Chapter 9

354 53 2
                                    

Gelap menjadi pemandangan pertama yang Reno lihat setelah terbangun dari pingsannya. Seingatnya, dirinya bertemu dengan lelaki yang menawarkan wanita untuk memuaskannya. Tapi entah kenapa ia bisa disini sekarang dengan tangan dan kaki yang terikat rantai.

Tidak ada cahaya sama sekali diruangan ini, ia tidak bisa melihat apapun, debu terasa sangat menusuk hidungnya. Berteriak marah pada siapapun yang bisa mendengarnya. Berontak dengan mulut yang selalu mengeluarkan kata kata makian untuk orang yang berani mengikatnya.

Aksinya terhenti saat pintu ruangan terbuka, membuat matanya menyipit menyesuaikan cahaya. Dapat dilihat dua orang pria masuk, dan salah satunya menghampirinya.

Ketukan sepatu mahal itu tidak membuat Reno getir, hanya tatapan marah yang ia layangkan pada pria yang kini berhenti tepat didepannya.

"Reno Atmaja." Tekan Chandra memanggil Reno yang terlihat tidak takut sama sekali.

"LEPASIN GUE SEKARANG ATAU LO GUE BUNUH SEKARANG!"

"DIAM!" Chandra balik berteriak dan menatap tajam Reno yang berteriak tepat didepan wajahnya.

"Sebelum itu terjadi, anda yang saya habisi lebih dulu, brengsek!" Tekannya dengan bibir bergemelatuk, tangannya melayang memberi bogeman mentah pada pipi kiri Reno yang langsung tertoleh karena kerasnya pukulan itu.

"Gue gak ada urusan sama lo!"

"Ada." Chandra kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Reno yang menatap bengis padanya. "Kenal dengan Azella Levania?"

Dahi Reno mengerut saat mendengar nama itu, bagaimana bisa pria didepan nya mengenal gadis itu. "Oh, si anak sialan."

Satu hantaman keras mengenai perut Reno, membuat kursi yang didudukinya mundur dengan decitan keras. Chandra dengan wajah memerahnya kembali mendekati Reno, menunjuk wajah bajingan itu dengan tongkat yang tadi digunakan untuk memukul perutnya.

"JANGAN PERNAH SEBUT PUTRIKU DENGAN SEBUTAN ITU BRENGSEK!" Chandra memukul tubuh Reno dengan tongkat secara membabi buta, tidak peduli dengan Reno yang sudah terlihat lemas. Ia tidak terima, pria yang bahkan hanya memberikan siksaan pada putrinya berkata seperti itu.

Chandra berhenti mengayunkan tongkatnya saat melihat Reno yang hampir tidak sadarkan diri.

"Ini belum seberapa Reno, anda harus merasakan siksaan yang lebih dari ini, siksaan yang selalu putriku dapatkan." Tongkatnya kembali mengayun keras dan tepat mengenai ulu hatinya. Reno dibuat batuk keras olehnya.

"Ini untuk penderitaan putriku".

BUGH!

"Ini untuk anda yang tidak bertanggung jawab."

BUGH!

"Ini untuk anda yang memberikan semua tanggung jawab pada putriku."

BUGH

Chandra menghentikan aksinya, menatap nyalang pada Reno yang sudah tidak bisa melakukan perlawanan apapun.

"Azella putriku, begitupun dengan Alana, Elena, Andira dan Kinania. Jika anda berani menyentuh walau hanya seujung kuku sekalipun, tidak akan ada ampunan untuk pria brengsek seperti mu."

Menekan dada Reno dengan ujung tongkatnya. Berjongkok untuk mendekatkan wajahnya. "Jika bisa, hari ini juga saya bisa membunuh mu, tapi saya tidak akan pernah mengecewakan putri saya hanya karena membunuh bajingan seperti mu."

Mengangkat tongkatnya saat Reno hanya memberikan jawaban berupa ringisan, berdiri dari jongkoknya dan pergi dari sana.

Sebelum itu, "beri dia pelajaran yang lebih dari ini. Tapi ingat, jangan melebihi batas." Perintahnya pada Bimo, melempar tongkat yang langsung ditangkap oleh Bimo dan lekas menghilang dibalik pintu.

☘☘☘

Saat Chandra baru menginjakan kakinya pada pintu rumah, gema tawa sudah terdengar pada rungunya, membuka pintu rumah, memasukinya lebih dalam dan pemandangan yang dilihatnya membuat hatinya menghangat.

