Tumpangan Kapten Damar

1.6K 349 87
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HolllaaaaaIkuti juga Batari di KaryaKarsa dan KBM yaHappy reading semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holllaaaaa
Ikuti juga Batari di KaryaKarsa dan KBM ya
Happy reading semuanya

"Bisa agak cepat, Mas Damar? Saya buru-buru mau pulang."

Tanpa segan aku duduk di sampingnya karena tidak mungkin aku duduk dibelakang dan memperlakukan Kapten Damar ini seperti sopir, kutarik seatbelt karena keamanan nomor satu, tapi tak pelak mendapati Kapten Damar yang masih terdiam membuatku menoleh ke arahnya yang menatapku dengan pandangan tidak percaya.

Seketika aku merutuki diriku sendiri yang agak keterlaluan, kapten Damar berbaik hati memberikan tumpangan, mengantarkanku pulang tapi apa yang aku ucapkan kepadanya terkesan seperti sebuah perintah.

Batari, demi Tuhan, kamu benar-benar seperti wanita yang tidak beradab. Susah payah Ibumu mendidikmu menjadi wanita anggun, tapi jiwa barbarmu justru meluap disaat kamu bersama dengan seorang yang tidak tepat. Aku meringis, terpaksa tersenyum kepadanya meminta maaf, tapi sebelum aku benar-benar meminta maaf, Kapten Damar hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Pegangan........"

Hanya itu yang Kapten Damar katakan membuatku semakin tidak enak, kebetulan rumah sakit tempatku Koass berada di jalan satu arah, baru saat akhirnya jalan terbagi dia mulai bertanya kembali.

"Dimana alamat rumahmu?"

Tidak ingin membuat Kapten Damar sebal, aku menyebut alamat secara lengkap, tak lupa juga dengan map di ponselku sekalian, dia melihatnya sekilas dan saat itu dia menatapku dengan penasaran.

"Ini nggak jauh dari Batalyon, kan?"

Aku mengangguk, memang saat akhirnya lima tahun lalu Ayah dipindahkan ke sini, Bunda segera mencari rumah tidak terlalu jauh dari Batalyon, rumah yang dibeli Bunda dengan susah payah hasil kerja keras beliau setelah bertahun-tahun beliau menahan diri ikut Ayah tinggal di rumah dinas, namun sekarnag memikirkan Ayah membawa selingkuhannya untuk tinggal di rumah yang Bunda hasilkan dari keringat dan kerja kerasnya membuatku begitu marah.

Luka Hati BatariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang