NOL

42 13 13
                                    


Hal kecil yang disepelekan. Orang sering melupakan, bahwa pencapaian besar justru dimulai dari kumpulan hal kecil yang akhirnya memberi perubahan. Titik nol. Dari sanalah Langkah itu dimulai.

Atisha Damayanti.

Perempuan berusia 29 tahun dengan karir cemerlang. Atisha begitu orang biasa memanggilnya. Dia adalah konsultan keuangan, selebgram juga pemilik resto sunda 'imah riung'.

Parasnya khas Perempuan jawa. Kulit gula aren, wajah bulat, tinggi kisaran 160 cm. Lulusan universitas ternama. Lulus dengan IPK sempurna 4.0 dalam waktu 3.5tahun. Semasa kuliah Dia magang di sebuah perusahaan multinasional. Kesibukan tak membuat Atisha melupakan kewajiban sebagai mahasiswa. Menyelesaikan kuliah sebelum masa study -nya berakhir. Tak lupa. Dia juga salah satu aktivis di kampus. Deretan prestasi prestisius diraih dengan mudah. Matel, Mahasiswa teladan. Begitu teman-temannya biasa memanggil.

Melampau teman-teman seangkatannya, Atisha mahasiwa yang sangat disiplin. Rahasia yang sangat umum, bahwa kedisiplinan adalah kunci untuk memerdekakan seseorang dari hal lain yang akan menyulitkan di masa datang. Demi kemerdekaan itulah Atisha memilih bersusah payah menjalani hari-hari dengan kedisiplinan melalui jadwal harian. To do list selalu dibuatnya setiap malam menjelang tidur. Atisha sangat perhitungan dengan hidupnya. Dia mengukur setiap langkah yang akan ditapaki. Hati-hati membuat to do list harian hingga capaian mingguan, bulanan, tahunan, lima tahunan, hingga 10 tahunan. Semua dilakukan demi mencapai impian kecil hingga impian besar miliknya.

Kebiasaan disiplin mulai dilakukan sejak masuk jenjang perguruan tinggi. Kedua orang tuanya menyerah menanggung biaya kuliahnya. Beruntung Atisha diterima di universitas tanpa ujian, lolos jalur raport dengan beasiswa penuh. Meskipun tetap saja, beasiswa tak sepenuhnya menutup kebutuhan Atisha sebagai mahasiswa manajemen keuangan. Itulah mengapa Athisa mengambil part time job sebagai tutor - pengajar les disebuah bimbingan belajar dan mulai menjalani internship di semester tiga di sebuah Perusahaan multinasional.

Sekarang Atisha adalah selebgram dengan pengikut hingga 1,3 juta pengikut di instagram. Ia populer sebagai konsultan keuangan yang memberikan insight positif kepada masyarakat melalui media sosial. Konten yang dibuatnya tak jauh dari masalah keuangan. Dari perencanaan, hingga investasi. Kliennya beragam. Dari Masyarakat menengah kebawah sampai Perusahaan besar.

Tak heran orang melihat Atisha sebagai sosok inspiratif. Dia pun menjadi contoh Perempuan mandiri di zaman modern ini. Pun ketika Atisha membuat siaran live di Instagram pribadinya, dalam hitungan detik orang berbondong menonton demi mendengarkan Dia berbagi ilmu terkait keuangan.

Hidup Atisha bisa dibilang sempurna dengan segala pencapaian yang berhasil di raihnya. Banyak orang iri melihat sosoknya. Kesuksesan yang diraih Atisha seakan anak panah yang melesat menembus titik sasaran. Jika biasanya anak panah hanya mencapai satu target buruan, maka anak panah Atisha menembus target demi target sekaligus. Seperti Claut Archery, Atisha bahkan mencapai target yang terjauh sekalipun. Target dari capaian 10 tahunan yang ditulis saat journaling pun berhasil diwujudkan. Kira-kira begitulah yang tertulis di media. Orang-orang yang mengenal Atisha dalam kehidupan nyata maupun media sosial pun meng-iya-kan apa yang dikatakan media. "Seorang selebgram dan influencer Perempuan yang inspiratif dan memiliki kehidupan sempurna". Mereka semua sepakat akan hal itu. Sayangnya ada satu hal yang mereka tidak tahu. Sesuatu yang membuat Atisha merasa gagal menjadi dirinya sendiri.

