Chapter 14

117 8 0
                                    

Jam pulang sekolah pun berbunyi. Yang menandakan para murid telah di izinkan untuk bubar.

"Ini kalian beneran mau pulang dengan solar?" tanya solar ke 3 saudaranya.

"Tentu saja, kami takut nanti kau tiba-tiba oleng saat perjalanan pulang" jawab ice yang dianggukin oleh air dan cahaya.

"Oke deh terserah kalian aja" kata solar pasrah.

'Padahal aku mau pergi ke indomaret untuk kerja' batin solar.

Saat mereka mau jalan keluar pagar tiba-tiba saudara dan sepupu mereka pun datang.

"Kalian mau kemana?. Dan kenapa kalian pergi dengan pembunuh ini"tanya Taufan.

Dengan reflek ice pun menutup telinga solar agar solar tidak mendengar kata-kata kasar dari mereka lagi. Solar hanya bisa melihat ice dengan heran dan sedikit senang karena usaha dan kesabaran yang selama ini tidak sia-sia sama sekali karena hal itu membuat solar gak bisa mendengar apa pun yang dibicarakan oleh mereka.

" ya suka hati kami lah, emangnya kalian siapa yang ngatur-ngatur kami"kata ice.

"Kalian ngatain solar pembunuh kami ngatain kalian penghancur" kata air.

"Dasar penghancur perasaan orang lain" kata ice dan air secara bersamaan dengan nada sedikit menghina.

Sedangkan cahaya cuman diam dan sibuk melihat kearah solar.

"Kau....... " kata blaze yang mulai emosi dengan kembaran dan kakak sepupunya ini.

"Maksud kau apa hah air!" kata api marah.

"Gak ada. Emangnya kenapa?, kesindir ya" kata air dengan tatapan sinis nya.

Api yang mendengar itu cuman bisa diam dengan amarah yang udah mulai membara.

"Kalau cuman mau cari ribut lebih baik kalian pergi aja dari sini" kata cahaya udah mulai kesal.

"Cahaya........ Siapa yang telah mengajarkan itu ke kau untuk berkata seperti itu?" tanya tanah.

"Aku sendiri. Kalian boleh ngomong kayak itu tentu saja aku juga boleh kan" jawab cahaya.

"Kak..... " kata solar udah mulai cemas tapi perkataan dia malah dipotong oleh ice.

"Udah lah lar, gak usah khawatir kan mereka. Mereka cuman penghancur doang" kata ice.

"Iya solar, ini adalah urusan kami. Jadi kamu diam aja ya" kata cahaya lembut.

"Tapi........ " kata solar sedikit ragu.

"Udah, diam oke" ucap ice dengan tegas.

'Ini konsep nya kak ice lagi cosplay jadi kak hali dan kak petir kah atau gimana'batin solar.

"Udahlah, lebih baik kita pergi aja dari sini. Aku udah muak dengan muka mereka, dasar muka penghancur" kata air sambil berjalan menarik tangan cahaya.

Cahaya yang ditarik cuman bisa pasrah mengikuti sang kakak pergi. Lagi pula dia juga muak melihat muka saudara dan sepupu dia itu(kecuali solar dan ice).

"Lar" panggil ice.

"Ya kak" jawab solar yang tadinya cuman melamun gak tau lagi mikirin apa.

"Kita juga pergi aja yuk, soalnya kakak muak dengan muka para penghancur ini yang sok paling terpukul akan kehilangan" kata ice menyindir.

"O-oke aja sih kak" kata solar.

Lalu mereka berdua pun pergi menyusul air dan cahaya tadi. Sedangkan para Boelan yang lain cuman terdiam tak berkutip. Entah mengapa mereka merasa sakit saat dibilang sebagai penghancur oleh saudara sendiri. Yang awalnya emosi dan marah cuman bisa diam sambil tertekuk entah memikirkan apa.

"Kok rasanya sedikit hancur" kata duri.

"Padahal cuman kata-kata tapi rasanya kenapa lebih sakit dari sebuah pukulan" kata daun.

Yang lain cuman bisa diam tak berkutip. Rasanya hati mereka mau retak cuman hal kecil itu.

"Ini sungguh menyakitkan" kata Taufan.

"Hati ku rasanya mau retak" kata angin.

"Kata lu, lu doang kak. Gue juga seperti itu juga kali kak" kata api.

"Ini semua gegara si pembawa sial itu. Coba aja dia gak ada pasti kita gak bakal di benci oleh cahaya, air, dan ice" kata blaze.

"Ok salah solar?".

"Seharusnya kalian sadar diri. Itu lah yang dirasain oleh solar selama ini dibenci, disiksa, dan bahkan diabaikan oleh keluarga sendiri selama 10 tahun ini".

"Dasar mentak lemah".












Bersambung.

Si Bungsu{end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang