Pengkhianatan dimasalu

2.8K 428 91
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian dapat hadiah apa nih lomba 17an-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian dapat hadiah apa nih lomba 17an-nya

Berbagi kisah dengan orang yang bahkan namanya baru aku ketahui tadi pagi adalah hal yang tidak pernah aku bayangkan. Tawaku kini sudah sepenuhnya berhenti usai mencemooh Kapten Damar dengan sebutan bodoh, dalam bentuk apapun aku sama sekali tidak bisa membayangkan dirinya yang bisa bucin setengah mati kepada si Gundik.

Bahkan dia pernah marah kepada Bu Ida saat Bu Ida mengatakan jika Putri bukanlah orang baik, orang kalau udah cinta kek tai kotok pun rasa coklat, hissss penasaran kali aku kenapa si Putri ini dikejar-kejar banyak Jantan, kalau begitu kenapa dia bisa berakhir dengan Ayahku?

"Katakan, bagaimana akhirnya kamu bisa sadar dari kebodohanmu, Mas? Ya ampun, aku nggak bisa bayangin gimana keselnya Bu Ida saat anaknya yang beliau kira pintar malah kecintaan sama perempuan yang bahkan nol besar!"

Sama sepertiku yang berhenti tertawa, Kapten Damar pun berhenti menertawakan dirinya sendiri, dia mengusap wajahnya pelan sembari memandang jauh ke langit yang mulai gelap seolah apa yang dia katakan membuka sebuah kenangan yang tidak mengenakan.

"Saat itu aku benar-benar berniat menikahi Putri. Dihadapanku dia benar-benar perempuan baik, saat itu aku bertugas di Jogja, Mama dan keluarga juga masih disana karena Ayahku belum pensiun, aku melihat Putri sebagai perempuan pekerja keras, tulang punggung keluarganya, disaat anak-anak gen-Z sekarang merasa sandwitch generation adalah hal yang berat, Putri sama sekali tidak mengeluh dengan keadaannya, aku melihatnya sebagai sosok pekerja keras, sampai akhirnya aku berpikir mungkin aku akan tetap menikahinya meski Ibuku tidak merestuinya, sampai akhirnya saat aku datang ke kostnya, hendak mengutarakan niatku ini kepadanya tanpa memberitahunya terlebih dahulu, kamu tahu siapa yang aku dapati di kostnya?"

"Siapa?" Tanyaku dengan nada tersekat. Aku mengerjap, sumpah demi apapun aku tidak berani menebak siapa yang dipergoki Kapten Damar bersama dengan si Gundik, aku sendiri sudah mengetahui betapa sadisnya si Gundik Putri namun mendapati dirinya dikisah orang lain tetap membuatku geleng-geleng tidak percaya ada orang semurahan itu yang diobral kesana-kemari.

Senyuman pahit terukir di wajah Kapten Damar, kali ini aku melihat kegetiran itu tergambar jelas di wajahnya, "Yudha Kusuma, Kakakku sendiri, Papinya Yuki yang meninggal sebulan yang lalu. Aku melihat sepatunya sama persis, dan aku kemudian teringat dengan motor Kakakku yang terparkir diluar."

Ada banyak kejutan yang tidak terduga, dan siapa kira jika Kapten Damar pun mengalami hal buruk seperti yang terjadi kepadaku tepat di depan matanya. Aku sudha benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi tentang si Putri Gundik itu, semua lelaki diembatnya, benar-benar tidak memiliki otak, pacaran dengan adiknya, dicintai mati-matian, tapi dia malah mengobral diri kepada kakak si pacar, pria yang sudah bersuami dan memiliki anak. Tidak heran dia begitu tidak malu saat hadir dihadapanku dan Bunda, rupanya perkara rebut merebut pasangan orang lain bukan hal baru untuknya.

Si Putri Gundik ini sudah terlatih ternyata. Aku sangat penasaran bagaimana respon Ayah saat dia tahu jika wanita yang dianggapnya baik, dan yang katanya sudah memhuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya tidak lebih daripada seorang murahan. Teramat murah malah, atau justru Ayah sama sekali tidak peduli?

Menggelengkan kepalaku pelan, aku mengusir segala pemikiranku yang begitu sibuk dan kembali menyimak Kapten Damar, "Aku melihat pacarku sendiri bermesraan entah ngapain saja di dalam kost bersama dengan Kakakku, dan kamu tahu apa yang dikatakan tetangga kostnya kepadaku, dokter Batari? 'Antri Mas, si Putri lagi ada tamu. Laris bener si Putri jualan apem-nya sampai-sampai pada antri'."

"Iyuuuuuuhhhh, yang bener?"

Aku sedari tadi menahan diri untuk tidak memberikan komentar, tapi pada akhirnya aku tidak bisa menahan diri saat Kapten Damar sampai di part paling vulg4r dan menurutku paling menjijikkan hingga rasanya bulu kudukku meremang. Tidak bisa aku bayangkan saat tetangganya berbicara seperti itu sudah berapa banyak pria yang singgah ke Gundiknya Ayah tersebut, astaga, dia benar-benar seperti jamban.

"Selama dua tahun pacaran Mas Damar nggak tahu sama sekali soal pekerjaan sampingan pacar Mas ini?" Tanyaku lagi sembari mengangkat kedua jariku, memberikan tanda kutip pada kata pacar pada pertanyaanku.

"Menurutmu jika aku tahu aku akan bersikeras menikahinya?" Baliknya dengan sebal.

"Ya siapa tahu saking cintanya sampeyan dulu ke si Gundik itu, muncul jiwa pahlawanmu, 'nggak apa-apa, itu semua masalalumu, Adinda. Selama Adinda mau bertaubat, Kangmas siap menerimamu' Nahkan, siapa tahu Mas Damar kayak gitu. Biasanya orang jatuh cinta bisa jadi bego, kan?"

Aku tidak pernah berpikir jika obrolan kami bisa sampai sejauh dan seakrab ini, tidak ada lagi kejaiman saat aku menggodanya, dan Kapten Damar sendiri pun sama sekali tidak tersinggung saat aku nyenyenye memperagakan dirinya.

"Orang jatuh cinta memang bodoh. Dan benar banget, salah satunya aku waktu itu. Putri benar-benar memainkan perannya sebagai gadis baik-baik, yang nggak aku habis pikir itu kenapa harus Kakakku juga diantara banyaknya laki-laki yang ada di dunia ini."

"Lantas gimana akhirnya, Mas? Kamu dobrak masuk ke kamar kosnya terus berantem nggak sama kakakmu? Kalau lima tahun yang lalu itu artinya seusia Yuki, dong? Rumah tangga Kakakmu selamat? Iyuuuuhhhh, hebat sekali Maminya Yuki masih mau botol suaminya yang sudah kecelup ke Jamban."

Beruntun aku mengeluarkan pertanyaan yang membuat benakku terusik, aku sedikit melupakan kemelut orangtuaku dan niat awalku mengajak berbicara Kapten Damar ke balkon, ternyata aku terlalu larut dalam kisah Kapten Damar yang kesandung kesialan karena Gundik yang sama yang telah merusak keluargaku.

"Aku mengetuk kamar kosnya, memergoki mereka berdua, tapi Anda keliru dokter Batari, aku sama sekali tidak mengajak Kakakku bertengkar, terlalu bodoh bertengkar hanya karena seorang pel4cur. Aku lebih memilih untuk membiarkan mereka dalam malu, dan alasan paling konyol yang diberikan Putri adalah dia melakukan hal ini karena sebal Ibuku tidak merestui. Soal Kakakku, aku sengaja mengadukannya kepada Maminya Yuki, terserah orang mau mengatakan aku menghancurkan rumah tangga kakakku sendiri aku saat itu tidak peduli, yang terpenting Maminya Yuki yang waktu itu baru melahirkan harus tahu, mereka bertengkar, yaaaah, aku tidak tahu bagaimana caranya kakakku membujuknya tapi pada akhirnya mereka kembali bersama. Mungkin karena ada Yuki juga."

"Definisi perkataan orangtua itu nggak bisa disepelekan ya, Mas Damar. Untung Tuhan kasih lihat semuanya sebelum terlambat. Bayangin kalau Mas Damar tahu semuanya setelah nikah."

Lucu sekali mendengar kalimat bijakku barusan.

"Ada kalanya kita memang harus mendengar orangtua, Bu dokter. Setelah putusnya hubunganku, semuanya menyebar dengan cepat, dan itu membuatku akhirnya banyak mendengar dari rekanku sendiri kalau mereka juga pernah 'makai' Putri, bisa kamu bayangin gimana malunya aku dulu, pacaran dan jatuh cinta setengah mati dengan perempuan yang sudah dikelonin nyaris separuh Batalyon?"

Yah, tidak bisa aku bayangkan bagaimana hal itu, disatu sisi aku prihatin, disatu sisi aku juga ingin tertawa, ingin rasanya aku berteriak di depan wajah Kapten Damar, 'kapokmu kapan, suruh siapa nggak dengerin orangtua ngomong', aku ingin berbicara demikian tapi dipikir-pikir lucu sekali menertawakan seseorang saat hidup kita pun mengenaskan.

"Siapa yang menyangka, setelah bertahun-tahun aku tidak melihatnya lagi, sekarnag aku justru kembali bertemu dengannya dalam bentuk dia yang menjadi pelakor dalam rumah tangga orangtuamu, dok. Ternyata sampai kapanpun ular tidak akan meninggalkan belangnya."

Luka Hati BatariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang