🌈ENDING

9.7K 238 18
                                    

Part terpanjangg, baca dan hayati😘

••

Barra membuka matanya secara perlahan, tangannya meraba-raba kasur disebelahnya yang terasa kosong.

"Sayang?" Barra langsung bangun, menatap sekeliling mencari keberadaan sang kekasih.

"Dylan!" Barra segera beranjak dari kasurnya, mencari keberadaan Dylan dikamar tersebut namun nihil, kekasih cantiknya tidak ada didalam kamar. Barra segera keluar kamar untuk mencari permatanya.

"Dylan!" Teriak Barra begitu menggelegar membuat orang-orang yang ada dimansion sedikit terkejut.

"Mas, kenapa?" Dylan yang memang mendengar teriakan Barra pun langsung menghampiri pria tampan itu.

Barra menghela nafas lega, ia berjalan cepat ke arah Dylan. Membawa tubuh ramping itu ke dalam pelukannya. "Kau membuatku khawatir." Ujar Barra sembari menangkup wajah Dylan.

Mengecup kedua kelopak mata sang kekasih dengan lembut, "Selamat pagi, permataku."

Pipi Dylan merah merona. Lalu bertanya, "Kenapa teriak-teriak tadi?"

Barra tersenyum tipis, "Aku hanya bermimpi buruk soal dirimu. Kau sudah mandi hm?"

Memang, saat tidur tadi Barra bermimpi buruk soal Dylan yang meninggalkannya. Sebab itu, saat terbangun ia begitu panik saat tidak mendapati Dylan tertidur disampingnya. Barra merasa ketakutan setengah mati.

"Sudah. Emm, apa aku wangi?"

"Sangat wangi baby. Kalau begitu kita mandi bersama sekarang~" Barra mengangkat tubuh Dylan, menggendongnya ala koala.

Dylan memekik terkejut, ia spontan melingkarkan tangannya dileher sang dominan. "Mas! Tidak mau! Aku sudah mandi!"

"Tidak masalah, kau hanya perlu mandi dua kali." Ujar Barra, kepalanya mendongak menatap sang permata dengan pandangan begitu memuja.

"Sepertinya aku baru sadar, tubuhmu semakin berisi sayang dan aku menyukainya." Tangannya meremas pantat semok Dylan dengan seduktif.

Tiba-tiba saja Dylan merasa gugup atas apa yang Barra ucapkan.

••

Setelah menghabiskan waktu dengan Dylan, Barra langsung pergi ke markas karena Bagas memintanya untuk segera datang.

"Niko, dia yang membeli virus itu dari Chris." Ujar Bagas membuat mata Barra melotot sempurna.

"Niko? Kau yakin?"

"Hm, aku yakin. Aku melihat sendiri data pembelinya—kau tahu aku rela mengangkang hanya untuk mencari informasi ini dan sialnya Chris seperti hewan buas saat diranjang, analku sampai menganga dibuatnya."

"Niko, dia tidak memiliki keahlian didunia bawah seperti ini. Tapi kalau itu benar, maka sudah dipastikan dia juga yang membunuh adikku."

Ucapan Barra mendapatkan anggukan setuju dari Bagas. "Kemungkinan seperti itu, tapi Barr. Aku ingin bertanya apa kau mengingat Nadindra?"

Barra menatap Bagas dengan alis yang bertaut, "Nadindra? Aku sama sekali tidak mengingatnya."

"Nadindra pelacur pribadimu 2 tahun silam. Dia mati karena bunuh diri, kau sungguh tidak mengingatnya?" Jelas Bagas, memperlihatkan potret sosok Nadindra didalam iPadnya.

Barra melihat potret tersebut dengan seksama, "Ah, aku mengingatnya. Tapi, Bagas——aku sama sekali tidak tahu kalau dia sudah mati. Dan kenapa dia bunuh diri?"

Bagas menjatuhkan rahangnya, menatap Barra tidak percaya. "Yaak!! Bangsat!!! Aku tahu kau sudah membunuh banyak manusia, tapi soal Nadindra. Kau benar-benar lupa? Dia bunuh diri karena kau meminta semua bawahanmu untuk menyetubuhi Nadindra setiap hari!"

Cinta Seorang Mafia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang