Part 10

47 27 34
                                        

Halo! Aku kembali.

Selamat Membaca

Seperti biasa. Hehehe.

----

Sibuk dengan Event Garuda yang akan diselenggarakan sepekan sebelum Ujian Nasional, aku jadi jarang masuk kelas karena banyak kegiatan yang harus dikerjakan. Mulai dari rapat yang tiada henti, belum lagi kumpul pimpinan organisasi untuk membahas konsep Event tahun ini, mengurus kepanitiaan dan lain sebagainya.

Akibat dari kesibukanku ini, aku jadi tidak sering melihat Aurora. Perempuan itu seakan menghilang dari pandanganku, bahkan saat aku tiba-tiba kembali ke kelas, dia tidak ada di sana padahal masih jam pelajaran.

Dengan hilangnya dia, entah kenapa aku sedikit merasa terganggu, seperti ada yang kurang dan aku tahu sesuatu yang kurang itu adalah Aurora. Mungkin, ini efek karena dia selalu mengganggu kehidupanku, sehingga aku merasa hampa selama empat hari belakangan ini.

Bugh!

Sebuah pukulan cukup keras mendarat di pundakku. Aku menoleh dan menemukan Andra yang kini telah duduk di kursi di sampingku.

"Lo bisa, kan, nggak ngagetin sambil mukul?" sinisku sambil mengusap pundak untuk menghilangkan rasa sakit karena ulahnya.

Karena mendadak menjadi kuli sekolah beberapa hari ini, membuatku merasa pegal di seluruh tubuh, ditambah lagi jam tidur yang tidak teratur.

Heran, biasanya aku diganggu oleh Aurora sepanjang malam dengan chat tidak pentingnya, lalu dibangunkan sepagi mungkin hanya karena bekal, aku merasa tidak lelah sama sekali. Lalu saat ini?

Kenapa aku malah seperti sedang merindukannya?

"Woi!" kejut Andra, lagi-lagi menggeplak kuat punggungku.

"Apaan?" Tatapku nyalang.

Dia bergedik. "Jangan ngelamun, Nyet! Kesambet lo, ntar!"

"Gue nggak ngelamun!" sahutku kesal.

"Alah, gue liatin dari tadi," katanya, "lo udah bengong selama lima belas menit, Monyong!"

Benarkah?

"Sadar nggak, lo?" lanjut Andra.

"Ah, tau, deh," sahutku.

"nggak jelas, lo!"

"Ini ke mana, nih, kok, masih banyak yang belum datang?" tanyaku menatap segala sudut ruang Serbaguna, "Si Ketos Aldian, juga ke mana, tuh, orang? Dia yang nyuruh cepet, dia yang telat," lanjutku.

Kudengar Andra berdecak sebelum menjawabku. "Elo, kan, dari tadi ngelamun, Goblog! Jadi mana tahu kalo Aldian baru aja keluar."

"Kok, lo dari tadi ngatain gue, sih?"

"Ya, elo mancing emosi, gue, Antariksa!" geram Andra.

"Tau, dah!" kelitku.

Andra mencibir, "Ye ... nggak jelas!"

Aku dan Andra selanjutnya tidak saling bicara. Aku sibuk dengan isi pikiranku, sedangkan Andra sibuk tertawa sendiri dengan ponselnya.

Ketika aku mulai bosan menunggu, akhirnya Si Ketua, alias Aldian selaku ketua OSIS pun tiba dan langsung memulai kegiatan rapat.

Kalau saja dia tidak cepat datang, maka sudah pasti aku meninggalkan ruangan pengap ini.

☼☼☼

Stuck in Own PlansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang