Tiga🍁

9.1K 448 7
                                    

••

Beberapa kali helaan nafas ia keluarkan karena merasa tercekat saat matanya bersitatap dengan mata kelam tanpa ekspresi yang berdiri tegap di hadapannya.

"T—Tuan." Lirih Dylan, tubuhnya seolah tersengat listrik saat bayangan bagaimana kejamnya Barra ketika menyetubuhinya semalam terlintas dibenaknya.

Sesaat setelah mengganti pakaiannya, Dylan hendak keluar dari kamar tersebut karena perintah maid tadi. Tapi, saat membuka pintu sosok Barra sudah berdiri disana sambil menatapnya tanpa ekspresi yang membuat ia begitu gugup karena rasa takutnya.

"Mau kemana?" Nada suaranya yang benar-benar rendah membuat Dylan seketika menundukan wajahnya.

"Jawab!" Sentak Barra saat pemuda itu hanya diam saja.

"Ke.. bawah tuan."

"Oh, tuan anda sudah kembali?" Tiba-tiba saja maid tadi yang meminta Dylan turun ke bawah datang dari lorong kanan.

"Apa kau yang memintanya turun Arvin?" Maid yang bernama Arvin itu mengangguk membenarkan perkataan Barra.

"Awasi dia." Setelah berujar seperti itu, Barra lantas segera pergi ke ruangannya meninggalkan Dylan dan Arvin disana.

"Kau menunggu apa!? Cepat turun dan ikut bekerja dengan yang lain!"

Dylan mengangguk dengan cepat, ia lantas segera berjalan ke luar kamar dengan jalan yang aneh. Arvin yang melihat itu menatapnya sinis.

"Jalang. Apa yang tuan lihat dari kau? Tubuhmu itu pasti sudah dijamah banyak pria. Menjijikan." Sinis Arvin.

Dylan berbalik menatap Arvin, "A—Aku tidak—"

"Diam! Cepat turun ke bawah sebelum aku menyeretmu!"

Dylan lantas segera berjalan ke arah anak tangga, matanya ia pejamkan lalu bernafas dengan perlahan. Rasa sakit di area bawahnya pasti akan menyiksa tubuhnya di setiap langkah yang ia ambil.

Ia melirik Arvin yang memasuki lift mansion sambil menatapnya remeh.

Mulai hari ini, ia harus lebih sabar dan kuat. Kehidupannya akan jauh lebih sulit sekarang.

"Semoga aku bisa bertahan." Gumam Dylan lalu segera turun ke bawah dengan ringisan kecil di setiap langkahnya.

••

Dylan membersihkan area ruang tamu bersama Arvin dan dua maid bawahan Arvin. Sedangkan ruangan lain dikerjakan oleh maid-maid yang bekerja di mansion ini.

Mansion Bamantara, benar-benar berukuran besar sehingga membutuhkan puluhan orang untuk membersihkannya.

Dylan membersihkan vas-vas yang ada disana dengan telaten dan hati-hati. Namun saat hendak membersihkan vas yang berukuran lebih besar tubuhnya tersandung sehingga vas yang hendak ia bersihkan itu terdorong dan pecah.

Prang!!

Menimbulkan suara yang begitu keras.

"M—maafkan aku." Dylan hendak membersihkan vas pecah itu namun Arvin terlebih dahulu menarik tangannya. Lalu...

Plak!

Tamparan pun ia dapatkan.

"Apa kau tahu berapa harga vas itu?!" Arvin membentak Dylan yang tampak menunduk takut.

"Itu vas kesayangan tuan Barra. Bagaimana bisa kau memecahkannya?!" Tambah salah satu maid yang bernama Ben.

"A.. aku tidak sengaja. Maafkan aku—"

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang