Agung ternganga melihat dua kardus yang ada di hadapannya berisikan seragamnya yang bahkan tidak tersetrika dan pakaian lainnya yang dimasukkan asal-asalan campur aduk. Berbeda dengan pakaiannya yang selalu necis, rapi, dan bermerek, terlihat baru dan wangi, pakaian yang ada di dalam kardus tampak kumal, lusuh, dan menyedihkan.
Agung menelan ludah kelu, dirinya sama sekali tidak percaya anaknya akan memakinya dan menyamakan dirinya sama seperti tikus menjijikkan di gudang rumahnya. Kemarahan itu menggumpal di dalam dadanya saat melihat dagu Batari menantangnya namun mengingat ternyata putri kesayangannya yang selalu menatapnya penuh hormat tersebut memiliki banyak backingan berpengaruh Agung terpaksa menelan kembali kemarahannya.
Agung cukup berpuas diri menunjuk pada Batari sembari menatap penuh kebencian. Sesederhana semuanya mengerti jika Agung menemukan cinta yang sesungguhnya, yang membuatnya merasakan gairah muda yang nyaris tidak pernah dia rasakan karena sibuk mengejar kariernya, namun istri dan anaknya sama sekali tidak mengerti.
Harga diri Agung tergores, terinjak-injak saat Hartini mengungkit betapa semua yang melekat di tubuh Agung adalah hasil kerja kerasnya, bahkan dengan pongahnya Hartini menyebut jika kendaraan yang dipakainya selama ini pun harus dikembalikan saat Agung terus membela Putri.
Agung selama ini selalu berpikiran jika harta Hartini adalah hartanya juga karena mereka berdua suami istri, toh seharusnya Hartini sadar jika dirinya semakin menua dan tidak bisa menyenangkan Agung yang masih begitu bugar sepenuhnya lagi, itu sebabnya tidak ada salahnya bukan jika Putri menggantikan peran Hartini untuk melayaninya, toh apapun yang terjadi Agung masih mencintai Hartini dan tidak akan menceraikannya.
Ya, mungkin Hartini akan marah dan menghina-hina Agung, tapi Agung yakin Hartini tidak akan berani berbuat apapun karena Agung tahu istrinya itu takut kehilangan dirinya, tapi siapa yang menyangka saat Agung yakin dia bisa mengatasi istrinya yang lemah rupanya anaknya sendiri yang sangat beringas dalam menghajarnya.
"Bahkan sepertinya tikus pun tidak akan sudi disamakan dengan Anda. Berkhianat, berselingkuh dari pasangan yang bahkan menerima Anda saat berada di posisi yang serba minus. Binatang saja terlalu bagus untuk perbandingan."
Agung terdiam, menatap pada Batari yang menyeringai, sosok gadis kecil manjanya kini menghilang berganti dengan sorot penuh kebencian yang kini memberikan punggungnya kepada Agung, menjauh meninggalkannya sendirian di depan peringgitan.
Marah, terhina, tapi Agung tidak berani lagi melayangkan tangannya pada Batari karena meski bagaimanapun dia takut pada Danyon Hilman dan juga Damar. Siapa yang mengangka jika anak Agung yang malas untuk diajak bersosialisasi tersebut mengenal orang-orang yang selalu sukses membuat Agung minder dengan statusnya.
Walaupun Agung seorang Perwira juga dengan pangkat Kapten yang sama seperti Damar tapi tetap saja Agung merasa minder, seberapa pun kerasnya Agung berusaha menyamakan dirinya dengan Perwira-perwira yang menjadi jajarannya dia selalu merasa jika dirinya tersisihkan. Mungkin itu sebabnya Agung jatuh cinta setengah mati kepada Putri karena pertemuannya dengan Ladies Companion tersebut mengelus egonya yang tidak terpuaskan.
Sayangnya sama seperti Batari yang kehilangan hormatnya kepada Agung, sosok Putri yang lemah lembut dan selalu memujanya pun kini lenyap saat Agung berbalik menghadapi istri mudanya yang menggairahkan tersebut.
Tidak ada lagi senyuman manis, tidak ada tutur kata lembut, bahkan kini Putri berkacak pinggang dengan mata melotot, saat ini Agung baru tersadar betapapun marahnya Hartini kepadanya, tidak akan pernah Hartini melihatnya dengan tatapan seperti yang Putri lakukan.
"Apalagi yang dilakukan anakmu sekarang, Mas? Apalagi kegilaan dia yang harus aku hadapi?"
Suara keras Putri memenuhi ruangan, dan saat tatapannya tertuju pada kardus yang ada ditangan Agung, Putri reflek langsung menggeplak dahinya dengan kuat.
"Kamu diusir sama anakmu, hah?"
Hah?! Satu kata pendek yang diucapkan oleh Putri tersebut menyentil ego Agung yang merasa dia perlakukan seperti tukang kebun yang dibentak majikannya.
"Kamu itu laki-laki, kepala keluarga dirumah ini, Bapaknya itu anak Setan, bisa nggak sih Mas kamu itu jadi orang nggak bloon-bloon banget biar aku sama Dio nggak sengsara. Kamu udah bikin aku tidur di gudang sama tikus, bikin aku dihina sama anakmu yang sinting, bisa nggak kamu itu usaha biar nggak kayak gini banget. Seenggaknya kalau memang semua bandamu itu punya istrimu, inisiatif kek maling, atau nyolong sana. Punya otak bukannya dipakai malah cuma jadi pajangan. Tahu punya Bini Tua Bangka mata duitan kayak gitu nggak punya akal sama sekali."
Sepuas hatinya Putri memaki-maki Agung, disaat Putri memerintahkan Agung untuk mencuri menghalalkan segala cara agar mendapatkan harta Hartini seharusnya saat itu Agung sadar jika Putri bukanlah orang baik, wanita yang baik tidak akan memintanya berbuat hal buruk, tapi yang namanya cinta rasa tai kotok apalagi untuk Aki-aki puber kedua seperti Agung, hasutan dari Putri justru membuat Agung merasa dia baru saja mendapatkan sebuah ide cemerlang apalagi saat melihat cincin emas yang melingkar di jari Putri.
Cincin itu diberikan Agung 3 tahun yang lalu sebagai cincin lamaran, bukti keseriusan Agung kepada Putri yang sebenarnya Agung dapatkan hasil dari mencurinya dari kotak perhiasan Hartini. Bisa Agung ingat bagaimana bingungnya Hartini tiga tahun yang lalu saat mencari-cari cincin kesayangannya tersebut sementara Agung bersikap tidak tahu menahu.
Agung merutuk dirinya sendiri yang merasa tidak berdaya dan diam saja saat Harti dengan sombongnya melarangnya memakai mobil yang memang miliknya, kini melihat cincin itu membuatnya mendapatkan ide.
Jika Hartini tidak mau membagi hartanya, ya sudah Agung memutuskan untuk mencurinya. Mendapati Agung yang terdiam tentu saja Putri yang memprovokasi merasa jika hasutannya berhasil tersenyum kecil saat meraih tangan Agung. Senyuman merekah di wajahnya saat dia mulai mengeluarkan kelicikannya.
"Mas, harta istrimu kan nggak cuma mobil atau rumah ini, dia pasti punya banyak perhiasan atau surat-surat berharga, kan? Kamu ambil saja barang-barang itu, toh harta istrimu hartamu juga. Nggak ada salahnya sama sekali, lihat aku sama Dio, kamu tega bikin aku tersiksa kayak gini? Ayolah Mas, lakuin saja, katanya kamu cinta sama aku? Kan enak Mas kalau kita tinggal sendiri lagi, bisa berduaan lagi gitu."
Diberi ucapan manis, dielus oleh istri mudanya setelah bebeberapa saat lalu marah-marah tidak jelas tentu saja kini Agung terbuai dengan rencana-rencana kriminal yang berkecamuk di dalam kepalanya.
Emas-emas, perhiasan, dan surat-surat berharga, ya? Agung mendongak, menatap balkon kamar utama tempatnya tidur dengan nyaman sebelumnya sebelum akhirnya ulah busuknya terungkap. Kini semua ide itu berkecamuk di dalam kepala Agung tanpa celah untuk gagal tanpa Agung mau menyadari jika dia semakin dekat dengan kehancurannya sendiri.
Tidak, dia tidak hanya menandatangi kontrak kehancuran dirinya tapi juga kontrak untuk menggali kuburnya dengan sukarela.
"Mas punya ide, Put. Kamu memang istri Mas yang pintar. Nggak salah Mas cinta sama kamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/372912723-288-k680565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Batari
RomanceTidak pernah ada dalam bayangan Batari, dia akan menemukan Ayahnya, pria yang selama ini begitu dia hormati pada akhirnya akan mengecewakannya dengan sikap beliau yang menjijikkan. Rumah tangga orangtuanya begitu harmonis, Tari tumbuh dengan menyaks...