"Bunda, a_aku bisa jelaskan."
Plak
Sebuah tamparan bunda layangkan ke pipi Jennie.
"Masuk! Kalian harus menjelaskan semuanya."
Bunda berjalan lebih dulu memasuki kontrakan Taehyung, lalu kemudian diikuti dengan yang lainnya.
Semua orang berkumpul di ruang tamu dengan keadaan yang kaku. Tak ada pun dari mereka yang berucap sepatah kata pun.
"Yura, kamu main di kamar TaeTae dulu, ya?" Ucap Taehyung pelan kepada Yura. Yura pun menganggukkan kepalanya, lalu melangkah menuju kamar Taehyung.
Bunda menatap semua orang dengan tatapan yang dalam. Ada perasaan marah, kecewa, serta kesedihan yang terlihat dari sorot matanya.
"Jennie, ceritakan semuanya dengan jelas." Ucapnya dengan nada yang tegas.
Jennie menghela napas berat, menatap setiap orang yang ada di ruangan itu sebelum kemudian memulai menjelaskan.
"Aku dan Ji Yong, kami berpacaran saat kami sama-sama kuliah di Yonsei University. Kami saling mencintai dan sering menghabiskan waktu bersama. Kebersamaan itu membuat kita menjadi khilaf dan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kita lakukan. Aku hamil, dan saat aku ingin memberitahu Ji Yong tentang kehamilanku, dia malah menghilang dan tidak ada kabar."
Bunda menatap lelaki yang baru saja putrinya ceritakan.
"Aku tidak menghilang, aku kecelakaan dan koma hampir satu bulan. Setelah kondisiku mulai pulih, aku berusaha mencarimu. Tapi ternyata kamu sudah menikah dengan Jungkook."
"Tunggu, jadi saat kamu menikah dengan Jungkook, kamu sudah mengandung Yura?"
Bunda menatap ke arah sang anak menuntut penjelasan.
"I_iya, Bunda. Saat itu aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku hanya berpikir untuk menghadirkan sosok ayah untuk Yura."
"Dan lalu membohongiku, begitu?" Jungkook tersenyum sarkas. Ia sungguh merasa menyesal pernah mencintai seseorang yang berhati licik seperti ini.
"Jadi selama ini kamu membohongi bunda dan semuanya? Astaga Jennie, bunda sungguh tidak habis pikir kepadamu."
Jennie diam menunduk. Baru kali ini ia melihat sang bunda begitu kecewa kepadanya. Sebenarnya pun ia sadar bahwa apa yang ia lakukan itu salah. Namun saat itu, tak ada pilihan lain. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk dirinya dan juga Yura.
"Lalu Taehyung, kenapa kamu bisa menjalin hubungan dengan suami dari kakakmu sendiri? Pikiranmu di mana? Kenapa kamu begitu tega mengkhianati kakakmu sendiri?"
Bunda beralih menatap Taehyung. Hatinya begitu sakit saat mengingat bagaimana Jennie yang menangis terisak saat mendatanginya. Ia sungguh tidak menyangka jika Taehyung tega melakukan hal seperti ini terhadap kakaknya.
"Aku hanya melakukan apa yang bunda dan kak Jennie minta." Ucapnya. Bunda dan Jennie yang mendengar pun merasa tidak paham dengan maksud ucapannya.
"Apa maksudmu?"
"Selama ini bunda selalu memintaku untuk menjadi seperti kak Jennie kan? Bersikap seperti kak Jennie, berprestasi seperti kak Jennie, memiliki suami seperti kak Jennie, semua harus seperti kak Jennie. Lalu kakak, selama aku tinggal di rumahmu, kamu selalu memintaku untuk tinggal seperti itu adalah rumahku, kamu juga selalu bilang untuk tidak sungkan kepada kak Jungkook. Kakak selalu membuatku dekat dengan kak Jungkook di setiap kesempatan. Lalu, saat aku merasa jatuh cinta dengannya, kalian menyalahkanku?" Taehyung tertawa di akhir ucapnya.
"Bunda, aku sudah menuruti permintaanmu. Aku sudah sama seperti kak Jennie kan? Bahkan aku sudah memiliki calon suami yang sama dengan kak Jennie. Lalu kakak, aku menjadi mencintai suamimu karena kamu yang membuat kita selalu bersama. Di mana kakak selama aku tinggal bersamamu? Kamu tidak pernah peduli padaku, mulai dari membangunkan, mengantar jemput, menemaniku, mendengar keluh kesahku, semua itu kamu limpahkan kepada kak Jungkook. Padahal kamu yang seharusnya melakukan semua itu, karena kamu adalah kakakku. Kakak hanya sibuk dengan urusan kakak sendiri tanpa peduli denganku, Yura, dan kak Jungkook."
"Jadi kamu menyalahkanku?" Jennie merasa tersungut karena tidak terima dengan ucapan adiknya. Ia beranjak dari duduknya lalu mendekat ke arah Taehyung.
"Jangan mencari pembenaran dengan menyalahkan orang lain. Kamu memang orang yang tidak tahu diri, Taehyung. Aku sudah berbaik hati dengan menerimamu di rumahku, tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah menjadi duri dalam rumah tanggaku. Kamu buat rumah tanggaku hancur." Ucapnya dengan menunjuk-nunjuk wajah Taehyung.
Taehyung yang merasa emosi pun beranjak dari duduknya, menatap nyalang sang kakak tanpa ada rasa takut di hatinya.
"Kakak bilang apa? Keluargamu hancur karenaku?" Taehyung tertawa.
"Harusnya kakak introspeksi diri, jangan hanya menyalahkanku atas kegagalan rumah tanggamu. Apa kakak pikir setelah kak Jungkook tahu kalau Yura bukan anaknya, dia akan tetap mau tinggal denganmu? Hidup bersamamu? Tidak, Kak. Bahkan orang bodoh pun tidak akan ada yang mau tinggal dengan seseorang yang sudah membohongi dia bertahun-tahun."
"KAU!" Tangan Jennie menggenggam erat menahan amarah. Ingin sekali rasanya menampar Taehyung dengan keras, tapi ia tidak ingin melakukannya. Ia tidak mau dikira semakin jahat oleh bunda dan yang lainnya.
"SUDAH CUKUP! KALIAN KEMBALI DUDUK!" Ucap Bunda. Kepalanya sungguh bertambah pening melihat kedua anaknya yang berseteru seperti ini.
Jennie dan Taehyung pun duduk kembali ke tempatnya.
"Taehyung, bunda minta maaf kalau apa yang bunda lakukan selama ini membuatmu salah paham. Bunda tidak bermaksud membanding-bandingkan kamu dengan kakakmu. Bunda hanya ingin melihat kamu menjadi orang yang baik, orang yang sukses, dan orang yang bisa bunda banggakan. Kasih sayang bunda sama pada kalian, tidak ada yang bunda bedakan." Air mata membasahi pipi bunda. Hatinya terasa sakit karena merasa gagal mendidik anak-anaknya. Ia tidak bisa hanya menyalahkan mereka. Sebagai seorang ibu, dia juga memiliki andil dengan apa yang terjadi pada anak-anaknya. Andai saat itu dia tidak membiarkan Jennie hidup sendiri di Seoul, pasti hal itu tidak akan terjadi padanya. Lalu Taehyung, andai saat itu dia tidak kekeuh menitipkannya pada Jennie, mungkin hal seperti ini juga tidak akan terjadi.
"Bunda sudah gagal. Bunda tidak bisa mendidik kalian dengan benar. Maafkan bunda." Bunda turun dari duduknya dan bersimpuh di hadapan kedua anaknya. Ia merasa sangat bersalah atas ini semua.
"Bunda."
Jennie dan Taehyung yang melihat bundanya menangis memohon maaf pun segera mendekat dan memeluk tubuh bundanya dengan erat.
"Maafkan aku, Bunda." Ucap Taehyung di sela tangisannya.
"Maafkan aku." Jennie mengeratkan pelukannya pada tubuh bunda dan menyandarkan kepalanya di pundak sebelah kiri bundanya.
"Bunda hanya memiliki kalian di dunia ini. Kalian satu-satunya harta berharga yang bunda miliki."
"Maafkan kami, Bunda. Kami tidak bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda." Taehyung berucap seraya mengeratkan pelukannya.
"Bunda akan selalu memaafkan kalian. Sebesar apapun kesalahan yang kalian lakukan, kalian tetap anak bunda. Kesalahan kalian adalah kesalahan bunda juga. Bunda yang gagal mendidik dan membimbing kalian."
"Bunda...."
Mereka pun menangis bersama.
Bersambung......
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Love
Fiksi PenggemarCerita ini terinspirasi dari film IPAR adalah MAUT.