Part 20

38 20 4
                                        

Hai, hai, hai!

Wellcome back Dunia Dini

Kita lanjut kisahnya, yuk. 

BTW, jangan lupa share ketemennya ya, siapa tau mereka suka.

Selamat Membaca

----

Hampir lima jam Ayah menjalani operasi pengangkatan darah beku di kepalanya, dan sudah seharusnya Dokter yang menangani operasi Ayah keluar sejam yang lalu, tetapi hingga satu setengah jam berlalu, orang berseragam serba hijau itu masih belum keluar dari dalam ruang operasi. Padahal, lampu penanda operasi di atas pintu sudah tidak menyala.

Bunda terduduk lemah di kursi tunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Eyang berusaha menenangkan Bunda, sedangkan Opa dibuat sibuk dengan pikirannya sendiri. Lalu Kak Gara, laki-laki itu memilih duduk jauh dari mereka. Aurora dan Andra yang kebetulan juga ada di sana, hanya bisa diam tanpa berani mengeluarkan suara. Hingga pintu operasi terbuka, semuanya kompak berdiri.

Bunda langsung menghampiri pria berseragam serba hijau lengkap dengan pembungkus kepala berwarna senada.

"Bagaimana dengan keadaan suami saya, Dok?" tanya Bunda dengan suara bergetar.

Kak Gara segera mendekat sebelum Dokter itu menjawab pertanyaan Bunda.

"Pengangkatan gumpalan darah yang bersarang di kepalanya berhasil kamu keluarkan." Dokter menjawab dengan suara pelan. Menatap mata orang yang mengelilinginya satu persatu. "Sayangnya, pasien kehilangan banyak darah selama operasi berjalan. Kami sudah berusaha mencari darah yang cocok, tetapi di rumah sakit ini tidak ada stok darahnya."

Tubuh Bunda semakin melemah.

"Lalu bagaimana, Dok?" tanyanya dengan dirinya ditahan oleh Aurora dan Eyang agar tidak luruh ke lantai.

"Kami sudah berkonsultasi ke bank darah, tetapi memang dari sana darah yang cocok dengan Pak Bara sedang kosong. Maka, kami meminta pada keluarga untuk ikut mencarikan pendonor darah untuk beliau."

Dokter segera pergi setelah menyampaikan berita tak mengenakan itu. Di antara mereka hanya Opa yang memiliki darah yang cocok dengan Ayah, tetapi melihat kondisi Opa tidak cocok untuk melakukan pengambilan darah sehingga Kak Gara mengajukan diri untuk mendonorkan darahnya untuk Ayah. Namun, Bunda langsung melarangnya. Sayangnya, Kakak tetap melakukan pengecekan darah untuk melakukan donor secara diam-diam dan di sanalah dia mengetahui fakta yang sangat sulit untuk dia terima.

☼☼☼

"Nyatanya Gara sama seperti kamu." Aurora menjeda ucapannya sejenak, kemudian lanjut berkata, "Dia bukan anak kandung dari Om Bara dan Tante Diana!"

"Gara juga diadopsi di Panti Asuhan Azzura ketika dia masih berusia dua bulan sejak ditemukan di teras Panti oleh Bunda Zura."

Tentu aku terkejut bukan main mengetahui fakta tersebut. Entah bagaimana perasaan Kak Gara ketika dirinya mengetahui bahwa dia juga bukan bagian dari keluarga Albara secara garis keturunan. Dan yang paling mengkhawatirkan, Kak Gara bahkan tidak tahu siapa orang tua kandungnya karena sudah dibuang sejak bayi.

Kak Gara, mulanya diadopsi sebagai perwujudan harapan Bunda dan Ayah yang kesulitan memiliki anak setelah 10 tahun menikah. Lalu, setelah memikirkannya matang-matang, mereka sepakat untuk mengangkat seorang anak dan itu adalah Kak Gara.

Kini, aku mengerti cara untuk menyusun puzzle yang belum terselesaikan. Setelah usia Kak Gara 4 tahun, Bunda akhirnya mengandung seorang anak yang akan menjadi calon adik Kak Gara, tetapi karena insiden Kak Gara hampir tertabrak mobil dan ditolong oleh Bunda, keluarga Albara harus menelan pahit kenyataan kehilangan satu-satunya harapan.

Saat Bunda berhasil di bawa ke rumah sakit, Dokter yang menangani mengatakan bahwa Bunda telah mengalami keguguran, dan kabar terburuk lainnya adalah bahwa Bunda harus melakukan pengangkatan janin di mana efeknya Bunda tidak bisa hamil kembali.

Sekitar lebih dari dua tahun bersedih karena kehilangan satu-satunya anak dari darah daging sendiri, Bunda dan Ayah akhirnya mengambil keputusan untuk mengadopsiku demi mengobati luka di hati mereka. Usut punya usut, Bunda tidak mengadopsiku begitu saja, nyatanya wanita itu menjadi saksi saat diriku dibuang oleh Mama.

Kak Gara yang merasa dirinya bersalah atas apa yang terjadi pada Bunda di mana dia juga tidak mengetahui bahwa Bunda tidak bisa hamil lagi, sehingga sempat memaksa Bunda untuk hamil kembali agar tidak melanjutkan rencana mengadopsiku. Namun, Bunda tidak bisa mengikuti permintaannya. Maka dari itu, Kak Gara benci padaku.

"Gue yakin Kak Gara merasa sakit hati dengan fakta yang ada!" tuturku.

"Setiap orang memang seharusnya tidak pernah bersikap angkuh pada orang lain, karena tidak ada yang tahu kapan kita akan berada di bawah orang-orang yang pernah kita sakiti," sahut Aurora, "Gara sedang menerima balasan dari sikapnya yang jahat padamu, Anta!"

"Lo nggak bisa ngomong begitu soal Kak Gara!" peringatku, "nggak ada anak yang minta dibuang sama orang tuanya!" lanjutku.

"tapi, dia nyatanya juga dibuang dan dia selalu bersikap kasar pada anak yang senasib dengannya!" Aurora menyambar cepat ucapanku.

"Itu karena Kak Gara nggak tahu kalo dia juga dibuang, Ra!"

Aurora beranjak dari duduknya.

"Sekali aja nggak belain dia, bisa nggak, sih, Ta?" sentaknya, "dia udah jahat sama kamu, jadi tolong jangan tutup mata!"

Aku menghembuskan napas berat. Menundukkan kepala lalu menjawabnya. "Hanya karena pernah dijahati, bukan berarti gue harus jadi jahat juga, Ra!"

Aurora beralih berdiri di hadapanku.

"Jadi, kamu memilih maklum dengan sikapnya selama ini?" tanyanya, "lalu, bagaimana dengan orang tua kamu? Bagaimana dengan si Maira yang udah bohong sama kamu?"

"Dari mana lo tahu kalo Maira bohong?" tanyaku penasaran.

"Karena ...." Aku menunggu Aurora menyelesaikan perkataannya. Berharap mendapatkan satu saja rencana hidupku yang terwujud. Namun, nyatanya lagi-lagi aku dibanting oleh ekspetasiku sendiri.

"Karena aku nggak suka kalo ada cewek yang bisa berhasil gitu aja masuk ke dalam kehidupan kamu!"

Aku menoleh ke arah lain lalu bergumam pelan. Sangat pelan, sampai kuyakini bahwa Aurora tidak bisa mendengarku.

"Entah apa yang gue pikirin, tapi gue bener-bener berharap kalo dia adalah elo!"

***

Stay tune!

Gimana sama part ini? Makin kesel sama Gara, kah?

Stuck in Own Plans sudah bisa dipesan di shopee melalui link tertera di bio Instagram akun @niarvaza

Stuck in Own PlansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang