Selama perkuliahan, Taehyung tidak dapat fokus mendengarkan penjelasan dosen di depan sana. Ia masih terbayang bagaimana Jungkook menarik lengannya kasar dan berucap seolah tak ingin dibantah. Kadang ia merasa bingung dengan sikap kakak iparnya. Kadang ia bersikap cuek, seolah mereka adalah kakak adik ipar biasa, tapi terkadang sikapnya sedikit berlebihan, seolah-olah Taehyung adalah miliknya.
"Sebenarnya mau kak Jungkook itu apa?"
Taehyung menghela napas kasar. Sebenarnya ia tak ingin berharap lebih. Tapi sikap tarik ulur yang Jungkook lakukan membuat perasaannya menjadi bimbang. Kadang, pikiran egois dalam dirinya ingin memiliki Jungkook seutuhnya, tapi nuraninya selalu menolak dan mengingatkan jika itu adalah suatu kesalahan. Jungkook sudah milik orang lain, dan orang lain itu adalah kakaknya sendiri.
"Kenapa semua jadi rumit seperti ini?"
Andai saat itu bundanya tidak menitipkan dirinya pada sang kakak. Mungkin saat ini ia tidak akan memiliki perasaan lebih pada Jungkook. Ia tidak akan merasa galau dan bingung seperti sekarang.
"Ini semua gara-gara bunda." Batinnya.
***
Jungkook duduk termenung di ruangannya. Sejak pagi moodnya menjadi buruk sejak melihat interaksi antara Taehyung dan dosen mudanya tadi. Apalagi saat mengingat ucapan Taehyung yang lebih memilih lelaki itu, amarahnya seperti naik ke ubun-ubun.
Flashback on
Jungkook meraih lengan Taehyung dan menariknya kasar, membuat rangkulan lelaki itu terlepas dari lengan Taehyung.
"Ah." Taehyung meringis sakit. Kakak iparnya ini tidak main-main menariknya.
"Kak?"
"Biar aku yang mengantarmu ke kelas."
Taehyung menatap Jungkook dengan tatapan tajam. Ia menarik lengannya hingga terlepas dari genggaman Jungkook dan beralih ke lelaki itu.
"Tidak usah, Kak. Kamu ada kelas pagi kan? Biar aku sama pak Bogum saja." Ucapnya.
Setelah itu mereka berjalan begitu saja meninggalkan Jungkook yang meradang di tempatnya.
"Berani sekali kamu melawanku, Taehyung." Batin Jungkook. Ia mengepalkan tangannya dan kemudian berbalik pergi.
Flashback off
"Ah! Aku merasa gila." Jungkook mengacak surainya dengan kasar. Perasaannya begitu berantakan. Di satu sisi, ia tak ingin mengkhianati Jennie, tapi di sisi lain, ia tidak bisa membohongi diri kalau dirinya mencintai Taehyung. Ia tak ingin jika adik iparnya itu bersama orang lain, tapi ia juga tidak dapat memberikan kepastian kepadanya.
"Aku harus bagaimana?"
***
Pukul tiga sore, Jungkook memarkirkan mobilnya di depan fakultas Taehyung dan menunggunya selesai kelas.
"Taehyung, bagaimana dengan hasil videomu? Aku dengar kemarin ada satu video yang mendapat nilai tertinggi. Aku curiga jika itu adalah punyamu."
Jimin berjalan beriringan dengan Taehyung sambil berbicara ini itu. Jungkook yang melihat itu pun langsung keluar dari mobil dan menatapnya kesal.
"Aku tidak yakin. Bisa jadi milikmu yang lebih bagus." Mereka berdua tersenyum.
"Tidak, tidak, aku tidak sebaik itu."
"Jangan merendah. Lalu menurutmu, apa aku sebaik itu? Aku yakin nilaiku tidak lebih baik darimu."
"Mau bertaruh?"