Chapter 4

519 63 2
                                    

Pagi ini rencana nya mereka akan langsung pindah ke rumah keluarga Abraham. Semalam mereka semua tidur dalam satu karpet kecil, saling memeluk satu sama lain.

Dan pagi ini mereka sibuk masing masing. Chandra yang lagi berusaha markirin mobilnya setelah diprotes warga sekitar karena menghalangi jalan.

Sonya yang lagi mesen bubur ayam, sebenernya mau masak tapi gak ada bahan masakan sama sekali dan kebetulan tukang bubur lagi lewat, walau sedikit risih karena ditanya banyak hal tentang mengapa mereka ada di rumah ini. Sedikit sakit hati dengan ucapan nya 'ibu mending langsung pergi aja dari sini, pasti Ibu disini karena mereka ngemis ke Ibu. Kalo itu udah pasti sih, Ayah nya aja pemabuk' serendah itu putrinya dimata warga sekitar?

Setelah mendapatkan buburnya, Sonya segera masuk kedalam rumah.

"Kak." Panggilnya pada Rana yang sibuk dengan hp nya. "Bisa tolong ambilin piring? Kita sarapan bareng." Rana mengangguk, pergi ke dapur untuk mengambil piring.

Sedangkan dikamar, Azella dan adik adik nya sedang berkemas untuk di bawa kerumah Abraham.

"Yang penting aja yang dibawa." Tidak sekali dua kali Azella berucap. Pasalnya Elena, Dira, dan Kinan membawa banyak barang miliknya. Sepertinya yang mendengarkan ucapan nya hanya Alana.

"Ini yang banyak bukunya kak, sayang kalo gak dibawa. Belinya hasil kerja keras kak Azel loh." Memang benar yang di ucapkan Elena, tas mereka lebih dominan ke buku. Azella hanya bisa menghela nafas.

"Kak." Azella menoleh saat Dira memanggilnya. "Ini kita beneran ikut? sebenernya kalo gak ikut juga gak apa apa loh kak. Kita udah gede."

"Kalo kalian gak ikut, kak Azel juga gak bakal ikut." Final Azella, lelah saat adik nya terus bertanya hal ini.

"Itu keluarga Kak Azel jad--"

"Keluarga kita." Ralat Azella akan ucapan Dira.

"Lagian gini. Kemarin siapa yang bilang perintilan nya kakak?" Membenarkan duduk nya untuk bisa lebih menghadap keempat adiknya.

"Alana!" Kompak mereka bertiga menyerukan nama Alana. Sedang kan Alana hanya bisa pasrah. Diem aja kena, heran

"Jadi, kalo kalian emang perintilan nya kakak, harus ikut terus dong sama kakak. Kalo kakak pergi sendiri tanpa perintilan nya, nanti gak cantik dong, kan yang bikin cantik perintilan nya."

"Kata siapa?!" Ngegas Kinan tidak terima. "Kak Azel kan always pretty." Beringsut mendekati sang kakak, menduselkan pipinya pada pipi kak Azelnya.

"Makanya, gak boleh ngomong gitu lagi, oke?" Ia tatap greget keempat adiknya yang hanya menyengir.

"Sayang Kak Azel banyak banyak!" Seru mereka memeluk Azella bersamaan, membuat tubuh kecilnya tenggelam dalam pelukan adik adik nya.

Sonya yang dari awal berada di ambang pintu tersenyum, hatinya menghangat melihat interaksi saudara itu, dirinya bersyukur putri nya dikelilingi saudari seperti mereka.

Mata Elena tidak sengaja menangkap kehadiran Sonya di ambang pintu, dengan segera melepas peluk itu, membuat saudara yang lain menatap Elena heran. Alana sendiri tidak jadi bersuara saat tahu alasan nya.

Sonya semakin melebarkan senyum nya saat semua tatap mata mengarah padanya. "Sarapan yuk." Ajak nya pada mereka yang langsung di angguki mereka yang beranjak menuju dapur. Menyisakan Azella hanya dengan Sonya. "Ayo sayangku." Mengulurkan tangan nya berharap di sambut oleh putrinya. Senyumnya semakin mengembang saat uluran nya di sambut.

☘☘☘

Mereka keluar dari mobil, menatap takjub rumah didepan nya. Dira dan Kinan tidak berhenti bergumam, memuji betapa megahnya kediaman Abraham.

Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang