Sore itu, setelah aku mandi dan menyiapkan makan malam untukku dan Jessi, aku pergi ke kamarku untuk bersantai terlebih dahulu sambil menunggu malam tiba. Saat aku sudah dekat dengan pintu kamar, aku mendengar ada alunan musik K-pop dari dalam sana. Suara ini pasti dari Jessi yang sedang di dalam kamarku, aku yakin itu. Padahal, sebelum aku pergi memasak, Jessi bilang padaku akan menyelesaikan tugasnya, tapi kenapa dia di dalam kamarku?
Aku membuka pintu dan mendapati Jessi sedang joget-joget sendiri menghadap ke cermin. Saat pintu terbuka, dia sedikit terkejut karena aku membuka pintu ini tanpa mengetuk terlebih dahulu. Lagian, kenapa aku harus mengetuk kalau ini kamarku sendiri?
"Ih, kalo masuk ketuk pintu dulu," protesnya.
"Lah, ini kan kamarku."
Jessi hanya cuek lalu lanjut menari mengikuti alunan musik yang keluar dari speaker bluetooth milikku. Tubuh Jessi yang seksi itu meliuk-liuk di depan cermin, dia juga terlihat sangat lihai.
Aku memilih duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan dia menari. Kalau diingat, Jessi pernah bilang padaku kalau dia hobby melakukan ini, tapi dia sedikit malu untuk mempublikasikannya di sosial media. Katanya: "Aku masih belum pede. Yaudah, aku joget buat seneng-seneng sendiri aja."
"Ini judul lagunya apa?" tanyaku.
"Lagunya Twice. What is love," jawab Jessi masih sambil menari.
"Hmm... bagus juga."
"Kamu suka?"
"Suka."
Setelah itu Jessi berbalik menghadap ku dan kembali menari mengikuti alunan lagu. Bibirnya tersenyum lebar dengan sesekali mengibaskan rambut panjangnya membuat aku sedikit terpesona. Pandanganku menjadi sedikit salah fokus karena ada sesuatu yang bergetar tiap kali dia menghentakan kakinya.
"Kamu ga pake bh lagi?" tanyaku memastikan.
Jessi berhenti menari lalu berdiri menghadapku. "Kok kamu kaget gitu? Kayak baru pertama kali liat aja," jawabnya.
"Dih, pake bh, Jessi... Kamu mau kalo itu mu udah gede nanti jadi kendor?"
"Malas ah. Sakit. Coba kamu aja yang pake bh, mau ga?"
"Hah? Apaansi?"
Jessi memutar bola matanya malas lalu berbalik menghadap ke cermin, dia melanjutkan tarinya. Saat itu Jessi hanya mengenakan hoodie oversize yang sampai menutupi setengah pahanya. Aku sendiri tak tahu apakah dia memakai celana atau tidak di balik hoodie oversize itu. Kalau soal pakai bh atau tidak, jelas tidak jawabannya karena aku bisa melihat putingnya yang menonjol.
Lama kelamaan aku melihat banyak sekali bulir-bulir keringat yang keluar dari pori-porinya. Karena aku merasa kasihan, aku menurunkan suhu AC kamar agar dia tidak kepanasan. Tapi setelah aku menurunkan suhu kamarku, aku melihat tonjolan putingnya semakin tercetak jelas. Apa karena suhu kamar menjadi dingin, Jessi menjadi ikut kedinginan? Setidaknya keringat Jessi tak mengucur lagi seperti tadi.
"Mandi dulu sana, abis itu makan," kataku.
"Aku udah mandi tadi," jawab Jessi.
"Tapi kamu keringetan lagi, Jess. Mandi lagi sana, daripada nanti malem gerah."
"Nggak ah. Malas."
"Nanti bau acem," godaku.
Jessi berhenti menari lalu menarik hoodienya untuk dia cium baunya. Saat hoodie itu ditarik, aku baru sadar kalau Jessi hanya memakai celana dalam. Bulu kudukku seketika merinding melihat pemandangan kaki jenjang dan putih milik Jessi dipadukan dengan celana dalam warna pink yang mengintip. Jakunku naik turun mencoba menelan ludah, seketika nafsuku keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pikk-usisko
FanfictionAku punya adik, namanya Jessica. Dia baru berumur 16 tahun sekarang, dan aku sendiri seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk mengerjakan skrip dan menjalankan sebuah usaha kecil pemberian dari orang tua ku.