Chapter 22

337 49 3
                                    

Buah hati- Armada

Note:

Kalian bisa mendengarkan lagu ini selagi membaca chapter ini.
Lagu ini bisa dibilang menyentuh untuk chapter ini.

Happy reading

__

"Papa, Azel takut." Lirih Azella, tapi tidak membiarkan suaranya terdengar oleh rungu sang Ayah yang terlelap disebelahnya.

Didalam kabin pesawat, Azella termenung menatap dunia luar melalui jendela pesawat. Tangannya tidak lepas dari genggaman sang Ayah yang meski terlelap tidak membiarkan dirinya merasa ketakutan.

Dirinya takut tentang semua bayangan yang secara tiba-tiba kembali muncul dibenaknya. Matanya terpejam, dirinya berjanji akan mengunjungi makam Ayah dan Ibu yang sudah membesarkannya, mencoba untuk memberanikan diri dan menghilangkan seluruh resah dalam hatinya.

Matanya terbuka saat kepalanya sengaja ditarik lembut untuk bersandar dibahu lebar sang Ayah. Matanya kembali terpejam, dalam sekejap mata seluruh resah dihatinya hilang begitu saja. Merasakan betapa lembutnya sang Ayah mengelus surainya, seperti jika sedikit saja mengeluarkan tenaga bisa membuatnya hancur. Dirinya merasa berharga, lalu untuk apa ketakutan itu hadir kembali disaat dirinya sudah merasa cukup.

"Papa disini, Nak. Jangan takut." Chandra selalu tahu cara untuk putrinya tahu sebesar apa dirinya dicintai. Maka untuk lelaki yang akan menjadi pendampingnya kelak, akan Chandra pastikan lelaki itu memiliki cinta yang lebih besar darinya untuk putrinya.

"Azel sayang Papa." Azella menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang Ayah, mencari kenyamanan yang menjadi tempatnya berteduh disaat dirinya merasa tidak berharga.

"Papa lebih menyayangi Azel," direngkuhnya lembut bahu itu. "Azel gak perlu takut, ada Papa. Nanti kita kunjungi Ayah dan Ibu sama-sama ya."

"Azel harus tahu, didunia ini yang katanya harus bisa mengandalkan diri sendiri, Papa mau Azel tahu kalau Azel bisa mengandalkan Papa dalam situasi apapun. Jangan pernah merasa sendiri, ada Papa disini." Lanjutnya.

Kalimat-kalimat positif selalu Chandra lontarkan pada putrinya untuk membuat putrinya tidak merasa sendiri didunia yang katanya tidak pernah berpihak padanya. Perjuangan sekecil apapun yang putrinya lakukan akan Chandra usahakan dalam memberikan apresiasi sebesar apapun.

Dunia memang tidak hanya tentangnya. Tapi bagi mereka yang mencintainya, dunia hanya seputar tantang yang dicinta. Seperti dirinya yang dunianya hanya seputar keluarganya, memastikan mereka hidup dengan bahagianya, memastikan mereka terjamin segalanya, memastikan mereka tidak kekuarangan apapun, termasuk cinta dan kasih yang sepenuhnya dirinya dan sang istri berikan untuknya.

Untuk buah hatinya dengan sang istri yang begitu dirinya perjuangkan bahagianya, akan Papa usahakan apapun untuk bahagia itu.

Mama, Ibu, Ayah, Azel pulang ... Azel kangen kalian ... Azel mau peluk.

☘☘☘

Menunggu dengan sabar orang-orang yang terlihat berbondong-bondong keluar dari kabin pesawat. Mereka tidak terburu-buru itu untuk berebut keluar, hanya menunggu sepi untuk keluar dari pesawat yang telah mendarat dengan mulus.

Setelah dirasa sepi, Chandra mengajak ketiga putrinya untuk keluar dari kabin pesawat. Udara panas dari kota Jakarta langsung terasa menyentuh ubun-ubun mereka.

"Panasnya masih sama ya." Rissa bergumam, tidak ada yang berubah dari jakarta. Masih sama dari dua tahun lalu, sejak mereka meninggalkan Jakarta.

Rissa menggandeng tangan Azella seraya mengikuti langkah Chandra dan Rana yang menuntun mereka menuju bagasi untuk mengambil barang-barang mereka.

Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang