Last Part
Selamat Membaca
----
Sebulan kemudian, Ayah akhirnya sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit dan kakiku juga sudah kembali bisa digunakan seperti sedia kala. Di samping itu, aku dan Kak Gara menjadi lebih dekat, bahkan sudah sangat layak dianggap sebagai saudara kandung. Meski beberapa kali, kami juga bertengkar hanya karena hal-hal kecil, seperti memperebutkan Kacang Almond di mana Bunda hanya membeli satu toples saja dan berakhir dia harus menyuruh Mbok Lita membeli dua toples lagi.
"Kalo akur, bikin heran. Kalo berantem, bikin takut!" Komentar Mbok Lita kala itu dan hanya direspon kekehan kecil dari Bunda. Sedangkan aku dan Kakak masih sibuk mempermasalahkan satu toples Kacang Almond yang berakhir di tangan Bunda.
Aku dan Kakak, kini membantu Ayah untuk duduk di kursi roda, sedangkan Bunda tengah membereskan barang-barang milik Ayah untuk dimasukan ke dalam tas sambil memperhatikan kami dengan tersenyum senang. Lalu, selanjutnya Ayah yang menatap bingung pada kami.
Pria itu pasti bingung dengan kedekatanku dan Kak Gara.
"Kalian nggak lagi berencana kabur lagi, kan?" celetuk Ayah malah diluar dugaan kami.
Bunda mendengus sebal.
"Lagian, gerak-gerik mereka mencurigakan!" kata Ayah.
Bunda bergerak mendekat setelah selesai dengan kegiatannya.
"Mereka sudah berdamai dengan semua keadaan, Mas!" kata Bunda, "dan Gara juga sudah tahu jika dia sama seperti Anta!"
Ayah segera mengalihkan tatapan pada Kak Gara, lalu memintanya mendekat. Kak Gara lantas berjongkok di hadapan Ayah sehingga tangannya bebas mengusap puas surai Kak Gara.
"Maaf karena sudah menutupi semuanya dari kamu, tapi semua keputusan yang kami ambil hanya demi kebaikan kamu, Gara!" kata Ayah.
Kak Gara mengangguk mengerti. "Iya, Ayah! Maaf karena tingkah Gara yang seperti anak kecil harus membuat Ayah dan Anta menderita di Rumah Sakit. Seharusnya, waktu itu Gara bisa bersikap lebih dewasa, tapi—"
"Semua hal buruk yang terjadi, biarkan berakhir dengan caranya sendiri." Bunda memotong ucapan Kak Gara.
Aku segera mendekat pada mereka. "Anta juga minta maaf karena banyak kekacauan yang terjadi akhir-akhir ini. Maaf karena Keluarga Ferando mengganggu kalian."
"Perbuatan Ferando bukan kesalahan kamu, Anta!" ucap Ayah tegas, "memang mereka selalu melakukan cara-cara buruk untuk mendapatkan semua yang mereka inginkan."
Aku memandang Ayah dalam. "Perusahaan Ferando sudah sejak lama mengincar dan ingin menghancurkan Perusahaan Albara karena merasa tersaingi. Namun, ketika mereka tahu bahwa kamu ada di dalam Keluarga Albara, mereka sengaja mencari cara untuk menggertak dan mempengaruhi Tenggara.
Mereka tidak pernah serius untuk membawamu kembali, Anta! Mereka hanya selalu merasa kurang dengan uang yang mereka dapat. Maka, hanya dengan menggunakanmu sebagai pion, mereka akan merebut kamu dari kami, tetapi mereka akan tetap menjatuhkan Perusahaan Albara.
Ayah akan lebih rela jika mereka menghancurkan Perusahaan Albara, daripada harus membiarkan kamu kembali menderita bersama mereka."
Air mataku tidak mampu terbendung lagi setelah mendengar betapa tulus keluarga ini denganku. Sebuah rasa cinta yang begitu besar ini hanya bisa aku dapatkan jika bersama mereka.
"Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Bunda lagi, Anta!" tutur Bunda langsung membawaku ke dalam pelukannya.
Kami berempat lantas berpelukkan diujung ranjang Rumah Sakit. Seolah sebuah keluarga yang sudah terpisah begitu lama sehingga ini adalah cara untuk melepas rindu yang lama terpendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans
Подростковая литератураCerita masih lengkap . Follow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya...
