Semua sontak menoleh saat mendengar pintu rumah di buka dari luar. Dira dan Kinan langsung berlari menuju pintu, siap menyambut sang kakak.
Sonya melirik pada jam dinding, jarum jam menunjukan pukul 23.15. 'Selarut ini?' Bahkan jamnya hampir sama dengan jam pulang kantornya.
Saat ikut menghampiri mereka ke depan pintu. Chandra, Sonya, Rana, dan Rissa mematung saat netra mereka menangkap satu raga yang sudah mereka nanti natikan sejak pertama kali mereka datang kesini.
"Kak" lirih Elena menunjuk satu keluarga yang masih mematung dengan dagunya.
Saat Azella sudah menangkap kehadiran mereka, dengan cepat ia melepas pelukan adik-adiknya. Menghampiri mereka yang masih saja mematung.
"Maaf, ada apa ya?" Tanya Azella panik, takut kedatangan mereka karena untuk menyita rumah atau sang Ayah yang berhutang pada mereka.
"Duduk dulu aja, akan saya jelaskan." Chandra tersenyum menatap gadis yang dirinya lihat memiliki rupa sama seperti Istrinya.
Mereka duduk, sama seperti saat pertama kali mereka datang. Dengan perlahan Chandra memberikan berkasnya kepada Azella. "Kamu bisa baca perlahan berkas itu, dan kamu akan dapat jawabannya dari situ."
Azella segera membuka berkas itu dan membacanya dengan teliti. Raut wajahnya langsung melemas saat ia tahu maksud dari berkas yang dirinya baca.
Dia sendiri tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan fakta yang mengejutkan ini. Selama ini yang ia tahu adalah bahwa dirinya putri Ayah Reno, sulung dari keempat adiknya. Bagaimana dirinya tidak tahu bahwa dia bukanlah anak kandung Ayah nya disaat dari kecil dia mendapat perlakuan yang berbeda.
Hingga sang Ibu yang selalu membelanya meninggal kan dirinya untuk selamanya 10 tahun lalu. Hingga dari usia 8 tahun hidupnya penuh dengan kekerasan yang lebih menyiksa. 2 tahun setelah sang Ibu meninggal, dirinya terpaksa bekerja untuk membiayai kehidupan dirinya dan keempat adiknya. Mengabaikan pendidikan yang seharusnya sendirinya tempuh.
Prinsip ia sedari dulu adalah yang penting adik-adiknya bisa makan, mereka menepuh pendidikan yang layak. Belum lagi sang Ayah yang kerap kali meminta uang dengan paksa.
Kini dirinya mengerti, mengapa dirinya dipaksa untuk melakukan itu semua. Fakta bahwa dirinya bukanlah anak Ayah Reno dan Ibu Laras membuat ia berpikir, seharusnya dirinya bisa melakukan lebih dari itu untuk membayar jasa mereka dikehidupan nya walau hanya 8 tahun. Jika bukan karena mereka ia tidak akan pernah ada disini.
"Kami orang tua kandung kamu Azella, maaf." Chandra pun tidak tahu harus bagaimana sekarang, rencana yang sudah ia susun di kepalanya tiba-tiba hilang begitu saja saat melihat raut wajah itu.
"Dengan kedatangan kalian kesini, selain memberikan fakta bahwa saya adalah putri kalian, kalian juga pasti ingin membawaku kan?"
"Lalu adik-adik bagaimana?" Sekali lagi, dirinya tidak akan pernah melupakan mereka yang selalu menjadi penyemangatnya.
"Kakak gak usah pikirin kita, setelah semua ini kakak harus bisa lebih pikirin diri kakak sendiri, jangan kita terus." Alana sendiri tidak ingin egois, biarkan Kakaknya bahagia dengan keluarganya, jika sang kakak berada disini terus, maka dia tidak akan pernah mendapat titik bahagianya.
"Kakak gak bisa ninggalin kalian gitu aja." Azella protes, tidak mungkin kan ia meninggalkan mereka yang masih kecil? Hey kau tidak ingat diusia mereka bahkan kau bekerja banting tulang Azella.
"Kak--"
"Mereka akan ikut kita juga." Sonya menyela ucapan Dira, membuat seluruh mata tertuju ke arahnya.
"Kita bisa tinggal bersama, sebagai keluarga."
Azella sendiri menatap dalam wanita yang ternyata, dirinya terlahir darinya. Sonya pun tidak pernah mengalihkan pandangan nya dari Azella sedikit pun.
Sonya menghampiri Azella, masih belum melepas pandangnya. Dirinya mendekat, ingin rasanya medekap raga itu, menggengam tangannya, mencium keningnya, dan mengatakan betapa besarnya rasa cinta yang tidak pernah bisa dia ungkapkan selama 18 tahun ini.
Dia duduk tepat di depan Azella, dirinya tidak berani walau hanya menggenggam tangan putrinya tanpa seizinnya. Dia sendiri sadar ini adalah kali pertama mereka bertemu dan masih tergolong asing.
"Azella boleh nangis, Azella boleh teriak, Azella boleh bilang dunia jahat sama Azella karena udah misahin kita. Jangan diem aja, Mama lebih sakit ngeliat Azella yang cuma diem." Sonya menghapus kasar air matanya, masih dengan senyum dibibirnya.
Satu tetes air mata jatuh dari pelupuk kiri Azella. Ingin rasanya Sonya nenghapus air mata itu.
"Boleh peluk?" Maka tanpa alasan lagi, Sonya mendekap erat raga itu. Menumpahkan tangisnya pada pundak putrinya dibarengi putrinya yang menangis di dadanya.
Rana mengalihkan pandangan nya saat air matanya mulai keluar. Tidak sengaja netranya bertemu dengan Rissa yang juga menangis.
"Gak mau peluk adiknya?" Maka mereka berdua langsung ikut bergabung dalam peluk tangis Ibu dan anak itu.
Chandra ikut tersenyum melihatnya, air mata pun sudah keluar dari matanya. Kemana perginya pria berwibawa yang selalu tegas itu. Disini hanya ada seorang Ayah yang bahagia karena bertemu putrinya dan menyatukan keluarganya lagi.
_______________________
Ramaikan dengan vote dan komen, serta follow akun ini juga untuk cerita lainnya. Byebye👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Home [END]
FanfictionDunia tidak hanya selalu tentangnya. Ada kalanya bahagia, ada kalanya sedih. Seperti dirinya yang tidak mengharapkan apa-apa dari hidupnya, tetapi kebahagian datang mengubah seluruh pandangannya tentang hidup dan takdir. "Tidak ada kata yang lebih b...