Part 13

49 22 33
                                        

Kita lanjutin kisahnya Anta, yuk. 

Seperti biasa, jangan lupa follow, okay?! 

Thank you yang udah berkenan

Selamat Membaca

----

Kak, gue bisa jelasin yang terjadi sebenernya."

Aku masuk ke dalam rumah dengan langkah terburu-buru, menyusul Kak Gara yang menaiki tangga setelah membukakan pintu untukku. Ya, setelah kejadian di sekolah tadi, aku memutuskan pulang untuk meluruskan semuanya. Mengatakan bahwa tidak ada maksud lain atas kesepakatan yang terjadi. Dan, soal Aurora yang menyatakan suka padaku, aku tidak pernah percaya dengan ungkapannya itu.

Yang kuyakini hanya satu, Aurora hanya seorang perempuan tidak punya hati yang gemar bermain-main dalam hidup orang lain. Merasa tinggi akan dirinya sendiri, sehingga dia akan melakukan apapun untuk membuat keputusannya tercapai.

Fakta bahwa aku dan dia adalah musuh, mustahil jika dia yang gemar mencari masalah denganku itu nyatanya menyimpan suka padaku. Sungguh tidak masuk akal, bukan? Pikirkan saja, di mana ada rasa suka yang membuat seseorang gemar memainkannya?

Aku terus mengikuti langkah Kak Gara hingga dia berhenti di depan pintu kamarnya lalu berbalik badan. Menatapku tajam, tapi perlahan-lahan menjadi teduh dan tidak ada kemarahan di sana.

"Gue nggak pernah minta lo untuk jadi pesuruh Aurora, Ta!"

Aku mengangguk. "Iya, Kak, lo nggak pernah nyuruh, tapi gue yang mau. Gue yang mau bantu lo untuk bisa dapetin orang yang lo suka. Tapi, gue nggak tahu kalo akhirnya bakal kayak sekarang."

"Gue nggak pernah minta supaya lo maksa Aurora tetap deket sama gue setelah dia nolak gue depan keluarga kita!"

Aku mengangguk lagi. "Gue nggak maksa, Kak, tapi memang seharusnya Aurora melakukan semuanya. Dia sendiri yang bilang, kalo kalian udah lumayan deket, dia juga bilang kalo elo bisa jadi pacarnya karena perhatian yang lo kasih. Dia sendiri yang ngaku waktu gue tanya, tapi tiba-tiba malah nolak lo di depan Ayah sama Bunda. Itu nggak sesuai dengan semua usaha yang udah gue lakuin."

"Gue mau kalian sama-sama, tapi dia selama ini malah jadiin gue mainan."

Kak Gara tersenyum kecil. "Karena cuma dengan cara itu, dia bisa deket sama lo, Ta!"

Kali ini aku menggeleng. "Gue sama dia selalu berantem dan nggak pernah akur, lalu apa yang jadi alasan dia untuk cari cara supaya deket sama gue dengan buat kesepakatan sia-sia itu?"

"Rasa cinta seseorang datang dengan segala cara, Ta!" kata Kak Gara, "seperti gue yang langsung suka sama Aurora setelah dia dengan baiknya nolong gue di jalanan. Begitu juga dengan Aurora, yang mungkin banget suka sama lo karena kebiasaan kalian berantem setiap waktu."

Aku diam.

Aku tidak mengerti soal percintaan yang jika dicari tahu lebih dalam, maka akan semakin rumit ketika dipikirkan. Bagiku, rasa cinta ketika kita merasa senang saat bersama seseorang, menginginkan orang itu bahagia ketika bersama kita, bukan malah membuat orang yang kita cintai itu terluka atau merasa tidak dicintai karena selalu mengajaknya bertengkar.

Jujur, jika Aurora nyatanya memang menyukaiku dan menunjukan rasa sukanya dengan cara mencari masalah denganku, maka cara yang dia pakai adalah salah dan itu hanya akan menimbulkan masalah bagi orang lain.

"Tapi gue nggak suka sama dia, Kak!" ungkapku.

Kak Gara mengangguk. "Terserah kalo lo nggak suka sama dia, tapi masalahnya di sini adalah bahwa dia, suka sama lo."

Stuck in Own PlansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang