PERINGATAN!
ITS LAST PART BUT ITS NOT LEAST STORY. SO, READ TILL THE AND!
Happy Reading
Inget, baca sampe selesai
----
"TIDAK! Sudah Papa katakan, bahwa kamu harus mengambil Jurusan Bisnis!"
"Tapi, aku nggak minat dalam bidang bisnis, Pa!" sahutku pelan, "aku maunya jadi Pilot, bukan Pebisnis."
"Tidak ada sejarahnya Anggota Keluarga Ferando menjadi seorang Pilot!" tukas Papa, "saya tidak akan pernah mengizinkan kamu menjadi apapun selain Pebisnis."
Papa menutup Koran bacaannya. Sedangkan aku menatapnya sendu dan kecewa. Menjadi Pilot adalah satu-satunya harapan untuk menjemput kebahagiaan yang selama ini aku dambakan. Namun, aku tidak pernah menyangkah jika kembali pada Ferando harus membuatku kembali mengubur mimpi.
"Kamu adalah satu-satunya penerus keluarga Ferando, maka kamu harus menuruti apa yang saya katakan."
Aku selayaknya buka seorang anak baginya, melainkan hanya sebuah boneka yang bisa dia mainkan sepuasnya. Aku harus mengikuti semua arahannya. Aku harus patuh pada setiap perintahnya.
Papa beranjak dari duduknya, menunjukku dengan tunjuknya lalu berkata, "Jika kamu ingin kuliah, maka kamu harus mengambil Jurusan Bisnis. Jika selain itu, maka lebih baik kamu meneruskan Kafe peninggalan kakakmu saja!"
Ya, sesuai yang apa Kak Areksa katakan, setahun sejak aku kembali, setiap pulang sekolah, aku pasti datang dulu ke Ansa's Caffee untuk mengecek keadaan di sana. Dan aku merasakan betapa melelahkan rutinitas sebagai Kak Areksa. Sekelebat aku merindukan kebebasan saat bersama Keluarga Albara.
"Bunda ... Anta mau pulang," gumamku sambil duduk termenung di balkon kamarku.
☼☼☼
Hanya keributan yang selalu kusaksikan setiap kali Papa dan Mama mulai duduk bersama lalu saling bercerita. Kehangatan itu hanya dapat dirasakan sebentar, karena dalam sekejap, ketika ada ucapan salah satunya yang cukup sulit diterima, maka keributan itu akan terjadi. Seperti sekarang ini. Sama seperti biasanya, aku hanya berani menyaksikan dari pembatas lantai dua tanpa ingin mencampurkan diri di antara masalah mereka berdua.
Keluarga Ferando dan keluarga Albara, benar-benar berbeda. Albara tidak pernah bersitegang hingga berlarut-larut. Albara mengerti caranya untuk saling menghargai. Berbeda dengan Keluarga Ferando, keduanya ingin menang sendiri. Hanya mementingkan hati sendiri. Merasa tersakiti sendiri.
Aku muak dengan rutinitas menyebalkan ini.
Sepintas aku menyesal mengambil keputusan untuk kembali ke sini. Aku ingin kembali pada Albara, tetapi apakah mereka masih ingin menerimaku yang tidak tahu terima kasih ini?
Merasa jika tidak ada kesudahan di antara perselisihan mereka, aku memilih masuk ke kamar Kak Areksa. Tempat di mana aku selalu ingin bisa tidur bersama Kakakku itu, tetapi belum hal itu terwujud, dia sudah memilih tidur sendirian. Memutuskan harapanku yang sebenarnya cukup kecil ini.
"Seadainya lo bisa denger isi hati gue. Gue cuma mau lo tahu kalo lo tetap Kakak yang selalu gue sayang," gumamku lirih, "karena kepergian lo masih menjadi luka paling dalam di hidup gue yang menyedihkan ini, Kak!"
"Dan seandainya gue boleh meminta, gue mau lo bisa ajak gue pergi. Bukan malah ninggalin gue di sini sendirian. Menjadi alat untuk mencapai semua ambisi mereka."
☼☼☼
"Kita udah sepakat supaya kalian nggak ganggu Keluarga Albara lagi, tapi apa sekarang? Kalian malah ingkar janji!" teriakku marah.
Pagi-pagi sekali aku menerima kabar dari Kak Gara bahwa Perusahaan Ferando melakukan akuisisi pada Perusahaan Albara dengan alasan bahwa Albara telah melakukan kecurangan dalam kerja sama bisnis. Padahal, selama ini kedua perusahaan tidak pernah terlibat kerjasama. Namun, Ayah sebagai pimpinan seolah sengaja dibuat terpojok dan berhasil dilengserkan dari kursi kebesarannya.
"Itu karena kamu masih berhubungan dengan mereka!" sahut Papa santai.
"Apa lagi yang kurang dari Anta, Pa?" tanyaku frustasi, "aku sudah mengikuti permintaan Papa, mengambil jurusan yang sangat jauh dari minat bakatku. Menenggelamkan semua impianku demi kalian, tapi hanya untuk menuruti satu permintaanku saja, kalian tidak sanggup melakukannya."
Papa beralih menatapku. "Kamu bisa minta apapun sebagai gantinya, tetapi tidak untuk mengembalikan perusahaan Albara."
Aku menghela napas berat.
"Kalian benar-benar manusia tidak punya hati!" hinaku, "jika kalian punya hati, maka kalian akan mengerti bahwa banyak keringat yang lebih dari yang kalian keluarkan."
----
TBC
Terima kasih telah bersedia menikmati Stuck in Own Plans hingga akhir, ya.
Bagian di atas merupakan penggalan atau bocoran dari versi novel. Jadi, yang penasaran bisa langsung meluncur ke ig aku untuk cara pemesanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans
Novela JuvenilCerita masih lengkap . Follow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya...
