Tidak pernah ada dalam bayangan Batari, dia akan menemukan Ayahnya, pria yang selama ini begitu dia hormati pada akhirnya akan mengecewakannya dengan sikap beliau yang menjijikkan.
Rumah tangga orangtuanya begitu harmonis, Tari tumbuh dengan menyaks...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Holaaaaaa Ikuti Batari di KBm dan KaryaKarsa juga ya Happy reading semuanya
Dicintai seorang pria yang lumayan tampan, karier mapan, dari keluarga yang terhormat, disaat itu seharusnya si Gundik Putri itu berhenti dari kegilaannya. Dengan alasan jika dia terhina atas sikap Bu Ida yang tidak suka dirinya, si Gundik justru menggoda kakak dari Kapten Damar. Kakaknya Kapten Damar pula, digodain kayak gitu juga tergoda mana keadaan Maminya Yuki baru lahiran pula, emang sinting orang-orang.
Ya Tuhan maafkan aku karena merutuk pada orang yang sudah meninggal, tapi gimana lagi, aku gemes dengan orang yang dengan mudahnya berkhianat dari pasangannya apapun alasannya. Semoga setelah pengkhianatan itu, Kakaknya Kapten Damar benar-benar menyesali perbuatannya,
Secara singkat kisah antara Kapten Damar dan si Gundik Putri yang membuatku penasaran bagaimana mereka bisa saling mengenal akhirnya selesai juga diceritakan oleh Kapten Damar. Intinya, si Gundik Putri itu menggatal dari dulu, dan mungkin setelah capek menjadi Jamban dia memilih Ayah sebagai target terakhirnya.
Laki-laki tua yang jiwa mudanya dulu nggak bisa tersalurkan karena miskin, yang ujung-ujungnya kebanyakan tingkah waktu udah tua. Memang paling bener ungkapan "mending mantan penjahat yang bertaubat daripada orang alim yang baru mulai nakal" ya ini nih Bapakku contohnya. Si Gundik Putri mungkin berpikir dengan dia menggaet Ayah dengan mudahnya dia akan menyingkirkan Bunda kemudian hidup nyaman menemani Ayah menjelang pensiun dan seumur hidupnya dia akan nyaman dengan uang jaminan dari Negara.
Memang dasar Jamban itu si Gundik.
"Mas Damar beruntung bisa lepas dari itu Gundik gatal sebelum semuanya terlambat, tapi lihat keluarga saya sekarang, Mas. Sebelumnya Ayah memang bukan tipe Ayah yang mellow ke anaknya, tapi seenggaknya dia nggak pernah nyubit, tapi lihat, sekarang wajah saya hancur karena dihajar Ayah saya. Gundik itu benar-benar malapetaka untuk keluarga kami."
Rasa jengkelku yang sempat mereda karena menyimak kisahnya Kapten Damar kini kembali meroket. Duhelah, benci sekali aku.
"Saya nggak masalah Ayah saya minggat sama itu Sundal tapi masalahnya Ayah justru bawa itu Gundik ke rumah, rumah ini rumah Ibuku, Bunda yang beli ini semua pakai uang hasil dari usaha Bunda tanpa sokongan Ayah sedikitpun. Bayangkan, apa nggak gila saya Mas?"