Tidak pernah ada dalam bayangan Batari, dia akan menemukan Ayahnya, pria yang selama ini begitu dia hormati pada akhirnya akan mengecewakannya dengan sikap beliau yang menjijikkan.
Rumah tangga orangtuanya begitu harmonis, Tari tumbuh dengan menyaks...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baik Ayah maupun si Sundal tersebut keduanya mematung saat aku memperlihatkan layar ponselku, Ayah membeku tidak percaya, mungkin beliau tidak mengira aku akan menyimpan nomor dari Danyon tempat beliau bertugas, disaat layar ponselku memperlihatkan dering yang tidak kunjung diangkat, si sundal itu mengeluarkan celetukannya.
"Halah Mas, itu anakmu cuma ngancem doang. Mana mungkin dia punya kontak atasanmu. Udah kemplang aja itu anakmu yang nakal, udah keterlaluan dianya. Bisa-bisanya semua barang-barang Dio dibuang gitu saja."
Aku menyeringai mendengar apa yang dikatakan sundal tersebut, bahkan kalimatnya tidak ada yang bagus tapi bisa-bisanya Ayah menemukan cinta baru padanya, tapi mematahkan semua kalimat si sundal, panggilan itu akhirnya terangkat dan suara berat dari Om Hilman terdengar diujung sana yang membuat Ayahku memucat.
"Halo, Batari! Ada apa, Nak? Apa Asyila membuat masalah di rumah sakit? Kalau iya kasih tahu Om sekarang mumpung dia belum berangkat."
Ingin rasanya aku berteriak kepada Danyon Hilman jika yang bermasalah adalah bangkotan tua anggotanya yang tidak tahu diri namun aku menahannya, kali ini aku sudah cukup puas menikmati wajah pucat Ayah dan sundalnya yang tidak menyangka jika aku bisa berhubungan baik dengan orang nomor satu di Batalyon. Ada waktu yang tepat untuk membuat Ayah malu dunia akhirat dan itu tidak sekarang.
"Halo Om Hilman, maaf ya Om, Riri ganggu pagi-pagi. Nggak ada masalah kok Om sama Syilla, Riri justru mau minta tolong ke Om, sampaikan ke Syilla mampir dulu ke tempat Riri ya Om. PPT buat Stase Obgyn udah Riri siapkan Om."
"Ooohhh, bagus-bagus. Siap nanti Om sampaikan Syilla biar dia ke rumahmu. Baik-baik kalian Coass-nya, biar bisa cepet jadi dokter."
Yah, kumatikan telepon singkatku dengan Danyon Hilman dan senyuman penuh kemenangan tersungging di wajahku saat membalas tatapan Ayah yang kini sudah persis kayak zombie.
"Ri, Ayah peringatkan......"
"Anakmu itu pasti ada main sama Danyonmu, Mas. Nggak wajar banget anak kecil punya kontak petinggi Batalyon."
Aku sudah bersiap untuk pergi, aku berniat untuk mengabaikan mereka namun saat melihat Ayahku yang bodoh tersulut provokasi si Sundal aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak menghampirinya dan melayangkan tamparan ke mulutnya yang sudah lebam.