26. Seperti Tikus

2.6K 298 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak........."

Tokkkkkkkkk

"Mbak.........."

Tokkkkkkkkkk

"Mbak............"

Suara ketukan pintu dan panggilan berulangkali dari pintu disertai suara dari Mbak Sumini membuatku yang serasa baru saja memejamkan mata langsung bergerak bangun. Astaga, rasanya tubuhku lelah sekali karena tidurku yang terus menerus gelisah tidak nyaman.

Hati kecilku menolak menerima kenyataan jika keluargaku yang cemara berantakan karena Ayahku yang menjijikkan telah berselingkuh tapi kenyataannya Ayahku memang berselingkuh dan selingkuhannya sama sekali tidak tahu diri ingin menjadi Nyonya di rumah yang Ayahku bahkan tidak urun duit seperakpun.

Kasihan sekali melihatnya ingin hidup instan namun ternyata zonk dapat mokondo, tapi yang paling menggelikan dari semuanya adalah Part dimana aku bertemu dengan Kapten Damar yang sialnya mantan si Gundik di masalalu.

Astaga, aku benar-benar tidak habis pikir kenapa hidupku seruwet ini jadinya. Meskipun Mbak Sumini menggedor berulangkali, aku tetap diam ditempat menata hati dan pikiranku dengan segala kenyataan baru yang sangat berbeda dengan kehidupan lamaku. Baru setelah aku merasa tenang, aku meraih kuncir rambutku dan berjalan menuju pintu untuk melihat apa yang sudah membuat Mbak Rumahku histeris menggedor pintu pagi-pagi.

"Mbak Riri......"

Klek.........

Pintu itu akhirnya terbuka, dan Mbak Sumini tidak sendirian, ada Wisnu dan Rasti dibelakang Mbak Sumini dan aku langsung mengangkat alisku keheranan melihat mereka berkumpul.

"Lo tidur apa mati, sih?"

Pertanyaan dari Wisnu tepat saat aku membuka pintu membuat aku memutar mataku dengan malas.

"'Maunya mati sekalian sih saking malunya sama tingkah Bapakku yang nggak inget umur, sayangnya aku nggak bisa ninggalin Bunda gitu aja. Kalian ngapain sih pagi-pagi gini manggil-manggil orang!"

Wisnu hampir saja membalas cercaanku barusan, tapi Rasti yang kadung gemas dengan tingkah kami yang kekanakan segera menyela. "Mending koen ikut kita orang."

Luka Hati BatariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang