32

1K 160 81
                                    

"Kenapa tidak pernah cerita tentang mantanmu yang sering datang ke toko? Kalau melihat dia sampai akrab seperti itu sama Yura, berarti dia lumayan banyak menghabiskan waktu di sana."

Jungkook bertanya setelah memasuki kamar mereka.

"A-ah i-itu...."

Jennie menjadi bingung. Ia belum sempat memikirkan alasan yang tepat jika Jungkook menanyakan tentang ini padanya.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan? Hm?" Jungkook semakin mendekat membuat Jennie reflek memundurkan badan.

"Ju-Jungkook, a_aku bisa jelaskan. I_itu sama sekali tidak seperti yang kamu pikirkan."

Jungkook mengeraskan rahang, dari cara bicara Jennie saja sudah dapat disimpulkan jika dugaannya memang benar. Ada hal yang selama ini istrinya sembunyikan darinya.

"Jadi ini alasanmu betah di tokomu itu?"

"Tidak, Jungkook."

Jennie berusaha menggapai wajah Jungkook, tapi Jungkook menghindar. Ia merasa sangat kesal hingga rasanya enggan bersentuhan dengannya.

"Lalu apa?"

"Aku juga tidak tahu, Jungkook!" Jennie meninggikan suaranya. Ia merasa terpojok, ia ingin menjelaskan jika ia pun merasa tidak nyaman dengan kedatangan Ji Yong ke tokonya. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula, ia kira hal seperti ini tidak akan terjadi kepadanya, semua akan baik-baik saja meski Ji Yong sering menemui dirinya dan juga Yura. Tapi ternyata?

"Seharusnya dari awal pun aku mengusirnya. Seharusnya aku tidak membiarkan Ji Yong mendekati Yura. Aku memang bodoh. Apa yang harus aku katakan pada Jungkook sekarang?"

Jennie menghela napas, menatap mata sang suami dengan tatapan yang nanar. Ia akan mencoba menjelaskan sebisa yang ia lakukan.

"Dia hanya datang untuk membeli kue di toko. Lalu tanpa sengaja ia bertemu dengan Yura dan mereka menjadi akrab. Aku juga tidak paham kenapa mereka menjadi sedekat sekarang. Aku sungguh tidak memikirkan apapun, Jungkook. Hanya kamu yang ada di hatiku saat ini, tidak ada yang lain. Kumohon, percayalah padaku."

Jennie mencoba meraih tubuh Jungkook untuk dipeluk, tapi lelaki itu malah menolak dan malah mendorong tubuh Jennie dengan pelan.

"Entahlah, aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja sekarang."

Jungkook beranjak dari tempatnya, menyambar kunci mobil yang sempat ia letakkan di atas nakas dan kemudian keluar kamar.

"Jangan mencariku. Aku perlu menjernihkan pikiranku." Ucap Jungkook sebelum menutup pintu kamar itu dengan keras.

***
Jungkook memijat kepalanya yang terasa berat. Beberapa hari ini rasanya sangat melelahkan baginya. Taehyung yang kini mengandung anaknya dan Jennie yang ternyata dekat kembali dengan mantan kekasihnya. Semua sangatlah tiba-tiba. Ia bahkan belum sempat memikirkan jalan keluar dari permasalahan yang pertama, tapi permasalahan lain malah muncul menghampirinya.

"Apa ini adalah karma?" Gumamnya.

Ia menghela napas kasar dan melajukan mobilnya ke arah kontrakan Taehyung. Mungkin dengan berada di sana bisa membuat pikirannya menjadi lebih tenang.

"Taehyung, sedang apa dia sekarang?"

Rasa bersalah kembali muncul saat ia mengingat adik iparnya itu. Ia merasa sangat pecundang, karena sampai sekarang pun ia masih belum bisa memberinya kepastian.

"Aku merindukanmu, Taehyung."

Mobil itu terus melaju hingga sampailah di depan kontrakan Taehyung. Jungkook tidak langsung turun, ia memilih mengintip kediaman Taehyung dari balik jendela mobilnya.

Dangerous Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang