Selamat Membaca
Jangan lupa Add ke perpusnya.
----
Akibat panggilan mendadak yang aku terima dari Aldian, maka tepat pada pukul 8 pagi aku tiba di sekolah hanya dengan berbalik celana olahraga dan hoodie berwarna hitam. Setelah berhasil memarkirkan motor, aku segera menemui Aldian yang menunggu di ruang sekretariat OSIS bersama Pemimpin Organisasi lainnya.
Agenda dikumpulkannya kami kali ini didasari karena adanya sedikit masalah, yaitu pemilik tenda yang kami sewa menarik kembali barang-baranganya karena mereka lupa bahwa sudah ada yang memesan unit mereka lebih dulu.
Entah apa saja yang Aldian bahas dengan Ketua Pelaksana, yang jelas aku hanya memasang badan berada di sana dan menerima saja jika mendapat perintah ini dan itu.
Setelah rapat selesai, aku langsung menuju kantin. Untungnya Mbak Nina—istri Pak Udin, penjaga sekolah—memilih tetap membuka kios dagangannya sehingga siswa yang kelaparan seperti aku ini bisa terselamatkan.
"Mbak, pesan Pop Mie rasa Ayam Bawang, satu!" kataku sambil menopang dagu di atas meja kasirnya.
Mbak Linda mendongak. "Cieelah, Nak Anta Ganteng udah makan mie aja pagi-pagi begini?"
Aku menghela napas berat. "Tadi buru-buru ke sekolah, Mbak! Jadi, nggak sempat sarapan dulu."
Mbak Linda mengangguk mengerti.
"Yaudah, Mbak, Anta tunggu di sana, ya?"
Mbak Linda mengacungkan jempolnya dan Aku segera menuju meja yang kumaksud, berada tepat di dekat tiang penyanggah di tengah-tengah kantin.
Tidak perlu menunggu lama, Pop Mie pesananku datang beserta air minumnya. Aku langsung menyantap makanan cepat saji olahan terigu itu, tidak mau semakin menyiksa cacing-cacing di perutku.
Brak!
Aku terhenyak hingga tersedak mie yang baru saja akan ku telan akibat dari Andra yang datang dengan menggebrak meja. Aku mendongak, menatapnya kesal. Namun, melihatnya tersengal-sengal dahiku berkerut bingung.
Laki-laki dengan setelan kemeja coklat dan topi abu-abu bertulisan 'Thanks Insomnia' itu duduk di seberang mejaku lalu tanpa aba-aba langsung menyambar air minum yang belum kusentuh.
Dia menghela panjang lega setelah tidak menyisakan barang setetes pun air di dalam gelas itu lalu berkata cepat. "Mampus lo, Ta!"
Sebelah alisku menukik ke atas.
"Maksud lo?" tanyaku masih melanjutkan sesi makan pagiku, meski kini rasa haus yang menyerangku.
Dia menunjuk-nunjukku dengan jari sambil mengerutkan dahinya samar, seolah baru saja mendapatiku melakukan kesalahan.
"Seluruh Garuda udah tahu rahasia lo!" ungkapnya membuatku semakin bingung saja. Namun, sepersekian detik kemudian pikiranku berkelana.
Mungkinkah rahasia yang dimaksud adalah tentangku dan Aurora? Akan tetapi, aku masih berusaha bersikap biasa, tidak ingin menimbulkan kecurigaan.
"Emang gue ada rahasia apa?" tanyaku santai. "Rahasia apa memangnya?"
Aku menatap Andra menunggu jawaban.
Dia berdecak, "Lo itu lagi jadi bahan pembicaraan orang-orang, tapi lo masih pura-pura bertingkah seolah nggak ada apa-apa begini?"
Aku mengedikkan bahu, tak peduli. Meskipun jantungku berdetak tak karuan, takut jika yang dimaksud Andra adalah kesepakatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans
Teen FictionCerita masih lengkap . Follow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya...
