5

133 11 0
                                    

Sore itu Hinata bersiap melakukan pemotretan untuk malam nanti. Dia mengisi perut dengan satu paket burger yang tadi dibelikan Natsu.

Hinata menatap makanan di depannya. "kenapa dua? Kau pikir aku serakus itu?"

Natsu memincingkan mata. "jangan terlalu percaya diri. kau tau managermu ini juga butuh makan"

Natsu sangat hafal. Hinata itu gampang sekali sewot, terkadang bertingkah manja layaknya seorang adik kepada kakaknya, terkadang juga sering mengerjainya, meneriakinya perawan tua. Laknat sekali keponakannya itu, dasar!

Hinata beroh ria, kepalanya mangut-mangut, segera mengambil burger itu lalu memakannya. "Enak"

"Diskon 70% sampai kontrak berakhir" Natsu menaik turunkan alisnya.

Hinata melihat bungkus burger itu. Ah, ternyata merk makanan yang bekerja sama dengannya. Pantas saja!

...

Dilokasi pemotretan sudah sangat riuh sekali, banyak pekerja berlalu lalang menyiapkan peralatan, kamera, lighting, juga properti pendukung. Mereka nampak mengusungnya satu persatu.

Mereka sedang berada di istana kuno. Istana itu konon merupakan kediaman raja pada abad ke 16 yang sekarang masih dilestarikan. Pemerintah jepang merenovasinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah dan peningalannya.

Katanya, bentuk bangunan tidak banyak diubah, hanya beberapa perabotan serta dinding yang diganti dengan yang lebih kuat namun tetap disamakan dengan bentuk aslinya.

Istana itu sekarang dijadikan tempat beribadah dan studytour, beberapa kali juga dijadikan tempat syuting drama sejarah dari berbagai judul. Ya, karena tempat itu sangat ikonik, begitu megah dan estetik.

...

Hinata diarahkan menuju salah satu bilik yang ada di istana kuno itu, katanya itu adalah ruang pribadi sang ratu dulu. Dilihat dari bentuk bangunannya, sepertinya memang benar, cat yang begitu berkilau saat terkena cahaya lampu, juga terdapat lampu tembok kuno yang lebih estetik daripada di beberapa ruangan yang tadi sempat ia singgahi.

Diruangan itu juga terdapat lemari ukiran. Terdapat pintalan benang didalamnya, beberapa guci juga beberapa perhiasan. Yang pasti itu semua adalah imitasi, sebagai sarana pendukung saja. Yang asli? Mungkin sudah dimuseumkan.

Hinata memakai gaun merah, rambutnya digelung setengah. Dia memakai benyak sekali hiasan dikepalanya, sangat berat dan membuat pusing. Namun dia harus menjaga keprofesionalan saat bekerja.

Dia melakukan beberapa pose, melihat bawah, tersenyum, duduk, berdiri dan masih banyak lagi. Hinata pandai melakukannya. Memamerkan ekspresi cantik merupakan kegemarannya.

...

Pemotretan itu sudah selesai, namun Hinata masih enggan melepas kostumnya itu. Dia menyuruh Natsu memotretnya dilain tempat, kembali melakukan beberapa pose. Imut, serius juga absurd.

Mereka tertawa setelah melihat hasil jepretan itu.

"Astaga.. kenapa didunia ini ada bidadari yang gagal naik kayangan?" Hinata memandang fotonya dengan mata berbinar-binar.

Natsu memutar matanya malas. Hinata sungguh narsis! "Apa kau lapar lagi?"

Hinata mendelik, bibinya itu sungguh iri sekali! "Tidak. Aku sedang mengagumi ciptaan Tuhan"

"Oh, ayolah. Dia hanya gadis manja yang terlalu narsis" Natsu tidak terima.

Hinata melirik tajam kepada managernya itu. "Bilang saja kau iri"

Natsu mengerjapkan matanya. "Enak saja!"

Hinata terus menatap ponselnya, menscroll beberapa foto yang telah di ambil tadi. Gadis itu tidak memerhatikan jalannya. Tiba-tiba..

Trakk..

Pangkal hidung Hinata tidak sengaja terkena kaki tripot yang sedang dipanggul oleh tim sukses, membuatnya begitu pusing. Dia tidak bisa menjaga keseimbangan, Hinata ambruk, tubuhnya menabrak guci besar, membuat guci itu oleng kearah kiri lalu pecah.

Semua orang yang melihat itu berteriak, segera berlari menghampiri Hinata yang sudah pingsan.

Natsu mengangkat kepala Hinata, membawanya kepangkuan. Hidung Hinata berdarah, pelipis dan pipinya tergores pecahan guci, lalu kepalnya tertusuk asesoris kepala yang ia pakai.

Natsu begitu panik, segera membawa Hinata ke rumah sakit agar segera ditangani.

...

Your Majesty✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang