Bab 9 (revisi)

17.4K 694 12
                                    

Kring… kring…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kring… kring…

Bel pulang sekolah berbunyi bertanda aktivitas belajar mengajar telah usai. Murid-murid berbondong-bondong keluar kelas menuju ke tempat parkiran. Ada yang menunggu menunggu jemputan, ada juga yang masih nongkrong di tempat parkiran seperti para inti Geng Black Lion yang berada parkiran khusus mereka.

“Kita ke markas nggak, nih, Bos?” tanya Vraka kepada Axton selaku ketua Geng Black Lion.

“Iya, kita mampir bentar ke markas. Kalau di antara kalian mau tetap tinggal, silakan,” jawab Axton datar menatap para sahabatnya.

“Emang Bos nggak tinggal?” tanya William.

William hanya menganggukkan kepala seolah memahami deheman Axton. “Lo gimana, Dric? Ikut kita ke markas?” lanjutnya bertanya kepada Cedric.

“Nggak, gue pulang bareng adek gue,” balas Cedric datar dengan pandangan mengarah kepada para siswa yang berlalu lalang.

“Kenapa nggak ajak aja adek lo ke markas, Dric?” celetuk Danu yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Cedric.

“Nggak.”

“Gue deketin adek lo boleh nggak?” tanya Danu dengan nada santai sambil menaikturunkan alisnya.

“Mau mati, lo?!” Cedric menatap datar Danu dengan senyum miringnya yang tampak menyeramkan.

Danu menelan ludahnya susah payah seraya tersenyum kikuk. Ia pun mengalihkan tatapannya yang semula menatap Cedric menjadi ke segala arah. Raut wajahnya langsung terkejut kala netranya tidak sengaja bertemu dengan Axton yang juga menatap dirinya setajam silet seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Anjir! Nggak ada yang mau nolongin gue kah? Sumpah, pengen lari gue ditatap dua iblis bertopeng malaikat. Batin Danu berteriak merasa tertekan.

Dari kejauhan, terlihat Liana sedang mengobrol dengan sahabatnya sambil berjalan menuju tempat motor mereka parkir.

Danu berdehem singkat untuk mengurangi kegugupannya. “Itu Liana udah keluar kelas sama sahabatnya.”

Berhasil! Ucapan Danu membuat Cedric dan Axton mengalihkan pandangannya ke arah Liana yang berjalan menghampiri mereka bersama sahabatnya.

Makasih, Liana, lo udah nolongin gue dari malaikat maut. Danu berkali-kali mengucapkan terima kasih di dalam hati sambil mengelus dadanya lega.

“Nanti kita jadi, kan, Valen?” tanya Liana memastikan ajakan jalan-jalan yang telah dirundingkan di kelas tadi.

Valen menoleh ke arah Liana yang juga menatap dirinya. “Ya jadilah! Sambil kita kulineran, cuy!” jawabnya tak kalah antusias, tak lupa dengan senyuman lebar yang terukir di bibirnya.

“Jam berapa?” tanya Liana.

“Enaknya agak sorean nggak, sih?” Valen menempatkan jarinya di dagu seolah berpikir. “Sambil keliling Kota Jakarta gimana?”

I'M FIGURAN! YESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang