperti rumahnya sendiri. "Masak opo tuku?" tanyanya pada Eka yang dibelakangnya.

"Tri masak sayure, Djatur masak sego e, aku bagian masak sambelnya, Dwi bagian bikin mendol tadi subuh."

Ningsih mengambil nasi jagung buatan pandawa minus Panca. "Panca bagian ngeriwuki tak badek." [Ngeriwuki = kisruh, badek = tebak]

"Betul. Jupuk o seng banyak buat Salsabila, Nurul, sama Salma." [Jupuk = Ambil]

"Wegah, ben ararek kesini sendiri." [Wegah = Nggak mau males, ben ararek = biar anaknya]

KAMPOENG KOERAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang