Satu tahun sudah berlalu sejak mereka berkumpul. Chandra berhasil memasukan Reno kedalam sel penjara atas pidana kekerasan anak, narkoba dan buronan. Hingga divonis penjara seumur hidup.
Mereka kembali melanjutkan hidup dengan Rana yang sudah mengambil alih satu anak perusahaan milik Chandra, Rissa yang semakin konsisten akan butik nya yang semakin bercabang, Azella yang sudah nyaman dengan homescooling, Sikembar dan Andira yang berada di menengah atas dengan tingkat berbeda, dan Kinan yang sudah memasuki kelas akhir menengah pertama. Hingga Sonya yang sudah berhenti sepenuhnya dari pekerjaan nya dan fokus dengan urusan rumah tangga.
Siang ini, dirumah hanya ada Azella dan guru yang sudah di pilih oleh Chandra dan Sonya untuk nya belajar dirumah sejak satu tahun lalu. Hari ini, semua orang rumah memiliki kegiatan diluar, termasuk Sonya yang pergi reuni bersama teman-teman kantornya.
"Azel udah paham 'kan, sayang?" Ersya, guru homescooling Azella. Usianya masih muda, bisa dibilang satu tahun diatas Rana, makanya Ersya sendiri tidak mau dipanggil Ibu, Miss atau lainnya, dirinya hanya ingin dipanggil Kakak, dan Azella menyanggupinya.
"Udah Kak, bentar lagi juga selesai." Azella terlihat begitu fokus mengerjakan soal harian yang diberikan Ersya padanya.
Jujur, Ersya sendiri kagum pada Azella. Kagum akan ketekunan Azella agar bisa mengejar ketertinggalannya, melihat bagaimana Azella menyesuaikan pembelajaran, dan bagaimana Azella beradaptasi dengannya.
Azella tersenyum dan menyerahkan buku yang sedari tadi menjadi titik fokusnya, melipat tangannya pada meja dan memperhatikan Ersya yang sedang mengecek jawabannya.
Ersya tersenyum manis saat merasa tidak ada yang salah dengan jawaban Azella. Ersya mendekatkan wajahnya pada wajah muridnya itu dengan senyum gemas yang tidak bisa ditahannya. "Kok bisa betul semua, pinter banget sih kamu."
Tangannya mengusak gemas rambut hitam legam milik gadis kecil yang sudah ia anggap sebagai adiknya. Senyum kemenangan tercetak jelas pada raut Azella karena berhasil mendapatkan pujian yang keempat kalinya hari ini. Tidak sia-sia ia mengerahkan seluruh isi otaknya hanya untuk menjawab soal-soal itu.
"Eh, jam belajarnya udah selesai 'kan?" Ucap Azel saat matanya tidak sengaja melirik pada jam tangan milik Ersya.
Ersya pun ikut melihat pada jam tangannya, mengangguk saat matanya menangkap pukul 14.30. "Kakak disini dulu deh, soalnya yang lain belum pulang."
"Gak usah, Kak Ersya pulang aja, aku gak apa apa kok sendirian, paling sebentar lagi juga yang lain pulang." Azel menjelaskan, matanya menangkap kepala Ersya yang menggeleng. "Gak, Kakak temenin." Final Ersya tanpa ingin dibantah.
"Emang Kak Ersya gak ada kegiatan lain?"
"Bisa dikerjain nanti"
"Lebih cepat lebih baik Kak, mending sekarang aja"
"Nanti aja"
"Gak boleh ditunda Kak."
Ersya yang sedang membereskan barang-barang miliknya menoleh pada Azella yang masih kekeh untuk membuatnya pulang. Mendekat dan duduk tepat di depan Azella, tangannya terangkat dan menangkup gemas pipi gadis itu. "Kakak bilang nanti aja Azellaa, lagian kenapa sih kekeh banget nyuruh Kakak pulang, gemes deh." Geramnya dengan suara tertahan.
Azella menyingkirkan tangan Ersya dari pipinya dan merengut, "karena aku gak apa-apa, aku bukan anak kecil." Bibir Azella melengkung ke bawah.
"Kata siapa bukan anak kecil? Kamu tuh anak kecil." Tangannya meraup wajah Azella yang masih merengut. Sedangkan Azella dibuat makin merengut oleh ulah gurunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home [END]
FanfictionDunia tidak hanya selalu tentangnya. Ada kalanya bahagia, ada kalanya sedih. Seperti dirinya yang tidak mengharapkan apa-apa dari hidupnya, tetapi kebahagian datang mengubah seluruh pandangannya tentang hidup dan takdir. "Tidak ada kata yang lebih b...