Part 14

41 21 26
                                        

Hai, hai, hai! Wellcome, Readers!

Semangat terus, ya, untuk ikut kisahnya.

Inget, jangan lupa follow atau aku ngambek. Hehehe, becanda.

Okay, langsung aja.

Selamat Membaca

----

Kak Gara ternyata tidak ada di rumah dan berdasarkan informasi dari Mbok Lita, dia sudah pergi sejak jam 9 pagi tadi. Aku pikir dia pergi ke rumah Kak Deo—teman dekatnya—tetapi ketika aku menghubunginya. Nyatanya, mereka berdua bahkan tidak berhubungan kontak sejak dua hari kemarin.

Aku tidak tahu lagi ke mana Kak Gara pergi. Menghubungi Aurora, bahkan telepon perempuan itu tidak aktif.

Pukul 10 malam, suara mesin mobil milik Kak Gara masuk ke pekarangan rumah. Aku melihat dari balik jendela kamarku saat dia sedang memarkirkan mobilnya. Aku segera turun membawa serta kado yang kusiapkan untuknya. Tidak peduli dengan mimpi buruk yang aku alami siang tadi karena aku yakin bahwa Kak Gara tidak akan pernah berbuat setega itu.

Hari ulang tahunnya adalah momen paling kutunggu di setiap tahun, karena Kak Gara selalu bersikap lebih menyenangkan dan seolah lupa ketidaksukaannya terhadapku. Sama seperti ketika awal-awal aku tinggal di sini. Kak Gara yang penyayang dan penuh kepedulian selalu aku rasakan di hari kelahirannya ini.

Saat ia akan menaiki tangga, aku tepat berada di anak tangga terakhir sehingga dia sedikit terkejut dengan kemunculanku yang tiba-tiba.

"Lo nggak nginep di sekolah?" tanyanya menatapku heran.

"Gue sengaja pulang dan rencana mau langsung balik ke sekolah setelah nemuin lo, tapi elo malah nggak ada. Jadi, gue nunggu lo sampe pulang aja."

Dia menggeser tubuhku ke tepi pembatas tangga. Aku langsung memutar badan agar tetap menghadapnya. Ini kulakukan demi dirinya tidak melihat apa yang kusembunyikan di belakang. Dia menjejakkan kaki menaiki tangga menuju kamar. Aku segera mengikutinya.

"Kak!"

Dia berdeham pelan.

"Lo dari mana aja? Kok, gue telepon Kak Deo bilangnya lo nggak sama dia."

Dia mengangguk lalu menghadapku ketika tiba di depan pintu kamarnya. "Gue memang nggak bareng dia."

"Gue bareng Aurora!" bebernya.

Aku mengerti sekarang kenapa ponsel perempuan itu tidak aktif.

"Nggak papa, kan?"

Dahiku mengernyit. "Nggak papa apanya?"

"Gue jalan sama Rora?"

Aku tertawa lebar. "Ya, nggak papa, kali. Nggak ada hubungannya juga sama gue. Toh, gue malah seneng kalo kalian masih bisa deket."

"Oke," sahut Kak Gara berbalik kembali melajukan langkahnya menuju kamar.

"Kak!" panggilku membuatnya mau tidak mau kembali menghadapku. Tepat saat itu juga kutunjukkan paperbag coklat yang kusembunyikan sejak tadi.

Dia menatap bingung benda di tanganku tersebut.

"Kado buat lo!" ungkapku.

"Oh." Dia menerimanya. "Makasih," jawabannya singkat.

Tanpa mengatakan apapun lagi, dia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengabaikanku. Dengan hal ini, seharusnya aku sadar jika ulang tahunnya kali ini tidak akan sama seperti tahun-tahun kemarin. Aku kecewa dengan fakta ini. Namun, saat aku akan kembali ke kamarku, suara pintu terbuka di sampingku terdengar. Kak Gara keluar lagi.

Stuck in Own PlansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang