Tiga. Diantara angka ganjil yang mendebarkan.
Seperti sebuah peringkat, tiga besar menjadi angka yang spesial.
Berbeda jika itu terjadi pada pasangan,
yang ketiga menjadi sosok yang menghancurkan.
Saung Imah Riung.
Kembali ke hari saat Atisha bertemu client yang menunggunya di saung Imah Riung miliknya.
Laila tersenyum. Menyambut tangan Atisha. Berjabat tangan. "Lama gak ketemu, aku kangen kamu Atisha" Laila membuka pembicaraan
"oh.. iya.. apa kabarmu?" Atisha jelas terlihat canggung. Rasanya ingin memeluk sahabatnya yang Dia rindukan, tapi enggan. Seperti ada tembok diantara mereka setelah hampir 5 tahun tak bertemu.
Lost contact itu yang terjadi pada Laila dan Atisha. Bertemu di tenda orange adalah kali terakhir pertemuannya dengan Laila. Keduanya tak menyangka akan hilang kontak satu sama lain setelah itu.
Baik Atisha maupun Laila taka da yang hadir di pernikahan Arjuna dan Suma. Hanya Dipta yang hadir. Grub whatsapp Pentagon pun sepi. Semua sibuk dengan aktivitas masing-masing. Penyebab utama yang mencolok adalah hilangnya Laila. Laila bak hilang ditelan bumi. Nomor telepon, media sosial, email, semua kontak Laila tak ada yang bisa dihubungi. Pun taka da yang tau dimana Laila berada.
Geng Pentagon terutama Atisha pun baru menyadari. Satu pun diantara mereka taka da yang benar-benar tau hidup Laila. Selama ini Dia lah si pendengar. Teman yang selalu ada untuk teman-temannya. Dia bak malaikat yang ada saat dibutuhkan, namun bagaimana kehidupan Laila, apa masalah yang dihadapi, apa kesulitan dan kebahagiaannya, tak satupun ada yang tahu.
Bahkan setelah diingat-ingat, geng pentagon pun tak tau. hal sekecil, apa makanan kesukaan Laila. Fakta yang membuat geng pentagon terutama Atisha merasa jahat sebagai sahabat.
"Hei...ini tak seperti kamu biasanya Atisha.." Laila menyambut riang.
"Kabarku baik banget. Aku sering menonton live kamu di Instagram. Aku bangga sekali sebagai sahabatmu. Aaaaa aku sudah menyangka kamu akan sesukses ini Thisa..." Betapa Laila juga merindukan sahabatnya. Terlihat begitu antusias bertemu sahabat baiknya secara langsung.
Atisha menghela nafas. Tak menanggapi ucapan Laila, justru menimpali Laila dengan cecaran pertanyaan.
"Lail.. kamu kemana selama ini? Kenapa semua kontakmu tak ada yang bisa ku hubungi? Kamu tau kan, aku gak bisa tanpa kamu.. aku nyariin kamu kemana-mana. Kamu gak ada. Sedihnya, aku ternyata selama ini tak benar-benar tau hidup kamu. Dimana rumahmu, apa kesukaanmu, kesulitanmu, semuanya. Aku benar-benar sahabatmu yang jahat. Atau kamu selama ini tak menganggap pentagon sebagai sahabatmu? Setidaknya aku, kamu anggap aku apa Lail?" Atisha merasa kecewa dengan Laila. Dia juga kecewa dengan dirinya sendiri.
Laila tak menyangka. Keputusannya menjauh dari kehidupan sahabatnya ini menuai prasangka dan membuat Atisha sahabatnya itu sesedih itu.
"Thisa.. banyak hal terjadi 5 tahun kebelakang. Kamu tau kan, aku lulus paling terakhir diantara kalian. Tak ada satupun dari kalian hadir. Aku sedikit kecewa, tapi aku mencoba memahami. Saat aku berfikir positif, Aku tak lagi marah atau kecewa pada kalian. Tapi ada hal yang lebih penting dari itu. Aku kesini untuk konsultasi keuangan, menjadi client kamu. Jadi bolehkah aku langsung ke intinya? Laila mencoba membuat suasana jadi lebih santai
"Oh.. jadi kamu kesini bukan karena ingin bertemu aku? Atisha masih kesal dengan sahabatnya
"Itu juga. Tapi yang lebih penting aku ingin bertemu konsultan keuangan" saut Laila menggoda
"Please...." Atisha menatap Laila menatap Atisha tajam.
"Hahahahaha..." mereka berdua kompak tertawa bersama. Mereka menjadi cair begitu saja.
Meski lama tak bertemu. Atisha dan Laila ternyata tak kehilangan persahabatannya begitu saja. walaupun hilang kontak, mereka dengan mudah saling memahami dan terhubung satu sama lain.
Begitulah orang dengan frekuensi yang sama terhubung. Tak perlu bersusah payah menjelaskan dengan detail, mereka akan saling memahami satu sama lain dengan pemahaman yang sulit dijelaskan. Atisha memang mencecar Laila dengan pertanyaan, tapi tak bermaksud mendesak – memaksa Laila untuk menceritakan hidupnya. Laila pun memahami, Atisha begitu karena rasa khawatir terhadapnya.
***
Segini dulu buat hari ini :)
Semua yang ditulis: Alur, tokoh, dll semua berdasar imajinasi penulis..
jika ada kemiripan atau kesamaan, itu hanya kebetulan dan ketidaksengajaan..
Terimakasih sudah membaca..
beri dukungan dengan follow, vote dan komentar ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, 30!? (TERBIT)
General FictionJika ini bisa disebut sebagai perjalanan, maka hari-hari yang ku lalui adalah jalanan di sisi lautan. Riuh nan sunyi. Tiga puluh tahun. Angka yang tidak sedikit juga tidak terlalu banyak untuk memulai bahkan mengakhiri sebuah keputusan. Selamat memb...