Dia, Savier.
Mempesona namun tak tersentuh.
Lelaki yang dikaruniai fisik dan kemampuan otak luar biasa, pengusaha muda pemegang pengaruh kuat dalam ekonomi Indonesia.
Dari luar ia tidak bercela, sungguh sempurna.
Tapi entah sampai kapan semua berta...
Savier tahu Kyra butuh waktu agar untuk menerimanya.
Dan tentu saja, Savier siap memberikan semua waktu yang ada di dunia ini padanya, tidak peduli seberapa lama dia harus menunggu. Hingga saat Kyra siap untuknya, ia akan menjadikannya wanita paling bahagia di seluruh dunia.
Mawarnya yang cantik.
❀❀❀
Kyra terbangun dengan perasaan baik, wajahnya berseri dan rambut kecoklatannya disisir rapi, terikat tinggi. Tangannya bergerak cekatan memanggang roti dan telur untuk sarapannya dan Savier.
Berbicara tentang pria itu, Savier masih tertidur pulas di kamarnya. Kyra sengaja tidak membangunkannya karena mengetahui bahwa jadwal hari ini hanya pada siang hari, siapa tahu atasannya juga butuh istirahat.
Setelah memakan porsi sarapannya, ia mengenakan bra dan legging sport, dengan jaket press-body serba hitam sebagai luaran. Kyra masih memakai sepatunya saat pintu kamar Savier terbuka.
Pria itu keluar dengan wajah setengah basah—mungkin baru saja membasuh muka, matanya menangkap Kyra yang hendak keluar.
"Mau kemana?"
Kyra berdiri dari posisinya, bergerak mencari kartu kamar mereka, "Hanya olahraga sebentar, saat perjalanan pulang kemarin aku melihat ada taman di dekat sini."
Walau masih agak canggung berbahasa informal, ia berusaha membiasakan dirinya, tidak ingin Savier kembali menegurnya—atau seperti perkataanya kemarin, menghukumnya. Kyra masih malu mengingat hal itu, seperti dia bocah saja.
Savier terdiam, melirik asistennya yang berdiri canggung, menunggu perkataan selanjutnya. Matanya menjelajahi wanita itu, mengernyit tak suka melihat pakaiannya yang terlalu terbuka—walau sebenarnya normal-normal saja dipakai olahraga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Membayangkan Kyra berpakaian seperti itu diluar sana tanpa ditemani dirinya membangkitkan rasa posesif Savier, "Tunggu, aku ikut."
"Apa?"
Belum sempat Kyra protes, Savier sudah masuk kembali ke kamarnya, bergerak cepat mengganti pakaian olahraga.
Kyra menghela, sebenarnya alasannya ingin olahraga sepagi ini adalah untuk menghindari pria itu, entah kenapa sedari kemarin jantungnya terus bereaksi aneh setiap Savier ada di dekatnya, dan itu benar-benarmengganggunya.