Plak!
"Yang ojok nde njero!" [Yang jangan di dalem!]
Suara seruan Ningsih sekaligus menampar pipi laki-laki yang ada diatasnya, saat ia merasa konbrut yang masuk ke miliknya terasa menggembung seakan meledak.
"Loss... argh..."
"Matane picek!" pekik Ningsih mencoba melepaskan konbrut milik laki-lakinya namun ditahan oleh lelakinya.
Eka malah menekan bawah perut Ningsih dan mengeluarkan miliknya di dalam sana. Karena dirinya dan sang wanita akan mencapai puncaknya secara bersamaan.
"Ahh!!!" lenguh sang wanita merasa rahimnya hangat dan lega, "Matane ancok!" umpatnya tiba-tiba.
"Arghh...," lega Eka melepaskan tautannya hingga konbrut miliknya berkedut-kedut dan lemas setelah goa milik Ningsih mengeluarkan lava putih dari tubuhnha. "Jancok!" seru sang wanita mencolek cairan yang keluar dari liangnya.
"Gendeng koen!" [Gila kamu!] seru Ningsih panik.
"Wes talah, aku seng tanggung jawab." [Udahlah, aku yang tanggung jawab] jawab Eka lalu tidur memeluk Ningsih di kamar Ningsih.
"Edan," jawab Ningsih panik lalu mengambil hp-nya tuk mencari informasi supaya spermanya tidak jadi bayi di dalam perutnya, apalagi hari ini sedang dimasa subur sehabis haid.
Duh ojok dadi sek, gak siap dadi ibu. Eka matane ancok tenan, batin Ningsih.
"Misi, apakah ada dua kakak ku disini?" tanya Panca di depan rumah Salsabila yang terbuka lebar.
"Mas Eka nde kamare Yu Ning, Mas Dwi turu nde kamare mbak Salsa." jawab Nurul dari ruang tv sambil menguteki kuku anjing milik pandawa.
Panca masuk ke dalam rumah tersebut ia berjalan kearah dapur dekat kamar Salsabila, ia melihat kamar Ningsih tertutup rapat berbeda dengannkamar Salsabila yang terbuka menampilkan tiga orang tengah ketiduran dengan posisi Salsabila ditengah-tengah Dwiko dan Salma. "Alah-alah cemarane." gumamnya.
Panca melihat di meja dapur terdapat beberapa makanan enak, ia mengambilnya tak lupa dengan nasinya. "Mbak rul tak maem yo." katanya.
"Yo, Mas Djatur sama Mas Tri ajaken pisan." [Ajaken = ajak aja, pisan = sekalian] jawab Nurul sambil mencuci tangannya di wastafel.
"Sopo seng masak?" [Siapa yang masak?]
"Ora masak, dikasih abang Reza sama mas Angga dan mbak Sinta. Kalau tongkol pedesnya aku yang buat." jawab Nurul lalu mengambil piring tuk ikut makan.
"Tumben Salma gak dolen ambek Fitri?" [Dolen = main, ambek = sama]
Nurul mengendikkan baahunya tidak tahu dengan mengambil nasi porsi kuli. "Paling wedi ilang mamae makane demi menjaga mama rela tidak main." [Wedi = takut]
"Hoam~" suara menguap keras Dwiko membuka matanya, ia mendudukkan dirinya dengan wajah bantal diiringi lamunan.
"Beruange wes tangi." [Beruangnya udah bangun] kata Panca.
Dwiko menoleh ke sampingnya terdapat Salsabila masih tidur sambil memeluk Salma. Lalu ia melihat kearah jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. "Waktunya mensucikan diri dan bekerja, babai ayangku, mwach..." pamitnya sambil mengecup pipi Salsabila.
"Jare backstreet kok blak-blakan ngono?"
"Wes wayahe." jawab Dwiko.
"Mas," panggil Salsabila ikut terbangun.
"Anterin aku ke Mak Jumik buuat pijet."
"Kapan?"
"Sekarang. Badanku sakit semua." jawab Salsabila.
![](https://img.wattpad.com/cover/372759860-288-k143448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMPOENG KOERAWA
Fanfic[END] Kampoeng Koerawa-salah satu kampung pemukiman padat dan rata-rata isinya kaum adam berada di dalah satu kota daerah Jawa Timur. Lalu ditengah-tengah kampoeng tersebut terdapat janda muda, cantik, memiliki satu anak, dan menjadi kembang kampoen...