Demi apapun ia ingin selalu seperti ini, tidak ingin tawa ini hilang, ia berjanji akan melakukan apapun untuk tetap mempertahankan tawa ini.

"PAPA TOLONG!" Kinan berteriak saat melihat eksistensi sang Ayah, melirik kebelakang dan kembali mempercepat laju larinya saat matanya menangkap Rana yang masih mengejarnya.

Sedangkan disofa ada Azella yang diapit oleh Rissa dan Alana yang memeluk lengannya dimasing masing sisi, tertawa melihat si sulung dan si bungsu yang masih saling mengejar

Sedangkan Elena dan Dira terlihat memanas manasi Rana agar tetap mengejar Kinan.

"Kak, udah. Lihat, adiknya udah capek itu." Sonya terlihat muncul dengan nampan berisi lima gelas susu ditangannya.

Rana cemberut, menghentikan aksinya mengejar Kinan, berjalan kearah sofa dan menggeser kasar Alana agar ia bisa duduk disebelah Azella.

"Kak, kok aku?" Alana terlihat cengo saat tanpa aba-aba dirinya digeser, membuatnya terjengkang. Yang lagi-lagi menjadi bahan tawaan Elena dan Dira.

Kinan juga ikut menghampiri, duduk disebelah Dira yang langsung mendapat geplakan dari Kinan. "Bukannya nolongin malah asik ketawa."

"Ya lagian kamunya nyari gara-gara terus sama Kak Rana." Dira bahkan masih tertawa saat menjawab Kinan.

"Udah? Tuh, Papanya pulang aja sampe gak ada yang nyadar." Mereka kompak melihat kesebelah Sonya yang dimana Chandra tampak berdiri dengan senyumannya.

"Aku tadi udah sadar papa pulang." Kinan tampak menjelaskan saat sang Papa bergantian memberinya cium dikeningnya.

"Iya, tapi cuma buat minta tolong, abis itu udah lupa tuh." Chandra duduk disebelah Sonya. Kinan tampak menyengir.

"Lagian pada kenapa sih tadi kok kejar kejaran?"

Rana langsung menegak mendengar pertanyaan Chandra, "Tadi Azel lagi anteng tiduran, tapi malah kena lemparan lego dari Kinan, mana kena mukanya lagi." Rana menjelaskan dengan mengebu ngebu.

"Kan gak sengaja, udah minta maaf juga kok sama Kak Azel." Kinan menampakan dua jarinya tanda menyesal, dengan bibir melengkung ke bawah.

"Tapikan pasti sakit." Rana masih tidak terima Azella-nya terkena lemparan lego.

Chandra dan Sonya saling pandang, menyadari bahwa Rana dan Kinan sudah seperti tom and jerry. Kesal tapi juga senang karena rumah terasa lebih hidup.

"Berhenti berantem. Sekarang susunya diminum dan langsung tidur kekamar." Mereka mengangguk mendengar perintah sang Ibu, menegak susunya, dan pamit pada kedua orang tuanya untuk tidur.

"Aku tidur sama Kak Azel!" Kinan berseru mendekati Azella yang masih diujung tangga.

"Gak! Apa apaan, Azel tidur sama Kakak!" Rana segera menyambar lengan Azella dan berniat menariknya kekamar. Sebelum tangannya dicekal oleh Rissa.

"Kan kemaren Kak Rana udah, gantian dong." Merebut lengan Azella dari gandengan sang Kakak.

Azella hanya menghela nafas saat tangan nya ditarik sana sini, "Udah! Aku tidur sama Dira." Azella menyela saat melihat si kembar yang siap mengeluarkan suaranya. Menarik tangan Dira dan membawanya menuju kamar dirinya.

Dira tampak menoleh, menjulurkan lidahnya meledek mereka yang gagal tidur bersama Kakaknya. Akhirnya mereka pasrah menuju kamar masing masing.

Sedangkan kedua pasangan suami istri yang masih berada dibawah, sekali lagi menghela nafas. "Kayaknya mereka udah mulai akrab dan pastinya sebentar lagi aku akan menghadapi mereka yang pasti ada aja tingkahnya." Sonya mendongak. menatap Chandra yang juga menatapnya.

"Bukannya lebih baik kayak gini daripada rumah sepi lagi." Chandra menerima kepala Sonya yang bersandar pada lengannya.

"Iya sih, dan aku harap ini bertahan lama." Sonya terpejam merasakan betapa nyamannya saat telapak Chandra mengelus surainya.

"Kita pertahanin sama-sama, ya." Sonya mengangguk sebelum bibirnya merasakan benda kenyal menciumnya.
























Home [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang