Satu🍁 [M]

13.8K 539 2
                                    

••

[21+] Bijak dalam memilih bacaan.

Setelah acara lelang selesai. Mereka kini tengah berada di sebuah ruangan khusus orang-orang yang membeli seorang jalang tadi untuk membawanya pulang.

Barra dengan tatapan matanya yang begitu dingin dan menusuk menatap Dylan yang terduduk dibawahnya dengan seringaian mengerikan. Membuat Dylan ketakutan saat melihat tatapan mata tajam tanpa ekspresi itu.

"Bawa dia." Perintah Barra yang mendapatkan anggukkan dari para bodyguardnya.

Dylan sama sekali tidak memberontak, ia begitu pasrah saat tubuhnya di seret dan dimasukkan ke dalam mobil mewah.

"Biar aku yang menyetir. Kau pulang pakai mobilmu sendiri." Barra mendorong Adrian hingga pria itu hampir saja terjatuh.

"Sialan!" Teriak Adrian sambil mengacungkan jari tengahnya saat Barra sudah melenggang pergi meninggalkannya.

"Kutub es brengsek sialan! Awas saja kau Barra Bamantara biadab!!" Adrian misuh-misuh sendiri karena tidak terima Barra meninggalkannya hanya untuk meniduri pemuda yang baru saja dibeli pria gila itu dengan harga 500 juta.

Tidak ada yang segila Barra di dunia ini dengan mengeluarkan 500 juta hanya untuk satu pemuda, padahal saat di dalam pria tampan itu menatap malas orang-orang yang saling menawar.

Adrian pun akhirnya menelpon anak buahnya untuk menjemputnya.

••

Dylan memegang tali yang ditarik oleh Barra, tali yang berasal dari chopper di lehernya. Ia sudah seperti seekor hewan yang diseret dengan begitu paksa oleh pria di hadapannya.

Ia begitu takut sekarang, pria yang berjalan di depannya ini benar-benar mengeluarkan aura dominan dan intimidasi yang begitu kentara— apalagi saat matanya tidak sengaja bersitatap dengan mata tajam dan menusuk pria itu.

Barra membawa Dylan ke kamarnya, melemparkan tubuh ramping itu ke atas king size hingga Dylan sedikit meringis.

"T-tuan." Dylan berangsur mundur saat Barra mulai membuka jas dan baju atasnya hingga terpampang tubuh sixpack pria tampan itu.

"Kenapa? Bukankah ini sudah menjadi tugasmu. Layani aku sekarang." Tatapannya begitu dingin hingga membuat tubuh Dylan meremang dibuatnya.

Barra menatap tajam pemuda yang kini ada diatas kasur king size miliknya itu hanya diam. "Aku sudah membelimu begitu mahal. Buat aku puas sebelum aku berbuat kasar padamu."

Mendengar hal itu malah membuat Dylan memundurkan tubuhnya takut. Barra yang melihat Dylan menjauh menatapnya tanpa ekspresi dengan gigi yang bergemeletuk.

"Aku bukan pria yang sabar."

"Akh!" Dylan memekik saat Barra menarik kakinya hingga pemuda cantik itu kini berada dibawah kungkungan Barra.

"K-kumohon jangan..." Dylan berujar lirih saat Barra hendak membuka pakaian maid yang di pakainya.

Barra semakin dibuat geram, ia pria yang tempramental melihat pemuda ini yang seolah menolak dirinya benar-benar melukai harga dirinya. Karena selama ini tidak ada satu pun wanita atau pun pria submissive yang tidak tunduk dengan pesonanya.

"Kau yang sudah memancing kesabaranku." Bisik Barra sambil menjilat cuping telinga Dylan.

Sret!

Dylan membelalak saat Barra merobek bajunya dengan begitu mudah. Celana dalamnya sudah terlihat ia menggeleng takut saat melihat Barra melepaskan sabuk dan celananya sendiri.

Hingga Dylan bisa melihat betapa besarnya gundukan milik pria itu.

"T-tuan, aku mohon... Jangan—" Dylan memohon namun lagi-lagi malah tamparan lah yang ia dapatkan. Dylan sangat takut jika milik pria itu yang sangat besar menerobos lubang miliknya.

