EMPAT

20 8 8
                                    

Setidaknya ada Empat.

Mereka yang mengelilingi hidupmu.

Sahabat, pasangan, keluarga, dan orang asing.

Jika kesulitan, mana yang kamu pilih untuk menemani?

Laila Si Plagmatis

Tanpa diminta, Laila pun bercerita. Dia menceritakan kemana saja selama 5 tahun ini. Ternyata Laila memang tidak kemana-mana. Tak pernah jauh dari Atisha. Hanya tak kontak secara langsung.

Laila memang tertutup terkait kehidupan pribadinya. Dia Pendengar yang sangat baik, tenang dan menyenangkan. Sampai-sampai tak disadari teman-temannya. Dia selalu mendengarkan dengan tulus tanpa memotong saat seseorang bercerita. Pembaca keadaan yang baik. Tau kapan harus menanggapi, pun tau kapan harus tetap diam mendengarkan. Dia akan menanggapi secukupnya jika ada hal yang harus ditanggapi. Dia benar-benar sosok psikolog yang memahami benar kondisi jiwa psikologis teman-temannya, khususnya teman geng pentagon.

Human without haters. Sebutan yang disematkan Atisha padanya. Saking selalu mengalah dalam perdebatan. Uniknya saat lomba debat, Dia menjadi sosok paling idealis diantara teman-temannya. Tentu saja, Laila langganan juara untuk kompetisi satu ini.Temannya ada dimana-mana. Barangkali orang suka karena kepribadiannya yang menyenangkan.

Wisuda paling terakhir diantara teman-teman geng pentagon. Bukan tanpa alasan. Laila, Mahasiswa berprestasi di Fakultas psikologi yang memutuskan menunda wisuda. Ayahnya sakit stroke. Ibuknya meminta Laila segera pulang.

Laila adalah anak bungsu dari lima bersaudara, Dia satu-satunya yang mungkin untuk bisa menemani merawat orangtuanya. Empat kakaknya sudah bekerja dan berkeluarga. Satu tinggal di negara tetangga, tiga tinggal di Eropa.

"Maaf Atisha, Mamiq tiba-tiba sakit. Tak lama, Inaq menyarankan aku untuk segera menikah. Karena takut tak bisa menyaksikan pernikahanku. usia Mamiq dan Inaq yang sudah 60 tahun saat itu. Jujur saja, saat itu aku bingung. Aku ingin memenuhi keinginan Inaq, tapi aku memiliki banyak Impian yang ingin ku capai sebelum aku menikah." Laila mulai menceritakan hidupnya 5 tahun kebelakang.

"Kenapa gak ngabari aku? Kamu anggap apa aku?" Atisha langsung memburu dengan pertanyaan.

"Hei.. nona Atisha.. aku belum selesai ngomong.."

Atisha menutup mulutnya. Mengangguk-anggukan kepala. Berusaha menutup mulutnya rapat-rapat. Mencoba menjadi pendengar yang baik. Takut-takut Laila tak mau melanjutkan cerita.

"Aku lanjutin nih yaa..." Laila senyum-senyum menggoda.

Mamiq – panggilan untuk Bapak, sedang Inaq – panggilan untuk Ibu. Keduanya panggilan dalam Bahasa sasak. Benar, Laila adalah gadis Lombok. Dia sama halnya dengan kebanyakan mahasiswa lain. Merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan study -nya di jenjang perguruan tinggi.

Ditengah kegundahan atas permintaan orangtuanya untuk menikah. Laila ingin sekali berkeluh kesah kepada sahabat-sahabatnya, terutama Atisha dan teman-teman geng Pentagon. Namun apa daya, teman-temannya sibuk. Setiap kali dihubungi, alih-alih Laila menumpahkan curahan hatinya, yang terjadi justru Laila menjadi pendengar. Iya. Teman-temannya justru menceritakan keluh kesah beratnya hidup pasca mendapat gelar sarjana.

Bagaimana dengan Laila? Sudah tentu Dia mengurungkan niatnya menceritakan masalah yang dihadapinya. Dia dengan lapang dada menjadi pendengar, menjadi teman bagi sahabatnya dalam menghadapi permasalahan hidup. Teman-temannya tak ada yang menyadari itu.

Sama halnya ketika Laila memberi kabar kepada sahabatnya untuk datang ke wisudanya. Semua sahabatnya meminta maaf tak bisa hadir karena pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Laila sedih. Bukan karena momen wisuda yang tak dihadiri, tapi lebih pada kabar yang ingin Laila sampaikan. Sebenarnya saat wisudanya, Laila ingin memperkenalkan pasangan hidup – suaminya kepada sahabat geng pentagon terutama Atisha.

Benar. Laila akhirnya memutuskan memenuhi permintaan mamiq dan inaq. Dia menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya. Suaminya adalah kerabat jauh dari mamiq. Jaraknya 5tahun lebih tua. Laila mengenal secara singkat, memantapkan hati kemudian bertunangan dan menikah.

Proses yang terjadi begitu cepat. Berawal dari mamiq sakit – Laila pulang kampung – Inaq memintanya menikah – diperkenalkan dengan calon suami – bertunangan – menikah.

Hidup siapa yang tau? Laila teringat perkataan Atisha.

Rencana hidup Laila berantakan. Laila sering menangis di awal pernikahan. Beruntung suaminya memahami. Memberi ruang pada Laila untuk menumpahkan kesedihan. Suaminya sabar menemani Laila beradaptasi dengan status baru. Menjadi istri. Memiliki pasangan. Status pernikahan baru saja melekat pada diri Laila.

"Lail.. jadi kapan tepatnya kamu menikah? Atisha tak sabar. Didorong rasa penasaran dan rasa bersalah yang semakin membuatnya tak berguna sebagai sahabat.

"Sekitar 8 bulan sebelum aku wisuda"

"Jadi, maksud kamu.. saat kita ketemu di tenda orange, kamu...."

"Iya.. saat itu aku sudah menikah" Laila kaget. Atisha tiba-tiba memeluknya. Mengucapkan kata maaf berulang kali.

"Lail.. maafin akuuu... aku sejahat itu jadi sahabatmu.."

"Bukan... kamu sahabatku yang baik Atisha. Aku yang memang tidak sempat memberitahumu."

"Jadi, kemana suamimusaat itu? Dan dimana dia sekarang? Aku harus bertemu orang yang mengambil sahabatkutanpa pamit" Atisha Kembali menjadi dirinya sendiri. Menatap Laila denganmenyelidik. Mengintrogasi. Mengalahkan tatapan ingin tahu dari wartawan berita gosip.


***

Melihat Laila, aku jadi mengoreksi diriku sendiri.

jangan-jangan aku memiliki sahabat seperti Laila.

Dia yang ada disampingku, tapi aku tak cukup baik ada disampingnya.

Kalau kamu jadi Atisha punya sahabat seperti Laila, kira2 bakal gimana ya?

Ikuti terus ceritanya disini.. 20 hari lagi sampai cerita ini tamat :)

Beri dukungan dengan vote dan komentar..

Terimakasih sudah membaca ^^

Hello, 30!? (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang