Taehyung menatap kertas yang ia pegang dengan perasaan tak karuan. Ada perasaan senang dan bingung yang ia rasakan. Ia senang karena ia akan menjadi seorang ibu. Tapi ia juga bingung, ia takut memberi tahu Jungkook, dan ia juga takut jika keluarganya tahu tentang kehamilannya.
"Aku harus bagaimana?"
Matanya berkaca-kaca. Ia menarik napas dan menyimpan kembali kertas itu, memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa.
"Bagaimana?" Tanya Jimin penasaran.
"Selamat ya, usia kandunganmu baru dua minggu. Itu termasuk usia rentan. Oleh karena itu, kamu harus meminum semua obat dan vitamin yang saya berikan." Ucap dokter itu kepada Taehyung.
Jimin membolakan mata, ternyata apa yang ia khawatirkan terjadi juga.
"Kak Yoongi tidak salah kan?" Tanya Jimin memastikan.
"Hei, kamu pikir aku dokter abal-abal?" Yoongi menatap kesal ke arah Jimin. Bagaimana bisa dia meragukan kredibilitasnya sebagai seorang dokter kandungan? Kurang ajar!
Jimin beralih menatap ke arah Taehyung. Anak itu terlihat bingung, bahkan setelah membaca surat hasil pemeriksaan kandungannya barusan, tatapan mata Taehyung langsung berubah. Tidak ada binaran semangat seperti yang biasa ia lihat.
"Taehyung, kamu tidak apa-apa?"
Jimin memegang kedua pundak sahabatnya.
Taehyung tidak menjawab. Ia melepas pegangan Jimin pada pundaknya dan beralih menghadap ke dokter kandungannya.
"Terima kasih, Dok. Saya akan meminum obat dan vitamin itu dengan rutin."
"Baiklah, Taehyung. Jaga kesehatanmu ya? Jika perlu apa-apa, langsung datang ke sini saja."
"Baik, Dokter. Terima kasih banyak. Kalau begitu, saya permisi."
Taehyung beranjak dari duduknya diikuti oleh Jimin di belakangnya.
"Terima kasih, Kak. Aku pulang!" Jimin melambaikan tangan pada sang dokter seraya memberikan senyuman.
"Ya, hati-hati."
***
Selama perjalanan menuju parkiran, tak ada ucapan apa pun yang keluar dari mulut keduanya. Baik Taehyung maupun Jimin, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Tae?"
Jimin memulai percakapan setelah keduanya masuk ke dalam mobil.
"Aku sangat naif, Jim. Aku melakukan apapun tanpa memikirkannya terlebih dulu. Sekarang, aku tidak tahu harus bagaimana."
Suara Taehyung terdengar putus asa. Jimin yang mendengar pun menjadi tidak tega. Ia menarik tubuh Taehyung ke dalam dekapannya.
"Jangan menyesalinya, Tae. Itu semua tidak ada gunanya."
Jimin melepas pelukannya dan menangkup wajah sahabatnya.
"Kamu harus fokus dengan janin yang ada di kandunganmu sekarang. Kamu harus bisa bersikap dewasa dan menentukan jalan hidupmu kedepannya mau dibuat seperti apa. Kamu tidak bisa hanya memikirkan dirimu saja, kamu juga harus memikirkan calon bayimu juga."
Air mata Taehyung jatuh begitu saja membasahi pipinya. Apa yang diucapkan Jimin barusan ada benarnya. Ia harus berani mengambil keputusan. Ia juga harus memikirkan nasib janin yang ada dalam kandungannya.
"Jim, menurutmu, apakah aku perlu memberi tahu kak Jungkook?"
Jimin menghela napas dan kemudian menyunggingkan senyuman.