Part 4

58 31 29
                                        

Lanjut, yuk.

Jangan lupa follow dan add di perpus, ya. Untuk typo, bantu tandain ya, hehe. Thank you

Selamat Membaca

semoga suka

----

Sejak Bu Kiki menutup sesi mengajarnya yang penuh ketegangan itu karena porsi Killer-nya bahkan semakin bertambah usai melahirkan. Sejak saat itu juga aku terus memperhatikan gerak-gerik Aurora sambil menerka-nerka. Apakah dia menunjukkan sesuatu yang aneh.

Maksudku, sejak awal, Andra, Gio, dan Niko mengatakan bahwa perempuan itu menyukaiku. Bagaimana jika hal ini bukan lagi menjadi rahasia di antara kami dan sampai pada telinga Kak Gara? Bukankah itu akan sangat menyulitkanku?

Tidak. Aku harus membereskan semuanya setelah ini.

Tepat setelah bel istirahat berbunyi, ketika sebagai teman-teman berhamburan keluar kelas, aku sudah memantapkan diri untuk menemui Aurora, membicarakan kekhawatiranku. Aurora sedang kurencanakan menjadi milik Kak Gara, maka akhirnya harus seperti itu.

Aku tiba di depan mejanya dengan jantung berdetak cepat dari biasanya. Kesibukkan Aurora dalam membereskan barang-barangnya membuatku semakin tak karuan dalam menunggu. Cika masih ada di sampingnya selesai lebih dulu, kemudian menangkap keberadaanku sehingga dia menyenggol lengan Aurora untuk menatapku.

Aurora mendongak, kemudian menoleh pada Cika. "Lo duluan aja, Ka!"

Cika mengangguk tanpa bicara dan langsung beranjak dari duduknya, meninggalkan kami. Aurora berdiri sejajar denganku, menatapku dengan kembali melampirkan senyum.

Ah, setelah dua senyum sebelumnya, senyumannya kali ini malah membuatku ngeri.

"Ada apa?" tanyanya.

Aku menghela napas sebelum menjawabnya. "Lo nggak lagi suka sama gue, kan, Ra?"

Aurora diam.

"Maksud gue, lo nggak lupa, kan, kalo lo lagi gue minta untuk dekat sama Kakak gue?!"

Aurora terkekeh. "Kenapa kamu bisa berpikir begitu?"

Dia menyilangkan tangan di depan.

"Ah, apa karena perhatianku tadi pagi?" lanjutnya.

Aku meringis. Dia pasti berpikir bahwa aku sedang dalam fase geer maksimal!

"Gu-gue ... gue cuma mau memastikan aja kalo usaha gue selama ini nggak sia-sia."

Aurora mengangguk. "Perasaan seseorang bagaimanapun tidak bisa kita paksakan, Anta! Tapi, aku sudah berusaha, sisanya tergantung Kakak kamu apakah bisa melihat ada rasa untuknya dariku?"

Aku mengerjap. "Jadi, udah sebulan ini kalian pendekatan, rasa suka lo terhadap Kak Gara masih belum ada?"

Aurora mengangkat bahunya kemudian tersenyum terpaksa. "Sedikit, mungkin ada."

"Lo harus suka sama dia!" sentakku mengejutkannya.

"Apaan, sih?" sahutnya kesal, "aku udah berusaha, Anta, tapi sampai detik ini aku nggak suka sama dia!"

"Ya, makanya, berusaha lebih keras lagi!"

"Perasaan nggak bisa dipaksain, Antariksa!"

"Tapi—"

Aurora mengangkat tangannya ke depan wajahku, menjadikan ucapanku terputus. "Sama seperti kamu yang bilang sudah menyukai orang lain padaku waktu itu. Aku juga begitu!"

Stuck in Own PlansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang