Holllaaaaaa
Ikuti juga kisah Batari di KBm dan KaryaKarsa ya, Happy reading semuanya"Jadi, diapain lo tadi sama Mamaknya Pak Tentara, ditawarin jadi mantu lo?"
Stase obgyn adalah Stase besar yang kita tidak bisa berleha-leha, dulu sebelum aku masuk ke dunia medis ini aku nyaris tidak pernah berpikir jika Ibu hamil dan melahirkan ternyata sangat banyak dan obgyn tidak hanya menyangkut tentang persalinan semata karena ibu-ibu pejuang garis dua, remaja yang bermasalah dengan datang bulan atau bahkan mereka yang sakit di organ reporoduksi, mereka semua datang ke Stase obgyn dengan banyak Stase minor ini.
Kali ini aku dan Asyila bertugas di tempat Ibu yang bersiap bersalin, dan artinya aku harus siap untuk Jamal sewaktu-waktu tidak sesuai shif, pokoknya kata-kata tentang Koass adalah kasta terendah benar adanya. Ya kalau ketemu senior atau konsulen yang oke, kita bisa diskusi, diajarin, bahkan diberikan banyak referensi yang membantu, tapi kalau ketemu dokter senior yang gila hormat, apalagi kalau nyambi jadi selebgram, widddiiiihhh, rasanya pengen nyerah.
Sembari mendorong peralatan untuk TTV salah satu Ibu hamil yang datang bersamaan denganku tadi saat aku keluar, aku menggelengkan kepalaku enggan untuk menjawab pertanyaan Asyila.
Sebelumnya tadi aku menangis hebat di pelukannya, dan sekarang saat melihatku kembali dari ruangan Yuki tampak baik-baik saja, Asyila tentu saja penasaran dengan kepentingan apa yang membuat Kapten Damar mencariku. Jika aku jujur pada Asyila apa yang menjadi celetukan Yuki mungkin sekarang Asyila akan berteriak heboh membuat para Ibu hamil langsung brojol seketika, itu sebabnya aku hanya menjawab seadanya.
"Nggak, modelan kek Kapten Damar nggak usah ditawar-tawarin udah pada antri tinggal tunjuk dia. Bu Ida, mamaknya Kapten Damar cuma ngucapin terimakasih, kamu ingat kan sama Yuki yang ortunya meninggal gegara kecelakaan sebulan yang lalu?" Asyila mengangguk, meski ada banyak hal yang tidak menyenangkan terjadi selama kami bertugas, ada beberapa hal yang tidak bisa dilupakan begitu saja termasuk apa yang terjadi pada Yuki dan kedua orangtuanya yang malang. "Nah, Yuki itu ternyata keponakannya Kapten Damar."
Asyila mengangguk-angguk, wajahnya yang sebelumnya jahil kini tampak sendu, mungkin keponakannya Danyon satu ini teringat dengan hal tragis pada Yuki, "kasihan bener ya Yuki itu, umurnya masih lima tahun, baru seneng-senengnya dia sekolah dianterin sama orangtuanya, lah kok naas bener malah orangtuanya pergi buat selamanya. Nggak bisa gue bayangin kalau gue mesti kehilangan orangtua gue kek gitu, pantas saja Nyokap selalu bilang nggak apa-apa Bokap selingkuh yang penting Bokap nggak dipanggil Yang Maha Kuasa, kalau meninggal kek gini gimana nyarinya lagi?! Nggak bakal ketemu lagi buat selamanya."
Syilla adalah mahluk aneh yang terkesan absurd tapi aku tidak pernah terpikirkan jika Asyila akan memiliki sebuah teori yang sangat membagongkan ini. Dia lebih memilih ayahnya berselingkuh dibandingkan meninggal? Aku, seorang anak yang baru saja mendapati Ayahku berselingkuh, mengkhianati semua usaha Bunda dan pengorbanan yang Bunda berikan dengan alasan Bunda sudah tua dan memilih perempuan yang hanya menang muda tentu saja tidak setuju dengan teori aneh bin ajaib yang dikemukakan.
"Kamu bisa ngomong kayak gitu karena Bapakmu nggak selingkuh, Syil!" Ujarku dengan senyuman kaku dan aku yakin Asyila akan menangkap perubahan wajah anehku ini. Matanya memicing curiga, namun aku terus melangkah, "Kalau kamu tiba-tiba ngegepin perempuan muda bawa anak ke hadapanmu sekarang dan bilang kalau dia sudah nikah siri sama Bapakmu lantas sekarnag di nuntut posisi yang setara sama Ibumu, aku yakin kamu nggak akan pernah ngomong lebih baik Bapakmu selingkuh. Yang ada kamu justru akan berharap kalau Bapakmu lebih baik kamu berangkatin sekalian ke Neraka jalur ekspress daripada di dunia cuma buat nyakitin hati Ibu kita."
"Apa ini yang terjadi sama lo?" Cekalan yang aku dapatkan ditanganku menghentikan langkahku, wajah Asyila kini sepenuhnya berubah. "Lo bonyok gini dihajar Bokap lo? Bokap lo selingkuh? Kok bisa?"
"Kok bisa? Aku juga nanya hal yang sama Syil. Bunda udah ngasih seluruh dunianya ke Ayah dan lihatlah balasannya, cuma minta Ayah sayang Bunda tapi yang dikasih luka, dengan kayak gini kamu masih mau bilang kalau lebih baik salah satu orangtua kita lebih baik selingkuh daripada meninggal?"
Tidak ada yang lebih baik dari meninggal atau selingkuh, tapi setidaknya kalau meninggal, Tuhan Yang Maha Esa-lah yang mengambilnya, bukan pelakor nggak punya kelebihan apa-apa yang mengambilnya, sungguh memikirkan sekarnag Bunda di rumah dengan Ayah yang bersikeras membawa selingkuhannya untuk tetap disana karena Ayahku yang mokondo tidak punya duit buat bayar kontrakan untuk selingkuhannya membuat rasa pusing kembali menyerang.
Rasa nyaman dan tenang karena obrolanku dengan Bu Ida kini sudah sepenuhnya lenyap dan aku kembali gelisah memikirkan masalah orangtuaku,
Rasanya aku benar-benar pusing, tidak fokus sama sekali, rasanya tidak adil Tuhan menguji Bundaku dengan cara seperti ini, aku memiliki semua bukti, tapi aku tidak tahu bagaimana memulai semuanya untuk menghukum Ayah. Sekedar melaporkan Ayah hanya akan membuatnya terkena teguran, meski aku mengenal Danyon Hilman alias Omnya Asyila, tapi aku tidak yakin beliau membantuku, semua yang aku katakan kepada Ayah hanyalah bentuk bentakan semata, terkadang beberapa petinggi memilih untuk menutup rapat apa yang menjadi kebusukan anggota mereka agar nama instansi tidak disebut buruk.Aku perlu dukungan juga bukan hanya sekedar bukti semata. Pukulan yang aku dapatkan dari Ayah yang kini membuat wajahku serasa mati rasa adalah bukti jika aku tidak bisa sekedar membuka mulutku jika ingin menghancurkan Ayah dan selingkuhannya.
Aku diam, aku menjalani aktivitasku seperti biasa, memantau Ibu-ibu yang hendak persalinan dan aku sangat bersyukur Asyila yang sudah tahu garis besar masalahku sudah tidak mengusikku lagi, seharian ini aku melihatnya menatapku dengan pandangan prihatin, bahkan saat di ruangan OK ketika ada pasien yang memerlukan operasi caesar dan aku tidak bisa sepenuhnya fokus, Asyila yang mengcoverku.
Aku tidak peduli lagi dengan Jamal (jam malam) dimana katanya ada dokter senior favorit kami akan memberikan materi, aku segera berkemas, terserah kalau besok aku akan diomeli yang aku pikirkan hanyalah segera pulang untuk menemui Bunda. Dengan lambaian sekilas aku membalas tanya rekan-rekanku dan segera aku menyeret kakiku secepat mungkin. Pagi ini Asyila menjemputku alhasil aku harus pulang sendiri menggunakan ojol jika ingin cepat meski angkot juga bisa menjadi pilihan, tapi ditengah kegamanganku menunggu orderan ojol diaplikasiku diambil, mendadak suara klakson mengejutkanku, dan semakin terkejut saat melihat sosok Kapten Damar yang aku lihat tadi pagi ada dibalik kemudi saat kacanya diturunkan.
Dia tidak lagi mengenakan seragam lorengnya yang tampak tebal melainkan kaos hijau lumut yang tampak lusuh, untuk sejenak aku mengerjap kebingungan tapi Kapten Damar lebih dahulu menawarkan.
"Saya antar pulang, dok."
Tidak, itu bukan penawaran, lebih tepatnya perintah yang kali ini aku rasa datang disaat yang tepat. Tidak ada penolakan basa-basi, aku segera membuka pintu mobil tersebut.
"Bisa agak cepat, Mas Damar? Saya buru-buru mau pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Batari
RomanceTidak pernah ada dalam bayangan Batari, dia akan menemukan Ayahnya, pria yang selama ini begitu dia hormati pada akhirnya akan mengecewakannya dengan sikap beliau yang menjijikkan. Rumah tangga orangtuanya begitu harmonis, Tari tumbuh dengan menyaks...