Itu pasti akan sangat menyakitkan.

"Apa kau pikir orang yang membelimu akan berbaik hati? Kau salah besar, jalang sepertimu tidak sama berharganya seperti boneka." Ujar Barra, tangannya mengambil tangan Dylan lalu mulai mengikat tangan pemuda itu menggunakan dasi miliknya.

Dylan meneteskan air matanya saat ia dilentangkan. "Aku mohon... Lepaskan aku..."

"Kau harus ingat siapa pemilikmu! Kau Dylan—hanya pemuas nafsu Barra Bamantara." Barra menurunkan paksa celana dalam yang Dylan pakai hingga pemuda cantik itu kini telanjang bulat.

Dylan semakin menangis, ia begitu ketakutan sekarang.

Plak! Plak!

"BERHENTI MENANGIS SIALAN!!" Bentak Barra setelah menampar pipi Dylan yang membuat pemuda itu malah semakin terisak.

"Kau benar-benar menguji kesabaranku rupanya." Barra menurunkan celana dalamnya hingga sesuatu yang begitu mengacung tegak terpampang dengan jelas seolah menantang gravitasi.

Barra mulai memposisikan miliknya untuk segera menerobos masuk kesana.

"J-Jangan!" Dylan hendak memberontak saat pria itu menahan kedua kakinya.

Sleb

Hingga sesuatu pun menerobos masuk ke dalam holenya yang membuat tubuhnya seperti terbelah dua. Dylan menjerit begitu keras karena rasa sakit yang begitu kentara dibawah sana.

"AAAKKHHH! S-Sakit... K-keluarkan! Kumohon k-keluarkan!"

Barra seolah menulikan pendengarannya, ia mulai menggerakan pinggulnya yang membuat Dylan semakin menjerit kesakitan.

"Diam, jalang!" Karena terlalu marah, Barra menggerakannya begitu cepat dan brutal. Tangan kirinya mencekik leher Dylan membuat pemuda itu seolah ingin mati. Tangan kanan pria itu pun digunakan untuk menampar wajah Dylan disertai hentakan yang begitu dalam dibawah sana.

Karena tidak kuasa menahan rasa sakit yang di rasakannya. Pada akhirnya, Dylan pingsan dan Barra dengan bejatnya masih menggagahi pemuda itu walaupun Dylan sudah tidak sadarkan diri.

••

Dalam dunia bawah, nama Barra Bamantara sudah tidak asing lagi bagi mereka. Menjadi ketua mafia yang paling di takuti oleh musuh-musuhnya yang ada di negara Indonesia.

Barra bukanlah pria yang baik dalam mengontrol emosinya, pria berwajah tampan itu begitu tempramental yang memiliki sikap bejat terhadap wanita maupun submissive.

Barra sudah sering meniduri banyak pemuda dan merenggut kesucian mereka. Tapi, ia sama sekali tidak pernah memaksa karena para submissive itu lah yang rela mengangkang dalam kungkungannya dalam artian mereka lah yang menyerahkan tubuhnya sendiri tanpa adanya paksaan darinya.

Sedangkan untuk Dylan Edelsteen, ini untuk pertama kalinya seorang pemuda menolak pesonanya dan Barra tidak suka hal itu. Siapapun yang menentangnya akan dirinya hancurkan tanpa belas kasihan.

Barra melirik tubuh Dylan yang terkulai lemas di atas kasur king size miliknya. Ia menyeringai begitu puas, berjalan ke arah kamar mandi tanpa memperdulikan tubuh telanjang Dylan yang bisa saja kedinginan karena pemuda itu sudah tidak sadarkan diri untuk menyelimuti dirinya sendiri.

Tubuh Dylan terbaring dengan mengenaskan, lehernya memiliki bekas cekikkan, pipinya memerah karena tamparan, seluruh tubuhnya di penuhi bercak kemerahan dan gigitan yang terlihat membekas karena ulah Barra.

Serta area hole pemuda itu yang mengeluarkan darah dan terlihat lecet karena gempuran Barra yang sudah seperti hewan buas.

••

TBC

Vomentnya✨

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang