Keputusan sepihak

2.7K 440 80
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HoooolaaaaaaaaaaaKembali lagi sama Batari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoooolaaaaaaaaaaa
Kembali lagi sama Batari

"Singkat saja. Jadilah menantu Ibu Ida Kusuma Prawira maka aku akan memenuhi apa permintaanmu, dokter Batari!"

Ada banyak hal yang aku perkirakan akan menjadi permintaan Kapten Damar, seperti memintaku menjadi asisten yang bisa disuruh-surunhnya sesuka hati, atau malah dia meminta tolong mencarikan barang yang sulit untuk ditemukan, aku sudah mempersiapkan diri untuk permintaan tidak masuk akalnya, tapi nyatanya imajinasiku kurang jauh.

Bukan hanya sekedar disuruh-suruh sementara waktu, tapi langsung di todong untuk menjadi mantunya Bu Ida. Aku menatap Kapten Damar dengan seksama, memperhatikan pupil matanya dengan benar, bukan tidak mungkin jika Kapten Damar tengah demam hingga melantur, aku mencari tanda-tanda vital ketidakwarasannya tapi nihil.

Pria di hadapanku tampak normal, waras, dan sehat, bahkan kini tengah mengernyit keheranan dengan tingkahku. Pria ini tidak se-Elsa penampilannya. Dia gila, dari sisi manapun aku tidak paham kenapa Kapten Damar tiba-tiba meminta hal yang sangat diluar nalar ini.

"Bu Ida itu, Ibumu kan ya, Mas?" Tanyaku lagi kepadanya, bahkan aku tidak bisa menahan suaraku yang bergetar karena perasaanku yang campur aduk.

"Iya, Ibu Ida itu Ibuku." Jawabnya dengan lugas.

"Kalau jadi menantunya Ibumu itu artinya aku jadi istrinya siapa?" Astaga, bahkan kini untuk menelan ludah pun tenggorokanku terasa sakit. Ini adalah percakapan paling konyol yang pernah aku lakukan.

"Ya jadi istriku, lah! Mau jadi istrinya Yudha dia juga sudah ke alam baka." Jawaban sarkas yang diberikan oleh Kapten Damar dengan sangat tidak sabar ini membuatku mengerjapkan mataku seperti orang bodoh.

"Menikah itu bukan main-main loh, Mas." Tegasku lagi berusaha menghentikan kegilaannya. Kini giliranku yang panik. Sebelumnya aku yang menawarkan sebuah hubungan sandiwara agar Ayah tidak macam-macam denganku tapi tanggapan yang diberikan Kapten Damar justru membuatku ngeri.

Luka Hati BatariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang