Bab 7 (revisi)

18.2K 909 13
                                    

Sinar bulan telah digantikan cahaya mentari yang memasuki celah-celah tirai kamar yang terbuka, hal itu membuat sang pemilik kamar merasa terusik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar bulan telah digantikan cahaya mentari yang memasuki celah-celah tirai kamar yang terbuka, hal itu membuat sang pemilik kamar merasa terusik. Terdengar lenguhan pelan dari bibirnya, mata yang semula tertutup rapat kini terbuka perlahan.

Liana melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 05.35. Gadis itu melakukan peregangan otot sejenak, kemudian bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Di depan cermin kamar mandi, ia bertanya-tanya di dalam benaknya. Yang dia tahu dari novel-novel transmigrasi, pemilik tubuh akan memberikan ingatannya ke jiwa yang menempati tubuhnya. Jika tidak seperti itu, jiwa pemilik tubuh akan datang menemuinya.

Lah, boro-boro dipertemukan dengan pemilik tubuh, ingatan saja tidak ada yang ditinggalkan oleh pemilik tubuh sama sekali. Batinnya sedikit resah.

Liana menghela napasnya panjang, daripada memikirkan pemilik tubuh, lebih baik dirinya lekas bersiap.

Teringat akan sesuatu, Liana kelepasan mengumpat dalam gumam nya. “Anjing! Dino iki, kan, waktunya Naya masuk sekolah setelah liburan di luar negeri. Terus … pertemuan kedua pemeran utama?! Kok iso aku lali, cok?!”

Liana segera menyelesaikan mandinya agar lebih cepat untuk bersiap-siap setelahnya. Hari ini dia juga ingin melihat adegan yang ditulis dalam novel.

Kira-kira kamar Liana ya, udah diubah sama Liana jadi kamar KPop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira kamar Liana ya, udah diubah sama Liana jadi kamar KPop.
(Sumber pinterest)

Setelah beberapa menit memoles wajahnya, Liana berjalan tergesa-gesa menuju lift sambil menenteng tas ransel. Saat akan masuk ke dalam lift, dia berpapasan dengan Cedric yang juga akan menuju lantai bawah.


“Pagi, Dek,” sapa Cedric.

“Pagi, Kakak,” jawab Liana dengan senyum manisnya.

“Yuk turun, Bubu sama Daddy pasti udah nunggu.”

Mendengar perkataan sang kakak membuat Liana menganggukkan kepalanya. Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka berdua akhirnya turun dari lift menuju ke ruang makan yang sudah ada kedua orang tuanya.

I'M FIGURAN! YESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang