Suara dentingan sendok garpu terdengar memenuhi ruangan. Berbeda dari biasanya, meja makan yang biasa ramai dengan obrolan canda tawa, kini menjadi hening tanpa ada yang bersuara. Jungkook yang merasakan keanehan, beberapa kali melirik ke arah Jennie dan Taehyung secara bergantian untuk mengetahui alasan keterdiaman mereka. Tetapi mereka sama-sama diam dan hanya fokus pada makanan yang sedang mereka makan.
"Aku sudah selesai. Aku berangkat dulu, ya?" Taehyung mengelap bibirnya dan kemudian beranjak dari duduknya.
"Biar aku antar." Jungkook buru-buru menyelesaikan makannya dan ikut beranjak dari duduknya. Tapi Taehyung dengan cepat menahannya.
"Tidak usah, Kak. Aku berangkat sama Jimin. Sebentar lagi dia sampai." Taehyung tersenyum seraya menarik tas yang ia sampirkan di sandaran kursi duduknya.
"Kenapa?"
Jungkook mengernyitkan dahinya. Hatinya merasa kesal karena tanpa seizinnya Taehyung berangkat dengan temannya. Memangnya kenapa kalau mereka berangkat bersama? Bukankah biasanya seperti itu?
"Aku mencoba belajar untuk terbiasa, Kak. Setelah pindah dari sini, aku harus terbiasa berangkat sendiri." Taehyung tersenyum di akhir ucapnya.
"Pindah?" Jungkook membolakan mata. Apa maksud Taehyung dengan pindah? Dia tidak sedang bercanda kan?
"Kenapa, Tae?"
Jungkook sungguh kaget, sampai kemarin pun hubungan mereka baik-baik saja, kenapa sekarang malah pindah?
Jungkook menatap Taehyung dan Jennie bergantian, berharap salah satu dari mereka memberinya penjelasan.
Tin tin...
Suara klakson terdengar, tanda bahwa Jimin sudah tiba di kediaman mereka.
"Jimin sudah tiba, aku berangkat dulu. Dah... Bye Yura."
Taehyung berpamitan, ia kemudian keluar agar tidak membuat Jimin menunggunya terlalu lama.
"Jennie, sebenarnya apa yang terjadi?" Jungkook bertanya, ia masih penasaran dengan alasan apa yang membuat Taehyung memilih pindah dari rumah mereka.
"Dia hanya ingin mandiri, Jungkook. Dia sudah dewasa, jadi berhenti mengkhawatirkannya."
Jennie beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja menuju kamar.
"Sial! Sebenarnya apa yang aku lewatkan?"
Jungkook mengacak-acak rambutnya. Rasanya begitu frustasi dan rasa penasaran yang ia rasakan terasa menyiksa. Ia harus menanyakannya langsung pada Taehyung nanti.
"Yura, ayo kita berangkat."
Anak itu menurut. Ia mengambil tasnya dan berjalan mengikuti papanya.
***
"Kamu cari kontrakan yang seperti apa?"
Jimin membuka suara setelah beberapa menit saling diam. Bahkan Taehyung sedari tadi hanya menatap jalanan tanpa minat. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Pokoknya yang nyaman dan harganya terjangkau."
Jimin mengangguk paham. Ada beberapa kontrakan yang bisa ia rekomendasikan. Ya meski bukan kontrakan yang mewah, tapi jika kenyamanan yang Taehyung butuhkan, sepertinya ia akan cocok.
"Memangnya kenapa pindah sih? Bukannya enak ya tinggal sama kakak?"
Taehyung menghela napas. Memang enak sih kalau tinggal bareng kakak. Ia jadi tidak bingung untuk meminta bantuan jika sedang membutuhkan. Ia juga tidak mengkhawatirkan apa yang ia makan saat bersama dengan mereka. Tapi ia tidak bisa terus tinggal di rumah itu, terlebih setelah ia menjalin hubungan terlarang bersama Jungkook.