Lantunan melodi romantis menggema di seluruh ruang gereja. Taehyung dengan debaran jantungnya yang menggila berkali-kali mencoba mengatur napas, berharap hal tersebut dapat membuatnya menjadi lebih tenang. Tapi sepertinya usahanya sia-sia. Debaran jantungnya semakin cepat saat pembawa acara memanggil namanya dan menyilakan dirinya berjalan menuju altar.
"Apa kamu merasa deg-degan?" Tanya Jimin seraya menoleh ke arahnya.
"Iya, sampai rasanya mau mati."
Jimin tak dapat menahan tawanya. Lihatlah ekspresi tegang sahabatnya ini, jika tidak mengingat ini adalah acara pernikahan, Jimin yakin orang-orang akan mengira Taehyung sedang berada di bawah tekanan. Ah, lebih tepatnya, ekspresi dia sekarang seperti seorang mahasiswa yang akan disidang oleh dosen galak.
"Lihat, keringatmu membuat riasanmu menjadi berantakan. Jangan terlalu tegang, atur napas." Jimin berucap seraya menghapus keringat Taehyung yang mengalir di pelipis dengan tangan kirinya yang bebas. Beruntung tadi ia sempat membawa beberapa tissu dan menyimpannya di saku jas. Jadi ia bisa menggunakannya sekarang.
"Aku sudah berusaha tenang dari tadi." Ucapnya. Jimin hanya tersenyum sembari mengelus punggung tangan Taehyung. Berharap elusannya itu dapat memberikan rasa tenang padanya.
Taehyung menarik napas panjang sembari berucap kata baik-baik saja berulang kali saat kakinya mulai melangkah beriringan dengan Jimin. Sesekali ia mencoba menyunggingkan senyuman saat menatap para undangan yang datang di pernikahannya. Tidak terlalu banyak memang, tapi ia sangat bahagia dan bersyukur karena mereka yang datang adalah orang-orang terdekatnya. Orang-orang yang berharga bagi Taehyung dan juga Jungkook.
Taehyung melambaikan tangannya pada Seojoon dan Wooshik yang terlihat duduk berdampingan di barisan tengah. Tak jauh dari mereka, Taehyung juga melihat dosennya, Park Bogum yang turut hadir di pernikahannya bersama dengan rekan dosen yang menjadi sahabat kekasihnya.
"TaeTae!" Taehyung menoleh saat suara khas itu menyapa pendengarannya. Ia merasa bahagia saat melihat Yura dan juga kakaknya bersedia hadir di acara pernikahannya.
"Kak Jennie...." Mata Taehyung berkaca-kaca saat melihat sang kakak tengah tersenyum padanya. Terbersit rasa bersalah dalam hatinya saat mengingat hubungannya dengan sang kakak yang sempat menegang beberapa minggu belakangan. Tapi Taehyung merasa bersyukur, sejak terakhir mereka bertemu, hubungan keduanya sudah mulai membaik_ya meski mungkin tidak bisa seperti dulu lagi.
"Bunda."
Taehyung bergumam saat matanya tak sengaja bertemu tatap dengan bundanya. Hatinya terasa menghangat saat melihat sang bunda yang tersenyum teduh ke arahnya. Itu adalah senyuman terbaik yang pernah bunda berikan padanya.
Langkah Taehyung terhenti saat sampai di hadapan kekasihnya_ orang yang beberapa menit lagi resmi menjadi pendampingnya.
"Aku serahkan Taehyung padamu. Tolong jaga dia dan bahagiakan dia."
Jimin melepaskan tautan tangan Taehyung pada lengannya, membiarkannya berpindah kepada seseorang yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai suami dari sahabatnya.
"Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu mengusahakan kebahagiaan untuknya."
Jimin tersenyum lega kala mendengar ucapan itu secara langsung dari mulut Jungkook. Nada suara serta intonasinya yang mantap menandakan bahwa ucapannya itu memang benar. Ia memang bersungguh-sungguh dengan apa yang baru saja diucapkan.
"Aku pegang ucapanmu, Pak."
Setelah berucap begitu, Jimin pun turun dari altar dan bergabung dengan para undangan yang lainnya.