"Kulo Tampi Nikahipun Salsabila Angel Humaira Puteri Alm. Bapak Husein, Kangge Kulo Piyambak, Kanti Mas Kawin Ingkang Sampun Kasebat, Kulo Bayar Lunas," suara ijab tegas dan terkesan lembut saat lelaki yang meminang Salsabila menjabat tangan penghulu menggunakkan bahasa jawa halus.
"Pripun, Sah?" tanya Sang penghulu menoleh kesekeliling saksi di acara nikahan tersebut.
"Sah." jawab serempak para saksi terutama Salma dengan lantang mengucapkan kata itu.
Salsabila menoleh ke lelaki yang sudah menjadi suaminya sekarang dengan tersenyum malu, ia menjabat tangan lelakinya lalu mencium punggung tangannya. Sang lelaki pun juga mencium kening wanita yang kini menjadi istrinya.
"Dwiko nandi cak?" tanya Nakoela pada Eka.
"Muncak." jawab Eka.
"Deket sama siapa, nikah sama siapa." ujar Chaterine tiba-tiba.
Bagoes Poetra Wierawan—calon lurah koerawa adalah nama dari lelaki yang kini serius menikahi Salsabila. Tak berselang lama setelah lelaki tersebut melamar Salsabila lalu Salsabila menerimanya, hanya berkisar dua mingguan tanggal pernikahan mereka ditentukan.
Dan hari ini adalah pernikahannya janda kembang kampoeng koerawa dengan calon lurah.
Salsabila sangat tidak memberati Dwiko yang tidak jelas kepastiannya, ia berpikir menikah dengan lelaki yang pasti-pasti saja dan lelakinya memiliki jenjang karir yang jelas. Jarang sekali lelaki memiliki jenjang karir bagus memilih pasangan janda sepertinya.
Walaupun sekarang ia tidak cinta, mungkin seiring berjalannya waktu ia akan mencintai lelaki yang menjadi suaminya kini.
"YEAY SALMA DUWE BAPAK LURAH!" tediak Salma kesenangan.
"Bapak asli mu kan preman." celetuk Dimas disisi Maxwell yang hadir di acara tersebut.
"Wegah," [Malesin Gak mau] jawab Salma menatap sinis kearah Maxwell.
Salsabila menoleh ke samping kanan dan kirinya, ia tidak melihat Dwiko. Padahal kemarin ia masih chat-an dengannya dan Dwiko membalas akan datang di pernikahannya.
"Nyari sopo toh Sal?" tanya Ningsih.
Kepala Salsabila menggeleng, "Guduk sopo-sopo." [Bukan siapa-siapa]
"Punapa dek?" tanya Bagoes.
"Mboten nopo-nopo mas," [Gapapa mas]
Mas Dwiko bohong lagi, batin Salsabila.
"Mama ku wes gak dadi babu ne Yola yeay!"
"Lambenya!" Nurul menjundu kepala Salma yang berbicara kurang sopan di acara sakral, banyak tetangga yang datang.
Kemudian Bagoes dan Salsabila berjalan keluar gang rumah Salsabila, keduanya menaiki mobil palisade milik sang lelaki tuk malam pertama di suatu villa berkelas. Jadi sekarang akad saja, besok resepsi pernikahannya di balai kelurahan koerawa.
Salsabila masih malu-malu dengan lelaki yang tiba-tiba jadi suaminya, ingin rasanya ia berbicara banyak hal, namun suaminya ini sosok lelaki yang kalem, dewasa, dan irit bicara tidak seperti Dwiko.
"Ngomong aja gapapa," kataBagoes menoleh kearah Salsabila sambil tersenyum halus.
"Nggih mas." jawab Salsabila menundukkan kepalanya.
"Memang mas kapan jadi lurah?" tanya Salsabila tiba-tiba lalu ia menutup mulutnya.
Jancok Sal salah nanya, batin Salsabila menggerutu.
"Doain aja tahun ini menang."
"Maaf mas."
"Ndakpapa kamu kan sekarang istri ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMPOENG KOERAWA
Hayran KurguKampoeng Koerawa-salah satu kampung pemukiman padat dan rata-rata isinya kaum adam berada di dalah satu kota daerah Jawa Timur. akseraaaa, 2024.