Siapa yang memiliki hidup, Dia juga punya pilihan untuk menentukan pilihan.
Live Instagram.
Buat temen-temen yang berminat jadi volunteer di 'Langkah Pertama' bisa langsung hubungi kontak 08xx-xxxx-xxxx. Terimakasih.
Athisa menutup obrolan di live Instagram miliknya dengan ajakan untuk orang-orang menjadi volunteer 'Langkah Pertama'.
Empat bulan setelah komunitas itu berdiri. Banyak orang menunjukan ketertarikan dengan bertanya apapun perihal Langkah Pertama setiap Athisa melakukan siaran langsung di akunnya.
Media mulai membuat pemberitaan. Tentu tanpa diminta. Banyak orang yang ingin menjadi bagian dari komunitas. Proses seleksi bagi volunterr pun dilakukan. Volunteer dipilih dari orang-orang yang paham psikologi dan keuangan, atau minimal mau belajar tentang itu. Kriteria tersebut dibuat mengingat tujuan utama berdirinya komunitas untuk mewadahi para perempuan dengan kesulitan ekonomi dan trauma psikologis untuk bisa terus mewujudkan Impian.
Dua Perempuan yang bersahabat itu bergantian mengisi acara tiap kali komunitas menyelenggarakan acara. Tema keuangan oleh Athisa dan Psikologi oleh Laila. Kolaborasi yang membuat banyak orang terkagum-kagum.
"almost thirty.. aku gak pernah punya ekspektasi punya kehidupan seperti ini sebelumnya. Mm lebih tepatnya gak pernah berani bermimpi untuk hidup dengan semenyenangkan ini." Laila berbicara dengan penuh emosional.
"Anak-anak kamu pasti bangga dengan prosesmu yang mau melangkah sejauh ini Lail.." Athisa tersenyum bangga. Melihat sahabat yang awalnya sulit diajak keluar dari rutinitas harian yang berputar antara rumah – antar jemput anak ke daycare – dan kadang menulis buku.
"Ini berkat kamu Athisa.. memiliki seseorang yang support memang keberuntungan yang gak semua orang punya."
"Owwwhhh tentu saja... Hahaha!" Tergelak. Athisa tertawa. Menggoda sahabatnya.
"Jadi bagaimana dengan tindak lanjut penanganan trauma Teh Diana?"
Athisa menanyakan kabar salah satu member Langkah Pertama. Seorang Perempuan dengan trauma dijodohkan oleh keluarganya untuk membayar hutang. Kemudian mendapat perlakuan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang akhirnya membuat Dia memberanikan kabur. Menghubungi Athisa lewat DM. Meminta bantuan akan masalahnya ini.
Athisa yang membaca DM dari Teh Diana, langsung berdiskusi dengan Laila. Mereka memutuskan untuk menemuni Teh Diana secara langsung. Memberikan konsultasi gratis untuk menyembuhkan trauma dan pendampingan usaha untuk membuatnya hidup lebih mandiri. Selain itu, Komunitas Langkah Pertama juga bekerjasama dengan lembaga pemerintah terkait perlindungan Perempuan dan anak. Link yang didapat melalui client Athisa yang bekerja di lembaga pemerintahan. Sebuah privilege yang memudahkan komunitas Langkah Pertama menjalankan peran dan mencapai tujuan.
"Sebelumnya Dia sering menangis, namun terakhir bertemu Teh Diana mulai bisa mengontrol emosinya. Mulai bisa bercerita banyak. Masih belum mau bertemu keluarganya. Dia ingin membuka usaha untuk kelangsungan hidup. Bagaimana menurut yang lain?" Laila melempar pandangannya ke volunteer lain yang duduk di ruangan bersamanya dan Athisa. Melingkari meja yang berbentuk oval.
"Bagaimana kalau komunitas memberikan modal usaha? Eemmm tapi uang siapa? Kita tak punya kas kan?" Seorang volunteer mengenakan pakaian casual memberi usulan.
"Ok. Modalnya biar dari aku. Selanjutnya, kita bisa membuat semacam penggalangan dana untuk kelangsungan komunitas." Athisa antusias menanggapi usulan pemberian modal usaha.
"Aku juga mau..." Laila dan dua volunteer lain ikut mengatakan kesanggupannya merelakan sedikit bantuan dana untuk komunitas.
"Oke. Jangan sampai ada yang ambil uangnya kembali ya..." Tawa pecah diantara mereka. Perkataan Athisa berhasil membuat semua Perempuan di ruang itu tertawa. "Menyenangkan." Batin Laila sembari tertawa.
***
Hari yang cukup padat!
Baru bisa update di penghujung hari dan hanya beberapa paragraf.
Terimakasih sudah membaca sejauh ini :)
Terus berikan vote, komentar dan follow ^^
Terimakasihhh....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, 30!? (TERBIT)
General FictionJika ini bisa disebut sebagai perjalanan, maka hari-hari yang ku lalui adalah jalanan di sisi lautan. Riuh nan sunyi. Tiga puluh tahun. Angka yang tidak sedikit juga tidak terlalu banyak untuk memulai bahkan mengakhiri sebuah keputusan. Selamat memb...