Merawat bayi ternyata tidaklah gampang. Di minggu awal setelah persalinan, Taehyung merasa dunianya dibalik begitu saja. Bagaimana tidak? Biasanya saat malam, ia bisa tidur dengan nyenyak, tapi sekarang setiap dua jam sekali ia harus terjaga untuk memberikan asi kepada putranya. Tak jarang ia hampir ketiduran dan membuat putranya hampir jatuh dari gendongan, tapi beruntung, suaminya selalu sedia mendampinginya, turut menjaga saat Taehyung mulai lalai karena lelah yang ia rasa.
"Sayang, istirahatlah. Biar aku yang menggantikan." Jungkook mengambil alih sang putra dari gendongan Taehyung. Menyilakan Taehyung untuk beristirahat dengan posisi yang nyaman.
"Terima kasih, Hubby." Ucap Taehyung sembari merebahkan tubuhnya.
"Sama-sama, Sayang." Jungkook menimang putranya sembari mendendangkan sebuah nyanyian, membuat sang bayi tersenyum dan kemudian tertidur.
"Tidur yang nyenyak sayangku." Jungkook mengecup jemari sang putra lalu merebahkannya secara perlahan di box bayi yang sengaja ia letakkan di samping tempat tidur mereka.
Jungkook menoleh sejenak ke arah jam yang menggantung di sudut kamar, waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Ia kemudian mendekat ke arah Taehyung dan mengusap rambutnya secara perlahan.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Sayang. Terima kasih." Tak lupa membubuhkan kecupan sayang di kening Taehyung sebelum kemudian ia berlalu.
Setelah kelahiran putra mereka, bukan hanya Taehyung yang merasakan perubahan dalam hidupnya, tapi Jungkook juga. Sangat tidak mudah baginya untuk menjadi suami siaga sekaligus tanpa meninggalkan pekerjaannya sebagai dosen. Dia harus pintar mengatur waktu dengan membantu Taehyung sebisa yang ia mampu. Mulai dari mensteril segala peralatan yang digunakan oleh Jaesung, membuat sarapan, serta membantu membersihkan rumah. Meski mereka memiliki asisten rumah tangga, tapi rasanya tidak afdhol jika bukan ia sendiri yang melakukannya. Jungkook sangat berhati-hati dan mengusahakan lingkungan sekitar sang putra benar-benar bersih dan terbebas dari virus dan kuman.
Setelah selesai dengan segala tugas rutinan, barulah ia kembali ke kamar untuk bersiap-siap berangkat mengajar. Tak lupa ia membuat susu untuk Taehyung dan memastikan secara langsung bahwa minuman itu segera diminum.
"Sayang, aku berangkat dulu. Kalau memerlukan apapun atau terjadi sesuatu, segera kabari aku."
"Iya, Hubby."
Jungkook mengecup sekilas bibir Taehyung sebelum benar-benar meninggalkannya.
***
Sepertinya Taehyung harus banyak belajar dari pengalaman orang-orang tentang cara merawat bayi yang benar. Sudah hampir satu bulan ia menyandang status sebagai seorang ibu. Tapi selama itu, ia merasa insecure dengan dirinya. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu karena nyatanya Jungkook lebih fasih dalam merawat putranya, tidak seperti dia yang lebih banyak bingung dan mengeluh.Seperti hari ini misalnya, hampir satu jam Jaesung menangis tanpa sebab dan alasan yang jelas. Taehyung sudah berusaha sebisanya untuk menenangkan, mulai memberinya mainan, menimang serta menyanyikan lagu, sampai ia memberikan asi kembali karena mengira putranya masih merasa lapar. Tapi segala usahanya sia-sia, Jaesung masih saja menangis membuat Taehyung semakin panik.
"Kamu kenapa? Ayo bilang, jangan bikin momma bingung." Mata Taehyung sudah berkaca-kaca, ia tidak tega melihat wajah putranya yang memerah karena menangis terlalu lama.
"Duh, bagaimana ya? Mana bibi Han tidak datang hari ini."
Taehyung semakin panik dan terisak. Ia ingin mengabari Jungkook, tapi ia takut jika mengganggu kegiatan suaminya. Mau menelepon Jennie juga merasa tidak enak, akhir-akhir ini ia sudah lumayan metepoti kakaknya dengan menanyakan banyak hal.