Sawang sinawang. Begitu ungkapan dalam Bahasa jawa. Hidup orang lain selalu terlihat lebih Bahagia dibanding hidup sendiri. Setidaknya itulah yang sedang dialami Atisha. Dia selalu tersenyum getir tiap kali melihat keluarga muda dengan anak balita. Entah di dunia nyata maupun di dunia maya. Terutama saat tak sengaja scroll Instagram miliknya, ia bisa menangis tersedu-sedu melihat teman-teman seusianya memiliki pasangan, membangun keluarga kecil, memiliki anak-anak yang menggemaskan.

Iri. Benar Atisha sedang iri dengan kehidupan orang lain yang memiliki keluarga. Itu satu hal yang sangat diinginkan Atisha. Sebelumnya Dia menargetkan menikah di usia 25 tahun. Usia yang menurutnya sangat ideal untuk menikah. Sayangnya di usia itu, alih-alih menikah, Dia justru di tinggal menikah kekasihnya dengan Perempuan lain. Lebih tepatnya kekasihnya memilih menikah dengan Perempuan lain karena menganggap Atisha adalah Perempuan egois yang hanya fokus dengan dirinya sendiri. Lebih tepatnya lagi, kekasihnya merasa berkecil hati dengan pencapaian Atisha.

Begitulah. Perempuan sering dianggap pesaing oleh laki-laki minder seperti mantan kekasih Atisha. Perempuan yang hidup di tengah kultur patriarki kental memang tidak mudah. Jika Perempuan terlalu bergantung dengan laki-laki akan dianggap sebagai beban, dan jika terlalu mandiri dianggap sebagai pesaing.

Setidaknya nasib yang di alami Atisha membuatnya dijauhkan dari laki-laki pengecut macam mantan kekasihnya itu.

"Mbak..." Seorang pelayan membuyarkan lamunannya. Atisha menoleh ke arah sumber suara.

"Mbak, Bu Laila sudah datang. Apa Mbak Atisha mau langsung menemui disini atau saya persilahkan menunggu di Saung?"

"Di Saung aja ya.. nanti saya kesana. Terimakasih ya.." Atisha menghela nafas. Dia harus menemui klien terakhirnya hari ini sebelum memutuskan untuk break mengambil liburan sejenak dari pekerjaanya.

Atisha sengaja membuat kantor di dalam resto sunda miliknya. Kepraktisan. Dia ingin menjalankan dua pekerjaannya sekaligus, yaitu sebagai konsultan keuangan dan pemilik resto. Design Imah Riung pun sengaja dibuat seakan ditengah alam yang asri.

Orang akan takjub saat datang ke resto ini, mengingat letaknya di Tengah kota namun saat masuk ke dalam akan menjumpai air terjun setinggi 4 meter dengan danau buatan dibawahnya. Saung dengan atap jerami berjajar mengelilingi danau luas sekitar 1km, dengan perahu sampan ada di samping setiap saung. Ikan air tawar bermacam jenis berenang riang di danau. Anggrek bergelantungan memenuhi saung. Tepat disebelah kanan air terjun selisih 1 saung terdapat air terjun terdapat mini zoo dan playground. Di sisi yang berseberangan dengan air terjun terdapat kantor tempat Atisha biasa duduk menyelesaikan pekerjaan. Saung tempat Atisha menemui client ada di teras kantornya. Sungguh alam yang dipindahkan ke sebuah tempat makan. Atisha benar-benar menghabiskan uang tabungan menikah untuk membuat 'imah riung'. Dengan harapan suatu saat satu impian yang belum tercapai akan berhasil diwujudkannya di Imah Riung.

"Semoga satu impianku bisa terwujud," Bisiknya pada diri sendiri. Meyakinkan dirinya sendiri. Dia selalu membisikan kalimat itu tiap kali mulai ragu dan menyerah dengan perjalanan hidup yang sedang dijalani.

Atisha terdiam. Melihat client -nya duduk membelakangi, melihat ke arah air terjun.

"Apa aku mengenalnya?" Sisi dirinya yang lain meyakinkan, itu punggung yang tak asing. Namun pikiran logisnya berkata, "Abaikan prasangka yang mengundang spekulasi." Atisha berjalan mantap.

"Selamat siang..." Sapaan salamnya menggantung. Atisha tertegun. "Ah benar. Aku mengenalnya. Sangat mengenalnya".


***

Hi.. Terimakasih sudah membaca :)

ini pertama kali Atisha Damayanti mengenalkan diri.

Jujur aku pribadi iri banget dengan apa yang dimiliki Atisha.

Iri sama tokoh bikinan sendiri? Aku banget haha

Baru di bab 1 rasanya udah hmm :D

Jangan lupa beri dukungan dengan follow, vote dan komentar :)

Terimakasih ^^


Hello, 30!? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang