Naruto berjalan menuju kamar Hinata, mencari permaisurinya malam itu, dia ingin menghabiskan malam bersama. Pria itu begitu semangat saat ini, melangkahkan kaki dengan wajah tersenyum cerah.
Entahlah, pria itu Sangat ingin bersama Hinata setiap saat. Dia harus memanfaatkan keberadaan Hinata, berusaha banyak meluangkan waktu untuk Ratu yang sempat meninggalkannya, menghabiskan hari-hari disertai rasa bahagia bersama. Dia tidak ingin menyesal dua kali.
Sang kasim telah membukakan pintu, menunduk, lalu berjalan mundur, meninggalkan Naruto di kamar Ratunya itu. Naruto memasuki ruangan luas itu, berkeliling mencari keberadaan permaisurinya, namun nihil. Hinata tidak ada disana.
Naruto cemas, dia segera keluar dari kamar Hinata. "Cari keberadaan Ratu sekarang" pria itu berucap tegas.
Semua orang disana menurut, menunduk, lalu pergi mencari Ratunya. Dayang, kasim dan prajurit, sibuk melakukan perintah Rajanya.
Naruto cepat-cepat melangkahkan kaki, ikut mencari Hinata. Perasaannya sungguh cemas, baru beberapa hari Ratunya itu kembali tapi sekarang tidak ada di kamarnya, padahal sudah Sangat malam. Naruto tidak ingin di tinggalkan lagi, tidak ingin sendiri lagi.
...
Hinata berjalan-jalan, dia tidak bisa tidur malam ini, gadis itu memikirkan kejadian mencengangkan ini, memikirkan kondisinya yang sulit beradaptasi di lingkungan kuno ini, juga memikirkan projectnya.
Ini bukan tempatnya, dia merasa kurang nyaman disini. Dia memikirkan bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Naruto, menjelaskan bahwa dia ingin kembali. Ikan yang hidup di air tawar akan mati jika harus dipaksa hidup di air asin.
Hinata duduk di tepi kolam ikan, lututnya ia tekuk, kepalanya bertumpu pada lutut. "Ayah.. Ibuu. Hinata ingin pulang" Hinata terus mengatakan itu, matanya memanas, air matanya keluar.
Tiba-tiba Hinata merasakan ada yang memeluknya dari belakang, memberikan kehangatan di malam yang dingin itu. "Aku mencarimu"
Suara bariton itu berbisik di telinganya. Ya, Hinata hafal, itu adalah suara Sang Raja, suaminya.
Hinata menghapus air matanya, membenahi posisi duduknya, menghadap Naruto dengan senyum yang dipaksakan. "Baginda Raja"
...
Mereka sudah di kamar Hinata sekarang. Naruto duduk menyandarkan punggungnya di dinding dengan Hinata yang berada di pelukannya, kepalanya menyandar di bahu Naruto.
Naruto membelai surai Ratunya itu lembut. "Kenapa keluar malam-malam begini?"
"Aku tidak bisa tidur" Hinata mencoba menjelaskan.
Naruto menciumi puncak kepala Hinata. "Aku Sangat khawatir"
Hinata mendongak, memperhatikan Naruto yang berbicara dengan sungguh-sungguh. "Maafkan aku"
Naruto tersenyum. "Tak apa, jangan lakukan itu lagi lain kali"
Hinata mengangguk. "Aku janji"
Hinata menyadari sesuatu. Naruto Sangat mencintai Sang Ratu yang begitu mirip dengannya itu, menyayanginya sepenuh hati hingga bersikap begitu posesif.
...
"Aku Sangat bangga padamu" ucap Naruto disela kegiatannya melepaskan hiasan kepala Hinata.
Hinata tersenyum. "Kenapa?"
"Kau begitu menguasai pelajaran dengan begitu cepat. Kau Sangat cerdas, aku Sangat tau" ucap Naruto lagi.
"Apa aku sudah dianggap pantas bersanding degan Raja yang agung sepertimu?" Hinata melirik Naruto yang ada di belakangnya.
"Dari awal kau memang Ratuku, tidak ada yang boleh menentang itu" Ucap Naruto tegas.
Hinata menoleh kepada Naruto, tersenyum ke arah pria itu. "Apa kau mencintaiku?"
Naruto mengerjapkan mata, tangannya segera menangkup pipi Ratunya itu. "Tentu saja, semua orang tau itu, aku hanya mencintaimu"
Hinata tersenyum lebar, tangannya mengelus punggung tangan Naruto yang ada di pipinya, gadis itu mengangguk. "Aku percaya padamu"
...
Naruto mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya dengan bibir Hinata, mengecupnya beberapa kali, lalu melumatnya. Lumatan itu semakin dalam, semakin liar, sarat dengan rindu yang sudah sangat menggebu.
Hinata mengimbangi ciuman Naruto, jari lentiknya beregerak membelai surai Sang Raja, lalu berpindah menuju rahang tegas Naruto. gadis itu kehabisan nafas.
"Maaf saya perlu beradaptasi dengan anda Baginda Raja" Hinata berbicara pelan, kepalanya menunduk.
Naruto mengamati Hinata. Dia begitu risih saat Hinata berbicara formal begini padanya jika sedang berdua. Namun Naruto segera menganggguk, Hinata butuh menyesuaikan diri, Ratunya itu telah kehilangan ingatan dan masih menganggapnya orang asing.
"Baiklah, kita tidur sekarang ya. kau perlu banyak istirahat" ucap Naruto pelan.
Hinata mengagguk. Gadis itu membaringkan tubuhnya di samping Naruto dengan pria itu yang terus menatapnya, mengelus surainya.
Hinat merona sekarang, gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Jangan melihatku terus, aku malu" Hinata merengek.
Naruto tertawa pelan, jika sedang manja begini Ratunya itu sungguh menggemaskan.
...
Hinata begitu bahagia, dicintai dengan sangat hebat oleh pria tampan seperti Naruto, disayangi dengan begitu tulus oleh Sang Raja, diperlakukan layaknya ratu negeri dongeng oleh orang nomor satu itu.
Namun hinata sadar. Semua itu bukanlah untuknya tapi untuk Sang Ratu. Dia hanya beruntung memiliki paras yang sama dengan permaisuri Naruto itu. tekankan sekali lagi, dia hanya beruntung!
Pada dasarnya cinta yang begitu besar dari Naruto tidak ditujukan padanya!
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Majesty✅
Fanfiction👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku." 🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi." ...