1

415 26 2
                                    

Naruto berada di samping kolam, memikirkan ucapan para petinggi kerajaan untuk menikah lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naruto berada di samping kolam, memikirkan ucapan para petinggi kerajaan untuk menikah lagi. Pria itu begitu mencintai mendiang istrinya yang terbunuh setahun yang lalu. Sosok cantik lemah lembut dan cerdas yang rela mempertaruhkan nyawa agar Sang Baginda Raja selamat dari Patih yang menginginkan tahtanya.

Naruto terlalu larut dalam lamunannya, tidak menyadari seorang wanita cantik telah berdiri dibelakangnya, diikuti lima dayang dibelakang wanita itu.

"Yang mulia" suara yang begitu halus itu keluar dari bibir seorang wanita cantik yang menjadi selirnya, Saara.

Naruto menoleh, menatap wanita cantik di depannya dengan ekspresi datar. Pria itu bergantian menatap para dayang, isyarat untuk meninggalkan mereka berdua di tepi kolam.

"Saya menghawatirkan anda" Saara tersenyum, memandangi Naruto.

Naruto tersenyum simpul. "Tak perlu berelebihan seperti itu. Aku tidak apa-apa"

"Saya mungkin bisa meringankan masalah anda, Yang Mulia" Saara menunduk, wajahnya sudah merona sekarang.

Naruto paham dengan kata yang sungguh memancing itu. Dia membelai lengan Saara dari atas kebawah, menggelitik tengkuknya. Mendaratkan bibirnya pada bibir selirnya itu, melumatnya.

...

Saara menikmati setiap perlakuan Naruto, lembutnya belaian Naruto, sensasi menggairahkan ciuman serta lumatan dari sang raja.

Naruto membuka lapisan gaun Saara, membukanya perlahan, tangannya mengelus semua sisi tubuh selirnya itu, menciumi setiap jengkal kulit yang terlihat begitu menggoda.

Naruto tersenyum saat mencium aroma mawar yang begitu wangi dari tubuh Saara. "kau mempersiapkan segalanya"

Saara mengangguk. "Semuanya milik anda, Yang Mulia"

Naruto memulainya, memberi rangsangan hebat menggetarkan ditubuh selirnya itu. Pria itu menikmati setiap remasan yang dilakukan Saara padanya. Naruto begitu hebat melakukannya. Memberikan rasa geli tanpa henti.

"Yang Muliaahhh"

"Aahhh..Ahhh"

Naruto terus menggoda, memainkan gundukan kenyal milik Saara, membuat wanita itu terus mennyebutkan namanya, disela desahan yang ia keluarkan dengan begitu sensual.

"Kau menikmatinya?" Naruto tersenyum, kembali melumat bibir selirnya itu agar berhenti mendesah.

Sara tidak kuasa menahannya, dia ingin segera menikmati menu utama dari sang raja, namun Naruto justru masih ingin bermain-main dengan tubuhnya yang sudah mengalami getaran hebat.

"Emmmhhhh"

...

Naruto menjilati leher harum Saara, melumatnya lalu menghisapnya dengan kuat, tangannya meraba liang surga selirnya itu, bermain dengan lincah disana.

"Aaahhh... Yang Muliahh"

Naruto membaringkan Saara, menindih selirnya itu yang kini sudah telanjang dibawahnya. Pria itu sibuk meremas payudara selirnya dengan lembut, menciumi belahan dadanya.

"Ahh.. shhhhh"

"Aahh..aahhh...aahhh"

Naruto kembali menarik sudut bibirnya, suara desahan Saara begitu menggodanya, pria itu menggesekkan miliknya yang masih tetutup inner dari jubah kebesarannya dengan milik selirnya itu.

Saara menggelengkan kepala, menikmati cumbuan, remasan, juga gesekan secara bersamaan. Wanita itu begitu frustasi, matanya sudah penuh dengan kabut gairah, namun Naruto masih juga belum memulai acara intinya.

Tiba-tiba Naruto bangkit, enggan melanjutkan aktifitasnya meskipun miliknya sudah sangat tegang. "Lanjutkan sendiri" dia segera memakai jubah kebesarannya, keluar dari ruangan itu.

Saara menangis dengan perlakuan Sang Raja, dia sudah seperti ini tapi Naruto meninggalkannya begitu saja, padahal dia juga merasakan milik Rajanya itu begitu menekan miliknya dibawah sana.

Wanita itu menghapus air matanya, menurunkan kembali hasrat yang sudah sangat memuncak ingin di masuki. Namun dia hanyalah selir, tidak berhak memohon saat Sang Raja sudah mengambil keputusan.

...

Naruto menangis di dalam kamar, menatap lukisan permaisurinya yang begitu cantik dengan assesoris dikepalanya. Dia tidak terima dengan itu semua. Pria itu sudah membunuh sang patih, menghukum semua orang yang terlibat dalam kasus kematian sang permaisuri. Namun permaisurinya itu sudah mati, tidak akan pernah kembali lagi.

"Maafkan aku yang tidak bisa melindungimu"

Pria itu membaringkan tubuhnya, menghadap lukisan itu dengan posisi miring. Dia begitu marah saat mendengar sang ratu tewas di medan perang demi melindungi dirinya. Dia semakin mengutuk dirinya sendiri saat mengetahui jika sang ratu ternyata tengah hamil putra mereka.

"Aku merindukanmu, Hinata"

...

Your Majesty✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang