Hai, kembali di sini, xixixi.
kita langsung aja, yuk.
Selamat Membaca
----
Dua belas tahun lalu, kenangan manis yang aku anggap benar-benar manis, ternyata menjadi kenangan pahit setelah dibuang Mama dari rumah. Dulu, kukira semuanya menyayangiku, tetapi nyatanya tidak ada yang peduli padaku. Hanya Kak Reksa, dan selalu dia yang didahulukan. Aku hanya orang di belakangnya yang hanya bisa menunggu giliran yang entah kapan tibanya.
"Ma, Anta juga mau!" rengekku kala itu ketika Kak Areksa menerima mainan pesawat dengan remote control yang begitu canggih.
"Kamu nanti saja!" kata Mama padahal waktu itu umurku sudah 5 tahun, dan mainan tersebut juga sudah dimiliki oleh teman seumuranku.
"Kamu bisa ambil yang ini!"
Ketika Mama pamit pergi ke dapur, Kak Areksa memberiku pesawat kayu miliknya yang diberi oleh Papa beberapa waktu lalu.
"Tapi, Anta mau yang itu!" Aku menunjuk pesawat di tangannya.
"Kamu main yang ini dulu," sahutnya, "nanti, baru aku pinjamkan pesawat baru ini."
Dengan wajah lesu dan ingin sekali pada pesawat itu atau setidaknya biarkan aku menyentuhnya sebentar, tetapi aku tahu Kak Reksa tidak akan mengizinkanku, maka aku memilih menerima pesawat kayu itu. Pesawat yang baru-baru ini rusak karena seseorang sehingga aku menuduh Aurora sebagai pelakunya.
Meskipun masih memiliki harapan agar bisa memiliki pesawat canggih seperti Kak Reksa, aku mulai menyukai pesawat kayu pemberiannya. Bagiku kala itu, pesawat tersebut adalah bukti bahwa Kak Reksa bersedia berbagi denganku, adiknya. Pikirku, tinggal menunggu masa saja di mana kami akan bermain bersama dengan pesawat baru itu.
Sayangnya, setelah berhari-hari berlalu, Kak Reksa, Mama dan Papa seakan lupa denganku. Tidak jarang mereka meninggalkanku sendirian hingga larut malam. Membiarkanku makan seorang diri di mana mereka makan diluar dengan riang tanpa diriku.
Beberapa kali aku protes dengan sikap mereka terhadapku, hingga aku lelah mempertanyakan arti keberadaanku bagi mereka. Sampai pada puncaknya, saat Papa mengadakan Pesta Kolega di rumah dengan jamuan makan malam yang mewah. Mereka membawa serta Kak Areksa, tetapi tidak membawaku.
Aku ditinggalkan bersama Mbak Linda, asisten rumah tangga di dapur. Seolah aku benar-benar disembunyikan dari orang-orang. Hingga hari-hari selanjutnya, keadaan semakin menekan diriku untuk menjadi orang paling tidak berguna di rumah megah milik Keluarga Ferando.
Lalu, kejadian kebakaran itu terjadi, karena ketidaksukaan Kak Reksa dan keegoisannya, aku berakhir di Panti Asuhan Azzura. Hidup berbaur dengan mereka yang sama-sama ditelantarkan oleh keluarganya.
Lantas, sekarang mereka menginginkan aku kembali? Apa penyebabnya? Apa yang menjadi alasan mereka sehingga menginginkanku kembali masuk ke dalam hidup mereka yang telah begitu tentram tanpa diriku.
Belasan tahun aku tidak menginjakkan kaki di rumah itu, selama itu mereka tidak pernah mencariku. Lalu, mengapa aku harus kembali kepada mereka? Mengapa mereka begitu memaksa aku kembali, sampai-sampai mengancam Keluarga Albara?
Setelah dipikir-pikir, aku menjadi paham dengan alasan kedatangan tiba-tiba Eyang dan Opa ke rumah. Padahal, biasanya mereka begitu sulit dibujuk Ayah untuk ke Bandung, karena tidak ingin meninggalkan rumah di Solo. Ternyata, alasan mereka karena keluargaku yang tidak tahu diri itu berencana menghancurkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans
Подростковая литератураCerita masih lengkap . Follow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya...
